Dekadensi moral adalah kondisi ketika moral seseorang atau kelompok menurun, sehingga tidak lagi mematuhi aturan dan tata cara yang berlaku di masyarakat. Dekadensi moral dapat terjadi secara sengaja atau tidak, dan sulit untuk dikembalikan ke keadaan sebelumnya.
Beberapa contoh dekadensi moral, antara lain: pergaulan bebas, korupsi, miras, tawuran, narkoba, menyontek saat ujian, bullying dll.
Gejala dekadensi moral dapat terjadi saat usia anak-anak dan remaja karena disebabkan oleh beberapa factor diantaranya:
- Goncangan jiwa akibat kekecewaan, kecemasan, atau ketidakpuasan terhadap kehidupan
- Melemahnya nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat
- Perkembangan teknologi yang buruk
- Generasi muda yang tidak mendapat pendidikan karakter yang memadai
- Melemahnya nilai agama di dalam Masyarakat
- Kualitas Pendidikan yang menurun
Selain dari faktor lingkungan keluarga dan Masyarakat, faktanya lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap dekadensi moral remaja. Sekolah memiliki andil besar dalam menanamkan nilai-nilai moral dan pemahaman agama seseorang. Guru sebagai salah satu agen Pendidikan tidak hanya dituntut untuk mempunyai skil dan kompetensi yang mumpuni dalam bidang akademis, tetapi juga harus mampu mengajarkan nilai-nilai moral kepada peserta didik guna mencegah adanya dekadensi moral.
Saat ini kita mengenal istilah guru milenial. Guru milenial adalah tenaga pendidik yang mengajar di abad milenial. Guru milenial identik dengan pembelajaran yang lebih interatif, menarik dan melek IT serta dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal sebagai media pembelajaran. Karakteristik guru milenial biasanya cenderung lebih akrab dengan murid dan memposisikan diri tidak hanya sebagai guru tetapi juga teman dan sahabat untuk muridnya.
Guru milenial sangat berbanding terbalik dengan guru jaman dulu atau sering kita menyebutnya guru kolonial. Guru kolonial biasanya mengajar dengan cara yang konvensional, sederhana dan bersahaja. Guru colonial mungkin tidak terlalu melek IT, namun untuk masalah kedisiplinan sangat ketat menerapkannya kepada siswa sehingga siswa sangat patuh terhadap guru.
Saya rasa ketika guru milenial mampu merefleksikan cara mengajar guru kolonial, mampu mengambil sisi baik dan dapat mengkolaborasikannya maka diharapkan dapat mencegah terjadinya dekadensi moral pada peserta didik. Diantara upaya refleksi pengajaran jaman dulu oleh guru kolonial yang dapat diterapkan oleh guru milenial adalah sebagai berikut:
- Melek IT tetapi tetap bersahaja. Karakteristik siswa jaman milenial adalah melek IT, bahkan siswa sekolah dasar pun sudah familiar dengan gadget. Guru milenial juga bisa mengajarkan pentingnya IT, tetapi harus juga menanamkan moral yang baik. Guru milenial harus bijak dalam menggunakan media sosial, boleh bermedia sosial namun tetap bersahaja. Misalnya, guru bejoget di tiktok, menggunakan kata-kata gaul namun tidak sopan. Hal itu akan mengurangi kewibawaan guru dan otomatis siswa akan meniru apa yang dilakukan oleh gurunya.
- Menjadi teman bagi siswa, tetapi tetap menerapkan kedisiplinan. Guru milenial biasanya ditandai dengan keakraban antara guru dengan siswanya. Guru mampu menjadi teman curhat dan memberikan solusi dari permasalahan murid. Guru juga terlihat tidak kaku dan menyeramkan. Hal ini mempunyai sisi positif karena siswa merasa diperhatikan merasa diakui keberadaannya dan merasa ada orang yang peduli. Sehingga jika ada masalah, siswa tidak bertindak sepihak dan akan mendengarkan saran baik dari guru. Terlepas dari itu, guru tetaplah guru, harus berani bertindak tegas terhadap murid jika melanggar. Sekalipun murid itu sudah sangat dekat dengan guru. Hal ini adalah untuk mendisiplinkan murid itu sendiri.
- Mengajarkan nilai-nilai agama dan kesederhanaan. Guru milenial mempunyai tugas yang cukup berat, karena nilai-nilai agama di era milenial ini dirasa semakin menurun. Guru milenial dapat mencontoh guru kolonial, Dimana jaman dulu guru milenial digaji dengan nominal yang sedikit namun mereka tetap mengajar secara professional dan tulus ikhlas. Penampilan guru colonial juga sangat sederhana namun tetap bersahaja. Nilai-nilai kesederhanaan juga harus diterapkan oleh guru milenial. Itu akan membentuk pola piker siswa bahwa sederhana itu jauh lebih indah dan tidak perlu bermewah-mewah dalam kehidupan karena mereka mencontoh dari gurunya. Sehingga mereka tidak akan cenderung untuk mempunyai gaya hidup konsumtif.
- Memperkuat kembali nilai-nilai budaya daerah di sekolah. Nilai budaya daerah di sekitar kitafaktanya kian melemah. Ditandai dengan banyak anak-anak yang tidak bisa berbahasa daerah masing-masing, tidak mengetahui budaya adat daerah, kurangnya sopan santun/ anggah ungguh para pemuda terhadap orang yang lebih tua dll. Anak-anak jaman sekarang cenderung lebih menyukai budaya asing, menyanyikan lagu-lagu asing dan sebagainya. Jika hal ini terus menerus terjadi, maka budaya asing yang masuk dan tidak sesuai kaidah budaya kita akan cenderung menguasai anak-anak kita. Misalnya budaya minum-minuman keras dan sebagainya. Guru milenial harus mampu membendung segala pengaruh budaya asing ini. Jika guru kolonial mampu menyelipkan nilai-nilai budaya dalam pembelajaran misalnya dengan mengajari unggah ungguh, cara berpakaian da nsebagainya, maka guru milenial juga harus mampu mengadopsi cara itu. Hal itu tidak akan membuat guru milenial dianggap ketinggalan jaman kok.
Itulah beberapa catatan dari penulis untuk guru milenial. semoga dengan merefleksikan cara mengajar guru milenial dengan guru kolonial diharapkan mampu untuk mencegah dekadensi moral yang terjadi saat ini.
Untuk mencegah dekadensi moral tentunya tidak hanya guru yang berperan. Semua pihak dan stakeholder harus berperan aktif didalamnya. Orang tua, lingkungan sekitar, masyarakat, Dinas Pendidikan, Lembaga pemerintaha serta dunia usaha dan dunia industri  semua memiliki andil dan peran penting dalam hal tersebut guna membentuk generasi Indonesia yang unggul. Mari kita bersama-sama berkolaborasi dan bergandengan tangan, mencari solusi dan strategi untuk mewujudkan generasi Indonesia Emas. Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2024. "Guru Hebat, Indonesia Kuat"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI