Kenanganku di Bali yang berkesan adalah keramahan warganya dan slogan "eksotik tanpa plastik" yang sempat saya baca di salah satu SD negeri. Saat saya bingung mencari halte bis, tiba-tiba seorang pedagang kaki lima memberitahu. Sopir bis juga informatif.Â
Saat saya memungut bunga kamboja di tanah lalu saya selipkan ke kerudung, seorang pengendara motor yang melihat saya menyapa dengan senyuman dan mempersilahkan saya menyeberang jalan. Pikiran positif saya bahwa semua orang Bali adalah baik, kebaikannya akan kembali ke saya juga.
Saat belanja kue pie, kacang bali, kopi bali, salak madu, suvenir, dan baju batik di sekitar hotel, ternyata tidak ada kantong plastik. Saya juga lupa bawa tas belanja. Alhasil, barang-barang belanjaan disatukan pakai selotip.Â
Di Pantai Kuta juga bersih. Tidak tampak sampah berserakan, termasuk botol bekas mineral. Salut. Peraturan berhasil dijalankan. Beginilah hasilnya. Lingkungan bersih dan nyaman. Wisatawan pun betah tinggal berlama-lama. Ujung-ujungnya membantu perekonomian warga dan daerah. Patut ditiru.
Penerbangan Denpasar-Bandung yang harusnya Senin sore ternyata sudah ditarik ke pagi hari. Pemberitahuan masuk ke email anak sulung saya. Sementara dia sudah pindah kerja ke maskapai luar negeri. Sehingga, email di kantor yang lama tidak bisa dibuka kembali. Saya berusaha tenang, berpikir positif, dan berdoa ada solusi terbaik bagi pihak penumpang dan maskapai.
Petugas check in bandara menyarankan saya pergi ke bagian pelayanan maskapai. Bersyukur mbak petugas hitam manis berseragam merah menyala ini sangat membantu. Jaringan internet sedang loading terus saat itu. Mbak ini sampai harus telepon ke sani-sini untuk memastikan saya bisa terbang esok hari. Saya lalu diberi ittinerary sebagai bukti sudah dapat nomor kursi dan agar besok bisa melakukan online checking. Akhirnya saya nginap semalam lagi di hotel Puri Dibia, karena Hadi Poetra Hotel sudah penuh sesaat setelah saya check out dari hotel.
Ndilalah, pagi hari ketika mencari sarapan, kaki kanan suami saya kesleo saat menapaki bagian trotoar yang miring. Kakinya bengkak dan sakit saat dipakai berjalan. Buru-buru minta es batu di warung nasi tempong lalu mengompresnya. Saya memang harus empat hari tinggal di Bali, meskipun hari terakhir hanya rehat seharian di kamar hotel.
Drama masih berlanjut. Jadwal terbang yang harusnya jam 15.30 wita diundur ke 17.55 wita. Mundur lagi jadi 19.05 wita, karena pesawat telat terbang dari bandara sebelumnya. Ah, dinikmati sajalah. Lumayan dapat makan gratis sebagai kompensasi. Kesampaian deh wisata Bali 4D3N.
Ke Bali saya ingin mengulang kembali. Karena, kenangannya begitu manis semanis salak madu Bali.