Mohon tunggu...
Iis Siti Aisyah
Iis Siti Aisyah Mohon Tunggu... Freelancer - Teacher | Reader | Freelance Writer

Penikmat buku dan coklat secara bersamaan. Sini nyoklat di jejaksuaraa.blogspot.com :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setiap Kita Buruh Karena Kita Butuh

1 Mei 2018   15:37 Diperbarui: 1 Mei 2018   15:55 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber poto: facebook buku mojok)

Hari ini bertepatan dengan Hari Buruh Internasional banyak yang mengucapkan Selamat Hari Buruh. Sebagian yang mengatakannya adalah "BOS" di perusahaannya sendiri atau BOS di perusahaan ciptaannya, termasuk BOS rumahan. Maka tidak heran ketika mengatakan Selamat Hari Buruh itu, terkesan kurang simpatik, karena dirinya lebih senang bekerja di hari libur ini dibanding dengan buruh-buruh lain yang meliburkan diri, atau bekerja demi masa depannya di jalan raya meminata ini-itu alias unjuk rasa.

Sebagian lagi mengatakan, bahwa setiap yang digaji adalah buruh, maka saya pun yang sehari-hari bekerja di kantoran -sekolah- sebenarnya buruh. Teman saya pun yang sama-sama guru sukarelawan akhirnya buat status "Selamat Hari Buruh, Selamat Hari Pendidikan, Selamat Hari Buruh Pendidikan." Saya hampir ketawa membaca statusnya, sampai akhirnya saya harus menahannya karena mungkin intinya adalah guru Sukwan juga perlu menuntut sesuatu. 

Bahkan kalau dilihat-lihat, buruh pabrikan gajinya lebih besar loh dibanding kami yang lulusan Sarjana Pendidikan. Hanya, entah karena gengsi atau jaga image tidak-lah mungkin para guru ini ikut-ikutan meminta kenaikan gaji. Padahal nasib guru Sukwan ini lebih tidak menentu.

Tetapi, jujur dari hati saya mengatakan bahwa setiap orang yang ada di dunia ini adalah buruh. Mereka yang bekerja sebagai BOS pun adalah buruh. BOS bukankah adalah pelayan bagi pelanggannya, dan menerima dari orang lain artinya dirinya adalah buruh? Perbedaan besarnya adalah, guru adalah panggilan hati yang kadang tanpa diminta akan sedia melakukan. 

Mereka memberikan jasa yang tidak terkira sehingga produk yang mereka berikan bukan barang yang siap dijual seperti para BOS itu yang merasa bukan buruh. Guru memproduk anak bangsa yang nantinya mungkin akan memproduksi barang-barang dan yang membuat kebijakan di negeri ini.

Seandainya setiap orang tahu bahwa dirinya adalah buruh baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain, maka yang terjadi adalah tidak ada yang merasa dirinya lebih baik dibanding orang lain, kecuali memang dia merasa tidak butuh orang lain dalam hidupnya. Setiap kita buruh karena kita butuh orang untuk melangsungkan banyak hal dari keinginan kita.

Maka di hari buruh ini, siapapun kita semoga menjadi pribadi yang lebih baik dalam menghargai bukan hanya merasa. Ingat juga kata yang satu ini : manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Jadi jikalau kamu "merasa" bukan buruh, kamu tanya lagi kamu sudah bermanfaat bagi sesama atau belum? Minimal bagi dirimu sendiri.

Buruh-buruh yang mengejar uang, jangan lupa berikan kamanfaatan bagi diri sendiri, setidaknya dengan membaca buku. Jangan-jangan, uang itu kita habiskan dengan hal yang justru tidak ada manfaatnya sama sekali dan merasa selalu kurang dengan penuntutan. 

Membaca buku, selain bermanfaat bagi diri sendiri juga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia ini yang selalu ketinggalan, siapa tahu juga nanti muncul penulis-penulis buruh Indonesia yang menceritakan perjuangan dalam kemerdekaan dalam membaca, akhirnya itu juga bermanfaat untuk negara kita  tercinta Indonesia.

Ini hanya omelan dan gagasan pendek saya di hari buruh. Saya hanya berharap, di posisi manapun kita berada, semoga tercipta suka membaca, supaya peningakatan kualitas Sumber Daya Manusia tercipta dari berbagai aspek kehidupan di negeri ini. Jangan sampai, lembaga satu sibuk memperbaiki karakter bangsa, lembaga yang lain sibuk merusak generasi ini. Kan ga asyik ya.

-Catatan Kecil Dari Kampung-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun