Selama beraktivitas ia menggunakan kain, beskap dan blangkon. Gunanya untuk beradaptasi dengan warga lokal, ia juga belajar memanah, minum jamu beras kencur dan membatik.
Apa pesannya? "Aku juga sefrekuensi dengan lo! Fix No Debat" akhirnya tombol subscribe berdatangan. Begitu mudah cara kerja layar hiburan. Walaupun tak ada salahnya.
Bicara Indonesia sebagai lahan basah bisa di mana saja titiknya. Terutama fenomena YouTuber Asing, kecipratan berkahnya. Nilai jualnya bisa tinggi, karena ada orang lain bisa dekat dengan budaya kita. Kesannya lebih menakjubkan dan ajaib. Tak serumpun dan tak serupa tapi bisa seirama.
Kita bisa senang dan dekat dengannya. Menghubungkan satu sama lain dengan kesenangan karena pengakuan yang positif.
Kita patut bangga karena orang lain mengakui sepak terjang Indonesia. Hanya saja di aspek yang lain, sperti konten kreatif dalam negeri juga banyak yang mengedukasi diri.
Menambah wawasan tidak perlu harus siapa yang ngonten. Tapi apa yang menjadi tontonan bisa diadaptasi dalam perilaku sehari-hari baik dalam sikap dan tindakannya.
Bukan hanya menjadikan peluang dan komoditi saja. Atau kita hanya kebagian konsumtifnya saja, ini yang perlu bijak dalam memandang apapun di sosial media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H