Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kimi, Hiburan Sahur yang Tak Biasa

7 April 2023   23:55 Diperbarui: 7 April 2023   23:59 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Punya hiburan sahur yang tak biasa? Foto: Dokpri

Dulu ketika masih tinggal di kampung, musik patrol menjadi satu-satunya hiburan saat sahur. Maklum, zaman tahun 80-90 an baheula belum ada acara tivi yang tayang di waktu sahur apalagi siaran langsung. Musik patrol benar-benar dimainkan seperti bapak-bapak yang sedang patrol malam hari dengan memukul kentungan bambu menghasilkan sebuah irama. Bedanya, pada musik patrol sahur ditambahkan teriakan,"Sahuuuurrr ... Sahuuuuurrr!" Tujuannya untuk membangunkan warga agar segera makan sahur.

Musik patrol sahur biasanya dimainkan oleh anak-anak muda dengan berjalan kaki keliling kampung. Daya begadang mereka tinggi, sehingga semangat untuk menjalankan tugas mulia membangunkan orang-orang agar melaksanakan kegiatan sahur. Bisa jadi orang yang terbangun lalu melakukan salat tahajud atau membaca Alquran. Para ibu menyiapkan makanan. Anak-anak meskipun dengan terkantuk-kantuk tetap bisa sahur. Bukankah dalam sahur terdapat banyak pahala? Jika pemain musik patrol menjalankan dengan ikhlas, ia juga akan dapat pahala.

Musik patrol yang ada di kabupaten tempat tinggal nenek saya beda lagi. Alat musiknya selain kentungan bambu juga ada ember atau panci bekas. Atau mereka menggunakan apapun peralatan yang bisa menghasilkan sumber bunyi. Para pemainnya tidak berjalan kaki melainkan mengayuh becak. Pokoknya ramai dan seru sekali. Musik patrolnya pun enak didengar. Suasana sahur jadi hidup. Kenangan  indahnya melekat sampai sekarang.

Setelah saya hijrah ke Jawa Barat, ada juga musik patrol akapela. Para pemainnya tidak jalan kaki melainkan dengan bantuan pengeras suara dari masjid. Jam 2 malam sudah mulai beroperasi. Suaranya keras sekali nyaris berisik karena teriak-teriak tak jelas. Padahal letak masjidnya jauh dari rumah saya. Bukannya menikmati, saya malah ingin tidur lagi. Kebayang deh yang rumahnya dekat masjid sumber suara.

Sebenarnya banyak hiburan sahur yang bisa dinikmati di era digital saat ini. Siaran langsung acara sahur dari banyak stasiun tivi, game online, nonton film, dan lain-lain. Namun, jika aneka hiburan sahur ini dituruti akan banyak waktu terbuang. Sehingga esensi dari mengisi sahur dengan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah tidak terpenuhi. Sayang, kan?

Saya dan keluarga sudah jarang menonton tivi sejak beberapa tahun ke belakang. Selain kurang tertarik dengan acaranya, juga karena teknologi gadget sudah menjadi penggantinya. Informasi apapun yang saya perlukan bisa didapat secara real time. Tinggal klik dengan jari-jemari dan memastikan ada sinyal. Namun, hiburan gadget juga menyita waktu jika tidak digunakan secara bijaksana.

Lalu, saya nggak punya hiburan sahur dong? Siapa bilang bestie. Saya tetap punya hiburan sahur koq. Bahkan hiburan sahur untuk seluruh anggota keluarga di rumah. Karena hiburan inilah kami sekeluarga jadi makin akrab, menumbuhkan benih kasih sayang sesama makhluk Tuhan, jadi ladang amal, dan pastinya hati kami riang karenanya. Siapa dia?

Kimi, hiburan sahur yang tak biasa. Foto: Dokpri
Kimi, hiburan sahur yang tak biasa. Foto: Dokpri

Namanya Kimi. Kucing jantan berwarna krem. Sejak lahir sudah dirawat oleh keluarga saya. Empat saudaranya sudah mati sejak kecil, karena terserang penyakit dan tidak bisa diselamatkan. Kimi yang sengaja dipisahkan dari saudara-saudaranya agar tidak tertular, berhasil bertahan hidup. Sehat bugar sampai sekarang, meskipun beberapa kali sempat dibawa ke dokter karena ogah makan, lemas, dan harus diinfus.

Awalnya saya tidak tertarik dengan 3 kucing piaraan di rumah saya. Bulunya, air kencingnya, dan kotorannya membuat saya jijik dan gampang emosi. Sementara suami dan anak-anak begitu telaten dengan tabiat-tabiat seekor kucing. Di sinilah sering terjadi konflik dengan mereka. Namun, Kimi begitu menarik empati saya sehingga saya lebih mudah jatuh cinta padanya. Pikir saya, kucing juga makhluk Tuhan yang berhak disayang-sayang. Saya mulai mau mengelus-elusnya. Sekarang sih sudah digendong-gendong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun