Mohon tunggu...
Isti Anindya
Isti Anindya Mohon Tunggu... -

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Meng-Mlm-kan ODOJ

21 Februari 2014   15:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:36 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Wabah “One Day One Juz” sudah menjangkit banyak kepala. Tak peduli perbedaan usia, status, pekerjaan, dan gender. Siapapun boleh terinfeksi, asal kuat menanggung beban satu bulan ke depan. Beban yang tak semua orang siap memikul. Namun, jika berhasil beban tertanggung selama sebulan penuh, maka bulan-bulan selanjutnya bersiap-siaplah untuk ketagihan. Itu rupanya yang dirasakan seorang ibu berusia 52 tahun—ibu saya.

Panas kiranya kuping ibu saya, setiap kali menelepon, bukan suara cucu yang ia dengar. Tapi cerita saya tentang ODOJ. Awalnya ibu tidak tertarik, karena tidak ada gubrisan saat saya, suami, dan adik membicarakan ODOJ di grup Blackberry Messenger. Namun, suatu kali ibu menelepon, minta dijelaskan. Setelah panjang lebar, beliau tersentak, ketika tahu bahwa 1 Juz itu kurang lebih 10 lembar pada Al Quran ukuran standar. Beliau berpikir bahwa 1 Juz itu 1 surah, secara 1 surah Al-Baqarah saja bisa berapa Juz? Tanpa panjang akal untuk mencari alasan, ibu saya lantang berucap, “Ibu coba!”

Sehari, dua hari, tiga hari, beliau semangat, bahkan kholas sebelum waktu masuk dhuha. Apa yang terjadi pada saya?—termenung. Karena ibu saya bukanlah seorang muslimah yang rajin baca Quran. Membaca Quran selembar saja Alhamdulillah. Beliau selama ini sibuk mengurusi bisnis, karena Ratunya MLM (Multi Level Marketing). Percaya atau tidak, beliau berhasil ikut ODOJ. Menjadi bagian grup 1206. Meskipun usia sudah memakan masa hidupnya, ibu saya tak mau kalah dengan yang muda. Bermodal ponsel yang support WhatsApp, beliau tambah bersemangat ikut ODOJ. Bahkan berani mengambil lelangan—Saya? Kalah telak.

Sampai suatu saat saya terperangah mendengar celoteh ibu saya. Tentang MLM ODOJ yang sedang beliau garap. Semua Downline dan Upline yang muslim beliau ajak untuk ODOJ, beliau minta link website kepada saya, lalu beliau sebarkan di media sosial, beliau telepon kawan-kawannya. Setiap beliau presentasi bisnis, setiap itu pula beliau promosikan ODOJ. Bahkan saat berdagang di tepi pantai Salido, pantai indah di Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Beliau mengulak pakaian, dan menggantungkan di pohon-pohon, dan beliau duduk di bagasi mobil sambil menuntaskan Juz hari itu. Karena beliau cukup popular, maka orang bertanya, “Mengapa baca Quran disini? Biasanya baca Quran itu habis sholat, atau di Masjid.” Pertanyaan itu menjadi awal mula beliau mengajak orang ikut ber-ODOJ. Maka terjadilah transaksi pahala. Banyak kaum menengah tua yang bergabung. Ada yang mengaku tak pandai membaca, ada yang tak tahu huruf, ada yang pandai tapi malas. Semua diajak oleh ibu saya. Beliaupun tak begitu lancar membaca, maka beliau arahkan kepada yang pandai. Dan orang-orang di kampung itupun tak banyak yang pakai BBM atau WhatsApp. Mereka hanya melapor via SMS kepada saya. Tidak dalam grup, tapi setidaknya itu membuat mereka bersemangat. Bahkan ada 2 orang, sepasang ibu dan anak yang begitu semangat atas rekomendasi ibu saya. Tiap hari rajin melapor kholas. Sampai memaksa ingin dimasukkan grup. Karena beliau telah sepuh, maka menumpang pada anaknya yang baru beli ponsel yang support WhatsApp—sebegitunya.

Seperti halnya MLM, ada yang suka ada yang tak suka. Ada yang dengan senang hati bergabung, ada juga yang tidak. Namun, memang mental ibu saya sudah terasah sejak lama. Sekalipun banyak yang menolak bahkan mendebat, tapi beliau pantang menyerah. Kemana kaki melangkah, disana dia mengajak. Orientasi bonusnya bukanlah uang, tapi pahala dan keberkahan dari Allah. ODOJ telah mengubah ibu saya. Kini beliau sudah khatam 1 bulan, dan hari itu hari kamis. Saat khatam membaca surah An-Nas, maka beliau menelepon saya segera. Beliau menangis. Karena kamis itulah kali pertama beliau khatam Quran. Seumur hidup, sekali itulah. Tapi insyaAllah, ini adalah sebuah awal. Ibu akan mengkhatamkan Quran berkali-kali selagi Allah memberi waktu. Dari ODOJ, ibu mulai lebih dekat kepada Allah. Bahkan kini beliau menjadi salah satu Laskar ODOJ yang menggunakan sistem MLM untuk mengajak orang ikut serta. Seorang ibu bercucu satu berusia 52 tahun saja begitu gigih, mengapa kita yang muda ini hanya memble saja?—Jawab dalam hati.

Isti Anindya

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun