Suatu malam saya yang sedang menyaksikan turnamen congklak tiba-tiba pengen pinjam sisir ke Fulanah, kebetulan dia lewat di hadapan saya membawa gelas #lho?
"Hei, aku pinjam sisir dong"
Fulanah hanya lewat tanpa merespon saya. Saya, yang memang sudah hafal sifatnya-yang apatis-cuma diam, barangkali dia mau langsung ambilin sisir untuk saya tanpa berkata panjang. Oh ternyata tidak, Fulanah malah asyik jongkok di depan galon.
"Eh, Fulanah. Aku pinjam sisir dong. Di mana?" saya mengulangi permohonan saya, kali ini dengan nada yang sedikit tinggi.
Fulanah diam, dia malah asyik ngotek-ngotek kran dispenser. Minta ditimpuk galon kayaknya -,-
Waktu itu di asrama cuma ada 4 orang: saya, 2 orang pemain congklak yang nggak suka sisiran (otomatis nggak punya sisir), dan sisanya si Fulanah yang masih asyik jongkok di depan dispenser. Maka sayapun menghela nafas dan bertanya, "Fulanah kamu dengar aku nggak sih?"
Fulanah nengok ke arah saya, mulutnya mengatakan "apa?" tanpa mengeluarkan suara.
"Aku pinjam sisir," kataku agak keras.
"Ini dispensernya bocor" ujarnya dengan tampang tanpa dosa.
GUBRAK. Ya Allah saya pinjam sisir, dia malah curhat dispenser.
"Aku pinjam sisirmu, ada?" tanya saya dengan sisa tenaga yang ada.