Hobi yang tiba-tiba muncul di kala diri ini sudah berada di perantauan. Saat kami tinggal di Kecamatan yang jauh dari keramaian kota, mau perlu sesuatu terkadang barang yang dicari tidak ditemukan.Â
Penuh perjuangan untuk bisa menuju kota kabupaten apalagi jika suasana hujan karena jalan alternatif yang dilewati sangat licin dengan kondisi tanah merah dan melewati perkebunan sawit yang sunyi sepi. Kami harus tinggal di kecamatan ini karena mengikuti suami yang ditugaskan di kampung itu.
Suatu ketika musim hujan tiba selama bulan Ramadhan. Siang maupun malam sering terjadi hujan di kecamatan tersebut. Rasa malas menghantui diri ini untuk keluar rumah karena setiap habis keluar harus mencuci motor apalagi mau ke kota yang harus menempuh jarak sekitar 2 jam perjalanan. Puasa Ramadhan sudah berjalan sekitar dua minggu berarti sebentar lagi lebaran.Â
Pikiranku tidak karuan jadinya, mau pulang ke Jawa masih belum waktunya dan memang saat itu tidak ada rencana mudik. Di mana membeli kue yang enak buat persiapan lebaran yang sesuai selera dengan lidah kita karena biasanya siswa-siswi saya dan teman kantor suami banyak  yang bersilaturahmi ke rumah.
Beberapa jam merenung dan dalam kebingungan akhirnya kutemukan ide. Pada saat sebelum lebaran keluarga kami di Jawa biasanya ngumpul dan ramai-ramai membuat kue kering karena kebetulan ada kakak yang hobi membuat kue.Â
Nah, pada saat itu aku gak pernah memperhatikan mereka membuat kue kering bahkan gak pernah ikut nimbrung. Tugasku belanja di pasar, membuat cemilan kue basah dan memasak untuk buka puasa.
Lantas apa ide yang kutemukan?? Ideku adalah menelpon kakak yang pintar membuat kue tersebut dan kutanyakan semua resepnya. Aku menelpon sambil mencatat resep yang dibacakan oleh kakak di nun jauh sana.Â
Pada saat mengutarakan maksudku, ada yang aneh karena kakakku jadi heran dan bingung sendiri mengapa tiba-tiba aku meminta beberapa resep kue keringnya. Setelah dijelaskan semuanya akhirnya kakak pun memahami semuanya.Â
Pagi hari aku berangkat ke pasar berbelanja semua keperluan untuk alat dan bahan kue. Untungnya suami selalu mendukung kegiatanku jadi semuanya berjalan lancar.Â
Saatnya kucoba resep itu satu persatu diawali dengan membuat selai nanas untuk nastar. Keesokan harinya kusiapkan bahan untuk membuat nastar dan lidah kucing. Loyang pertama berhasil kubuat nastar keranjang yang begitu rumit, disusul Loyang berikutnya dan juga Loyang lidah kucing. Melihat hasilnya kue buatanku tersebut kian semangat untuk membuat lagi dan mencoba resep yang lain.Â