Tidak bisa kita pungkiri bahwa pesta demokrasi Indonesia pada tahun 2019 semakin semarak dan berdinamika dan akan segera mencapai klimaks atau puncaknya pada bulan April 2019 dimana akan dilaksanakan pemilihan umum serentak.Â
Di mana para calon presiden dan wakil presiden maupun calon legislatif semakin berlomba-lomba merebut hati masyarakat dengan menebar janji-janji dan ide-ide yang akan mereka wujudkan apabila terpilih nanti sebagai wakil rakyat di pucuk pimpinan jabatan publik hal Ini bisa kita lihat di dalam kegiatan kampanye dan sosialisasi yang dilakukan semakin intensif kepada masyarakat yang ada di kota maupun di daerah hal ini di tunjang dengan telah dibukanya priode kampanye oleh penyelenggara pemilihan umum yaitu KPU.
Apalagi setelah dilaksanakannya debat calon presiden dan wakil presiden beberapa waktu lalu dan akan disusul dengan debat berikutnya semakin menimbulkan hype atau sorotan masyarakat terhadap pesta demokrasi tersebut.Â
Tetapi akhir-akhir ini hal yang menjadi sesuatu yang perlu kita kritisi Bersama sebagai rakyat Indonesia adalah dimana dinamika politik di Indonesia sekarang berubah hanya menjadi pertarungan stigma dan saling tuding yang akhirnya mengarah ke arah saling menjatuhkan dan mencari kesalahan lawan politik hal ini sangat disayangkan karena secara normatif politik adalah ajang pertarungan ide dan gagasan dalam membangun negara ini.
Kedepannya buakan malah mengedepankan perperangan tudingan dan saling lempar isu yang akhirnya membuat masyarakat Indonesia bingung dan malah yang paling parahnya adanya perpecahan yang akhirnya masyarakat terbelah dua yang akhirnya keharmonisan masyarakat Indonesia mulai di pertanyakan karena adanya konfilk horizontal di masyarakat.Â
Tetapi hal yang menarik dan sedang berkembang di masyarakat Indonesia adalah saling lempar isu agama, etnis dan ras dan adanya juga isu-isu mengenai pluralisme hal ini yang akhirnya membuat dinamika politik Indonesia dirasa mulai sudah tidak sehat.Â
Dimana di masyarakat saat Ini terjadi polarisasi yang dipicu oleh politik identitas atau politik aliran. tetapi yang menjadi tanda tanya disini adalah apakah tahun ini adalah tahun yang benar-benar akan bisa di rasakan sebagai perhelatan demokrasi bagi seluruh masyarakat Indonesia atau akan hanya menjadi tahun pertarungan segelintir orang saja dalam merebut kursi pejabat publik yang katanya akan memperjuangkan nasib dan aspirasi masyarakat?.
Apalagi didalam debat calon presiden dan wakil presiden kemarin banyak bermunculan tudingan oleh kedua pasangan calon presiden tersebut dimana salah satu pasang calon presiden menuding pasangan calon presiden yang lain memiliki masalah pelanggaran HAM masa lalu dan pasangan calon lain menuding bahwa pasangan calon lain gagal dalam menegakkkan supermasi hukum di Indonesia.Â
Maka inilah yang akhirnya membawa kebingunggan di kalangan masyarakat Indonesia hari ini bahwa masyarakat bahkan lebih mengetahui isu atau tudingan yan di tujukan ke kedua pasangan calon daripada Visi dan Misi dari kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden tersebut.Â
Hal ini adalah sesuatu yang sangat miris dimana gagasan atau ide dari kedua pasangan calon bukanlah sesuatu hal yang menarik lagi dan masyarakat sekarang hanya terfokus terhadap isu dan stigma yang dilemparkan oleh elit-elit politik dari kedua belah kubu bukan ide dan gagasan yang mereka bawa, peristiwa ini tentu sangat jauh dari hakikat normatif dari politik dimana harusnya adalah pertarungan gagasan dan ide yang kongret dan substansial bukan malahan seperti dinamika politik yang berjalan hari ini.
Hal ini semakin tidak menemukan titik terang dimana para elit politik serta aktor politik yang bermain didalam lingkaran dinamika politik 2019 ini malah semakin membawa dan menyebar isu dan stigma tersebut secara masif di masyarakat melalui media yang mereka miliki dan bahkan banyaknya bertebaran buzzer-buzzer politik yang ada di sosial media yang tiada henti terus menyuarakan isu-isu dan stigma tersebut.