Selat Bosphorus adalah romantisme dua benua. Asia dan Eropa. Menyusuri Selat Bosphorus dengan kapal pesiar memberi kesempatan untuk melihat bangunan khas Turki dari dekat. Mulai hotel, perumahan, masjid dan deretan bangunan lainnya.Â
Selat Bosphorus memiliki panjang 30 km, dengan lebar maksimum 3,7 km di pintu masuk utara dan lebar minimum 750 meter antara benteng Ottoman di Rumeli Hisar dan Anadolu Hisar. Kedalamannya bervariasi, dari 36,5 meter hingga 124 meter.Â
Tiga jembatan dibangun melintasi Selat Bosphorus. Jembatan pertama, Bogazici (Bosphorus I), yang menghubungkan Beylerbeyi dan Ortakoy, selesai dibangun pada tahun 1973. Jembatan kedua, Fatih Sultan Mehmed (Bosphorus II), yang menghubungkan Anadolu Hisari dan Rumeli Hisari, selesai dibangun pada tahun 1988. Jembatan ketiga, Yavuz Sultan Selim (Bosphorus III/YSS Bridge), yang menghubungkan Garipce dan Poyrazkoy, selesai dibangun pada tahun 2016.Â
Lihat juga video saya ini:Â
Turki memang unik karena bisa menikmati keindahan Asia dan Eropa yang dipisahkan oleh selat Bosphorus. Selat ini juga menghubungkan Laut Marmara dan Laut Hitam. Sejak zaman kejayaan Yunani, selat Bosphorus telah menjadi bandar rempah yang ramai. Selat Bosphorus menjadi saksi Al-Fatih saat menaklukkan Konstantinopel.Â
Selat Bosphorus juga menjadi pusat memancing bagi amatiran hingga nelayan. Deretan kedai yang berada di bawah jembatan Bosphorus selalu ramai dikunjungi pelancong belahan dunia. Kami makan siang di salah satu kedai. Menu khasnya adalah roti ikan Bosphorus. Ikannya dipanggang, dilengkapi bumbu garam dan perasan lemon. Menu sederhana tetapi sehat.Â
Kami mengantre tiket masuk kapal pesiar. Banyak burung beterbangan di angkasa, bahkan mendekat sampai dermaga dan lambung kapal. Kulihat ada beberapa pelancong dari Asia Tenggara. Ternyata, kursi penumpang tidak terisi penuh. Petualangan sore dimulai. Kapal mulai bergerak pelan menjauhi dermaga. Makin lama makin ke tengah. Meskipun ombak tidak kencang tetap harus waspada.