Mohon tunggu...
istiqomah
istiqomah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

jangan takut untuk memulai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Sosiologi dalam Perubahan Sosial Masyarakat di Era Digitaliasasi

31 Oktober 2022   11:33 Diperbarui: 31 Oktober 2022   11:38 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istiqomah

Prodi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

istiqomahmakmun@gmail.com

PENDAHULUAN

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena selama hidupnya senantiasa ingin berhubungan dengan yang lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, serta ingin mengetahui apa yang terjadi di dalam dirinya, rasa itulah yang kemudian mendorong seseorang untuk hidup berkelompok. Dalam hal ini, manusia akan bergabung dengan manusia lainnya dengan membentuk kelompok-kelompok yang saling berhubungan dan mempunya kepentingan yang sama atau biasa di kenal dengan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku, negara, dan sebagainya adalah rasa solidaritas, itulah yang mendorong adanya ikatan dan usaha-usaha bersama antara manusia. (Hasan, 1.3-1.8). Dalam hal ini, manusia mengimplikasikan hakikatnya sebagai makluk sosial melalui kehidupan bermasyarakat.

Kumpulan individu yang tergabung dalam kelompok masyarakat akan membentuk organisasi sosial yang bersifat kompleks, dimana terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang berfungsi sebagai aturan-aturan untuk bertingkah laku dalam kehidupan masyarakat. Karena sejatinya, selama manusia itu hidup, maka tidak akan bisa lepas dari yang namanya interaksi, manusia akan saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain hingga pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan sosial, baik itu yang bersifat positif maupun negatif. Terlebih lagi saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang begitu pesat hingga terciptanya sebuah ruang baru yang sifatnya artifisial dan maya, yaitu cyberspace. Cyberspace berhasil mengalihkan berbagai aktivitas manusia dalam aspek politik, sosial, ekonomi, kultural, dan lain-lain di dunia nyata ke dalam bentuk artifisial, sehingga aktivitas yang dilakukan di dunia nyata kini dapat dilakukan dalam cyberspace. (Piliang, 2012 : 143-156)

Migrasi humanitas inilah yang menimbulkan perubahan besar mengenai bagaimana setiap manusia menjalani dan memaknai hidup, dimana sebelumnya dilakukan dengan berdasar pada relasi alamiah (natural), kini dilakukan dengan cara baru yang bentuknya artifisial dengan melibatkan teknologi. Berbagai realitas sosial budaya yang ada di dunia nyata pada akhirnya akan mengaburkan batasan-batasan yang ada, dimana keberadaan cyeberspace oleh digitalisasi telah terhubung secara global dan membentuk komunitas nya sendiri yaitu virtual community, virtual reality, dan juga bentuk ruangnya sendiri yaitu cyberspace. Perkembangan inilah yang telah berpengaruh pada kehidupan sosial yakni kondisi yang ekstrim, dimana dapat memicu terjadinya kematian sosial atau death of the social. Inilah yang membuktikan urgensi ilmu sosial dalam situasi masyarakat yang kompleks, dimana hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang perlahan kabur, maka ilmu sosial lah yang dapat mengkaji dan memahami berbagai fenomena yang terjadi, terutama di era digitalisasi.

TEMUAN

Perubahan Sosial di Era Digital

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah masyarakat dari realitas dunia nyata ke realitas dunia maya, dimana berbagai aktivitas dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Perkembangan digitalisasi telah mendorong terjadinya cyberspace serta menggiring kondisi ekstrim “kematian sosial” dalam berbagai tingkatan, yaitu sebagai berikut :

A. Tingkat Individu

Perubahan sosial yang terjadi pada tingkat individu lebih menekankan pada pemahaman mengenai diri (self) dan identitas (identity). (Piliang, 2012 : 143-156) Struktur yang ada dalam ruang cyberspace berhasil membuka ruang lebari bagi terciptanya artifisial konsep tentang diri dan identitas. Identitas sejatinya digunakan sebagai pembeda anatar manusia satu dengan manusia lainnya, namun kini manusia bisa menciptakan identitas dirinya secara tidak terbatas, maka hakikat identitas sudah tidak ada lagi. Jika terjadi hal demikian, maka akan masuk pada kondisi matinya perbedaan, karena kekacauan identitas akan berpengaruh pada persepsi, pikiran, personalitas, dan gaya hidup seseorang. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa akan terjadi permainan identitas yang berupa identitas baru, identitas palsu, identitas ganda, identitas jamak. Inilah yang didalam psikoanalisis disebut R.D. Laing sebagai diri terbelah (divide self).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun