"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Isra:1)
Saat ini, 27 Rajab 1445 H, Â kita memperingati satu malam yang mulia yaitu malam Isra' Mi'raj. Suatu malam di mana Allah mengisra'kan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Kemudian memi'rajkan beliau dari Masjidil Aqsha naik ke Sidratul Muntaha. Sebuah pengalaman ajaib diluar nalar manusia tetapi benar adanya.
Jadi, jika kita ditanya yakinkah kita dengan agama kita, maka salah satu jawaban yang membuat yakin adalah malam Isra' Mi'raj ini. Karena, satu-satunya manusia yang bertemu langsung dengan Allah SWT di arsy-Nya adalah Rasulullah SAW. Semoga kita juga mendapatkan kemuliaan, keberkahan, dan keajaiban seperti nabi kita.
Nabi kita Muhammad SAW ajaib. Beliau bisa naik ke langit, bisa membelah bulan, dan bisa menarik susu kambing dari jari-jemarinya. Apakah kita juga bisa ajaib seperti nabi atau hanya bisa mendengarkan kisah keajaibannya?
Dalam Alquran banyak juga dikisahkan keajaiban-keajaiban lainnya. Untuk apa? Untuk diyakini dengan keimanan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Layaknya buku resep masakan yang ditulis karena masakannya sudah dibuat dan terbukti maknyus. Lalu, dipraktekkan membuat masakan yang sama maknyusnya bahkan lebih nendang.
Kisah keajaiban di Alquran menunjukkan bahwa sangat mudah bagi Allah memberikan rezeki yang tak disangka-sangka, dari berbagai arah, dan tanpa perhitungan. Sebagaimana kisah keajaiban Maryam yang di mihrabnya selalu ada makanan tanpa perlu belanja, masak, atau pesan gofood. Tinggal minta saja ke Allah. Koq bisa?
Nabi Zakaria juga ingin ajaib seperti Maryam, keponakannya. Beliau minta dikaruniai rezeki keturunan untuk meneruskan dakwah mulia. Allah mengabulkan permintaan Zakaria dengan memberinya anak bernama Yahya. Padahal, saat itu usia Zakaria sudah sepuh dan istri beliau mandul. Emang bisa?
Nabi Adam diciptakan di surga yang penuh keajaiban. Manusia sejatinya adalah penduduk surga yang tinggal di bumi. Dan keajaiban itu masih ada sampai saat ini. Hanya saja manusia tidak dapat mengakses keajaiban tersebut, karena dihalangi oleh perisai rezeki bernama dosa.
***
Naiknya Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha membawa pulang sebuah hadiah. Hadiah terbaik berupa salat lima waktu sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT. Perintah salat bagi umat Rasulullah SAW ini adalah jalan untuk kembali pulang ke langit (surga) sebagai tempat asal mereka.
Isra' mi'rajnya Rasulullah SAW itu terjadi secara hakiki, Sementara, Isra' mi'raj kita sebagai umatnya terjadi secara maknawi. Apa artinya? Salat kita adalah mi'raj kita kepada Allah SWT. Salat adalah jurus ajaib yang utama. Salat mampu menghindarkan kita dari dosa dan neraka, lalu masuk surga. Bahkan, menikmati surga sebelum surga yang sesungguhnya. Bukankah setelah salat kita merasa tenang? Tenang bukan karena salatnya, tetapi karena ketaatannya. Ketenangan inilah kunci pintu surganya.
Salat yang berkualitas adalah salat yang bisa memi'rajkan/melepaskan/menyerahkan semua urusan kepada Allah SWT. Lepaskan atau buka perisai rezeki kita dengan salat. Lepaskan segala persoalan yang membuat hati tidak tenteram, galau, dan gelisah dengan salat. Lalu, bawalah hajat-hajat kita dalam salat.
Takbir dalam salat adalah simbol pelepasan segala persoalan atau urusan. Biarkan Allah SWT yang menyelesaikan semua urusan. Jangan dipikirkan bagaimana caranya. Serahkan saja semuanya ke Allah. Bukankah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?
Setelah takbir diikuti kedua tangan bersedekap. Ini adalah simbol ketenangan. Tenang ketika persoalan atau urusan sudah dilepaskan saat takbir tadi. Ketika sudah dilepaskan ke Allah, jangan diambil lagi.
Sujud dalam salat adalah simbol pengakuan dosa. Diri merasa hina dan rendah di hadapan Allah SWT. Lihatlah! Posisi kepala kita sejajar dengan tanah, bahkan lebih rendah dari pantat kita. Lalu, apa yang harus kita sombongkan?
Dosa bisa dimaknai sebagai mengambil semua persoalan untuk digenggam sendiri. Pada saat kita menggenggam dosa, Allah tutup solusinya. Maka, tidak terjadi keajaiban. Pada saat kita melepaskan dosa, Allah buka solusinya. Maka, keajaiban itu datang. Mau pilih yang mana?
***
Dengan memperingati Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW, mari kita teladani beliau dalam mengemban amanah risalah agama Islam. Sosok agung yang sangat berjasa bagi semesta. Beliau melakukan perjalanan panjang dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu menuju Sidratul Muntaha, demi ketaatan kepada Ilahi berupa perintah salat.
Dengan memperingati hari besar Islam ini, semoga kita dapat memahami rahasia keajaiban di balik peristiwa Isra' Mi'raj, memaknainya dengan sepenuh hati dan jiwa, serta menunaikan salat sebagai bentuk ketaatan kita kepada perintah Allah SWT.
Terima kasih Motivasiana dan SPORTIVA (Space for Opportunities and Improvement Activities) atas kesempatan untuk mengikuti kompetisi menulis ini. "Motivasiana, mulai dari diri sendiri untuk memotivasi negeri"
***
#Motivasiana
#kompetisi menulis
#Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H