Sampah merupakan permasalahan nasional yang terbilang cukup mengkhawatirkan. Jumlah sampah yang terus meningkat tentu berimbas pada kerusakan lingkungan. Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2023) jumlah tumpukan sampah mencapai 18,3 juta ton per tahun. Jumlah yang tidak sedikit ini sebagian besar disumbangkan dari daerah perkotaan, salah satunya Sidoarjo.
Kabupaten Sidoarjo adalah salah satu pusat industri di Provinsi Jawa Timur dengan Kecamatan Gedangan sebagai kawasan yang terisi oleh banyak pabrik sehingga menjadi salah satu kota dengan permasalahan utama berupa penumpukan sampah yang mencapai 600 ton perharinya. Desa Sruni merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gedangan sebagai salah satu lokasi diadakannya kegiatan MMD Universitas Brawijaya Kelompok 749 dengan “sampah” yang menjadi topik penting dalam program kerja yang dilaksanakan.
Kelompok MMD Desa Sruni dengan didampingi oleh Ibu Lurah Fissilmi mendatangi TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) untuk melakukan survey mengenai sejauh mana teknologi yang telah diterapkan untuk mengolah sampah.
“Pengolahan sampah di Desa sudah cukup baik, tapi tidak dapat dipungkiri jika masih ada yang kurang. Khususnya pada bagian pemilahan sampah antara organik dan anorganik masih belum terlaksana dengan baik” tuturnya. Berdasarkan penjelasan yang telah dituturkan sebelumnya, kelompok MMD Desa Sruni menyimpulkan bahwa selain pemilahan, pemanfaatan kedua jenis sampah itu juga belum tersampaikan dengan baik. Untuk itu TIM MMD 749 mengangkat program kerja mengenai pemanfaatan limbah menjadi briket yang bernilai jual.
Penanggung jawab program kerja pembuatan briket dari sampah organik, I Gede Made Adnyana Wibawa menyampaikan materi pembuatan briket dengan memanfaatkan hasil pembakaran dari sampah organik seperti dedaunan dan ranting yang kemudian dicampurkan dengan perekat yang terbuat dari tepung tapioka.
Setelah dibentuk, briket tersebut dijemur selama dua sampai tiga hari dan siap untuk digunakan. Penyuluhan mengenai pembuatan briket organik ini dilakukan bertempat di Balai Desa Sruni dengan audiens yang antusias terhadap materi yang dibawakan. Penyuluhan pembuatan briket ini diterima dengan sangat baik oleh warga desa seperti yang dituturkan oleh Ibu Sunanik berikut, “Briket ini lebih baik daripada arang, ketahanannya lebih lama dan tidak menghasilkan asap”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H