Sore itu kulihat dua ponakan kecilku, Lintang dan Syiva, sedang belajar di teras depan. Asyik sekali mereka, sesekali terdengar candaan mereka. Tawa mereka berderai... Aku kembali ke aktifitasku lagi, menulis.
" Mas Syiva, ada tamu tuch," terdengar suara Lintang
Kutengok mereka. Aku tersenyum... Masa tamu bawa galah, bathinku. Ooo...ternyata datang dua orang tukang pencari kroto, telor semut krang-krang ( red. Jawa ). Aku berjalan ke teras menghampiri mereka.
"Bukan tamu, De... tapi tukang pencari kroto," kataku.
" Hati-hati, Pak...ada sarang lebahnya," Syiva mengingatkan dua orang tersebut.
Kulihat ada seekor lebah keluar dari sarangnya, terusik mungkin.
" Aku gundul aku gundul," teriak Lintang.
" Aku pahit aku pahit," kata Syiva.
Aku tersenyum melihat polah mereka.
Aku gandeng mereka duduk disampingku.
" Tahu nda De... kalau lebah adalah hewan ciptaan-Nya yang banyak sekali memberikan manfaat bagi kita, umat-Nya. Dalam Al-Qur'an, lebah diabadikan menjadi nama sebuah surat yaitu An-.Nahl. Indah sekali... ( iya khan ? )
"Lihat sarang itu, De, Mas bentuknya bagus banget," kataku.
" Aku bisa menggambarnya, Tante. Mas Syiva bisa nggak?" tanya Lintang.
" Aku senengnya nggambar mobil, truck, kapal, kereta dan pesawat terbang," balas Syiva. Tak heran...untuk media nggambarnya ia manfaatkan dinding kamar adik ragilku, Dyah, dan juga dinding ruang makan kami. Sengaja kami biarkan... sekedar untuk melampiaskan ekspresinya.
" Kita, manuasia ciptaan Allah bisa loch belajar dari makhluk lain, hewan lebah misalnya. Mau tahu, De...Mas?" aku menawarkan dan mereka mengangguk setuju.
" Lebah adalah makhluk ciptaan Allah , bentuknya kecil tapi punya kekuatan yang sangat dahsyat," kataku mulai menjelaskan.
" Bener, Tante. Dia bisa menggigit ya? Sakit banget ya?" tanya Syiva.
" Eyang Uti bilang, kalau digigit obatnya pakai bunga. Bener Tante?" tanya Lintang ingin tahu.
" Diapain bunganya, De?" tanya Syiva penasaran.
" Digososk-gosokin, kata Uti. Bener, Tante?" tanya Lintang lagi.
Aku mengangguk mengiyakan. Obat tradisional...bathinku.
" De Lin, Mas Syiva, meski lebah kecil bentuknya, mereka bisa membuat orang ketakutan dengan sengatannya. Bagian sengat yang ada di ekornya dijadikan sebagai senjata mereka untuk menyerang musuhnya." kataku.
" Berarti lebah yang keluar tadi mau menyerang Bapak pencari kroto, Tan?" tanya Syiva.
Ooo... ternyata Syiva juga memperhatikannya.
" Yaaa...kalau bapak bapak tadi mengganggunya tentu saja mereka akan menyerangnya," jawabku.
" Aku tahu, Mas...dikiranya bapak tadi mau merusak rumahnya, jadi lebah itu keluar dan siap menyerangnya." Mereka tertawa. Aku tersenyum. Yaa Rabb, thanks sudah Engkau anugrahkan keponakan-keponakan yang cerdas dan lucu.
" De Lin, Mas Syiva...lebah itu hewan yang ngerti tentang kebersihan loch. Mereka nda pernah nyari makan di tempat yang kotor, Mereka mencari makannya di bunga-bunga yang indah" aku kembali menjelaskan pada mereka.
" Pantesan, madunya enak, Tante," kata Syiva.
" Dan manis," balas Lintang. " Dan kita juga harus makan makanan yang bersih, Mas. Makanan yang sudah jatuh nda boleh dimakan lagi khan Tante?"
" Kita juga nda boleh jajan sembarangan , De..."
Tante lanjutkan ya...
" Lebah itu juga punya rasa saling tolong menolong yang tinggi. Mereka membantu satu sama lain," kataku .
" Tuch, Mas Syiva juga bantuin ngajarin aku nggambar pesawat ya," pinta Lintang.
Syiva mengangguk setuju.
" Nanti aku minta kertas kosong ya, Tan."
" De, Mas, lebah juga hewan yang cerdas. Mereka membuat sarang mereka tidak jauh dari tempat mereka mendapatkan makanan," kataku.
"Â Ooo biar mereka nggak capai, Tan?" tanya Syiva.
" Mereka juga hewan yang memberi tak harap kembali." jelasku.
" Maksudnya?" tanya Lintang.
" Itu loch De, kaya lagu yang diajarkan Eyang Uti," jawab Syiva semangat. Aku geli mendengarnya. Yach... ibuku memang dulunya guru Taman Kanak-kanak, jadi koleksi lagunya lumayan banyak.
" Maksudnya, meski lebah sudah tahu kalau madu yang dihasilkan sudah banyak, mereka tetap membuatnya. Dan ini atas perintah Allah De, Mas, supaya madunya bisa dimanfaatkan oleh kita, para manusia."
" Biar ibu bisa beli dan kita bisa minum, Mas." Terang Lintang.
Kuusap kepala mereka dengan lembut.
"Â Iya De...dan kita akan jadi anak yang sehat dan pinter, kata Eyang Uti," balas Syiva.
Kupeluk dua ponakan kecilku sembari kupanjatkan do'a, Yaa Rabb...jadikan mereka generasi penerus yang cerdas, sehat , taat pada-Mu dan berguna bagi agama, bangsa dan negara, aamiin.
Obrolan sore yang tak sengaja tapi menyenangkan.
Terima kasih bapak-bapak pencari kroto...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H