Pendidikan Islam di Indonesia memiliki dinamika yang sangat kaya dan kompleks, seiring dengan sejarah dan budaya yang beragam di negara ini. Dalam keseluruhan, pendidikan Islam di Indonesia mencerminkan kompleksitas dan keragaman masyarakat Indonesia. Dinamika ini menciptakan lanskap pendidikan Islam yang unik, di mana tradisi dan modernitas, agama dan ilmu pengetahuan, serta pluralisme dan identitas Islam berkumpul secara harmonis. Dalam konsep pendidikan Islam, ilmu pengetahuan dianggap sebagai jendela untuk memahami kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. Pendidikan ilmu pengetahuan tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga individu yang memiliki perspektif agama dalam menghadapi pengetahuan dan pemahaman tentang alam semesta.
Dinamika sendiri bisa diartikan sebagai gerak atau kekuatan yang dimiliki oleh sekumpulan orang yang dilakukan secara terus-menerus hingga mengakibatkan terjadinya perubahan tata hidup masyarakat yang bersangkutan. Istilah dinamika biasa digunakan dalam berbagai macam bidang, mulai dari ekonomi, musik hingga sosial. Dinamika juga memiliki sifat dinamis yang bisa diartikan sebagai suatu hal yang tak bisa diam dan akan selalu berpindah. Jika dalam konteks individu atau kelompok, dinamika bisa diartikan sebagai sumber kekuatan agar bisa terus melakukan adaptasi serta penyesuaian diri dengan lingkungan. Dinamika bisa menunjukkan adanya interaksi serta interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok lain secara keseluruhan. Dalam hal ini, bisa diartikan jika dinamika merupakan bentuk dari keteraturan yang begitu jelas dalam hubungan secara psikologi.
Dinamika pendidikan merujuk pada perubahan, perkembangan, interaksi, dan berbagai faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan serta proses pembelajaran. Dinamika pendidikan mencakup berbagai aspek, seperti perubahan dalam metode pengajaran, kurikulum, teknologi pendidikan, kebijakan pendidikan, dan respons terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Dalam konteks yang lebih luas, dinamika pendidikan  juga melibatkan interaksi kompleks antara berbagai pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, seperti guru, siswa, orang tua, pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Perubahan dalam tuntutan  pekerjaan dan kebutuhan pasar kerja, perkembangan teknologi informasi, penelitian dalam ilmu pendidikan, serta perubahan budaya dan nilai-nilai sosial juga dapat  mempengaruhi dinamika pendidikan. Dinamika pendidikan menekankan pentingnya eksibilitas, adaptasi, dan inovasi dalam sistem pendidikan guna menghadapi perubahan yang terus menerus.
     Era globalisasi yang ditandai dengan kompetisi mutu menuntut semua pihak dalam berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan untuk senantiasa meningkatkan kompetisinya,sehingga dalam kondisi yang demikian, tuntutan terhadap kualitas sumber daya manusia sangat di prioritaskan dan kalau diperhatikan di era globalisasi yang dibutuhkan adalah kualitas diri dapat diterima keberadaannya di belahan dunia. Pendidikan islam sekarang yang mulai terbawa arus oleh era globalisasi semakin banyak mengalami perubahan, baik perubahan yang berdampak positif maupun negative. Pendidikan Islam harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang dapat berfikir kritis dengan fokus dan tidak hanya sebagai penerima informasi global, tetapi juga harus memberikan bekal kepada peserta didik agar dapat mengolah, menyesuaikan, dan mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi tersebut, yakni manusia yang kreatif dan produktif. Menghadapi problem yang demikian berat, pendidikan Islam tidak bisa menghadapinya dengan model-model pendidikan dan pembelajaran seperti yang sudah ada sekarang ini.Pendidikan Islam harus terus menerus melakukan pembenahan dan inovasi serta bekerja keras untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dan juga melakukan langkah-langkah baru ke arah kemajuan khususnya Sumber Daya Manusia.
      Arus globalisasi dalam pendidikan Islam bisa menimbulkan paradoks atau gejala kontra moralitas, yakni pertentangan dua visi moral secara dianetral, contohnya guru menekankan dan mendidik para siswanya berdisiplin berlalu lintas tetapi realita di lapangan sopir bus tidak berlalu lintas dengan baik, guru mengajar anak didiknya untuk tidak dan menghindar tawuran antar pelajar akan tetapi siswa melihat dilayar televisi anggota DPR RI tidak bisa mengendalikan emosinya di mata bangsa, di sekolah diadakan razia pornografi di media televisi, internet menampilkan pornografi termasuk iklan-iklan yang merangsang hawa nafsu syahwat, dan lain-lain. Dampak globalisasi, langsung atau tidak, dapat membawa paradoks bagi praktik pendidikan Islam, seperti terjadinya kontra moralitas antara apa yang diidealkan dalam pendidikan Islam dengan realitas di lapangan berbeda, maka gerakan pembaruan dalam pendidikan Islam hendaknya melihat kenyataan kehidupan masyarakat lebih dahulu, sehingga ajaran Islam yang hendak dididikkan dapat landing dan sesuai dengan kondisi masyarakat setempat agar dapat dirasakan makna dan faedahnya, akan tetapi mengabaikan lingkungannya tentu akan kehilangan makna ibadah itu sendiri.
Sudah wajar  perubahan yang terjadi ini memiliki dampak positif dan negative bagi pendidikan islam, dampak negative yang telah marak terjadi bisa di antisipasi dengan beberapa cara yang tepat, sedangkan harapan perubahan berdampak positif yaitu sangat besar bagi masyarakat, karena era globalisasi semua sudah serba canggih dan cepat jadi di harapkan pendidikan islam dapat mengambil sisi positif dari perubahan di era globalisasi ini dengan cara pihak lembaga pada pendidikan islam memaksimalkan segala hal mulai dari, fasilitas, kebutuhan sarana dan prasarana yang menunjukkan bahwa perubahan pada era globalisasi ini membawa keberuntungan yang sangat besar bagi pendidikan islam di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H