Selain nggowes bersama komunitas sepeda di lingkungan rumahku melewati Masjid An-Nugraha ini, hampir setiap hari selama enam hari dalam sepekan, dalam tiga tahun, aku dan suamiku  melewati jalan ini juga ke arah Cisarua via Pakuhaji. Menuju sekolah si bungsu Jasmine di SMAN 1 Cisarua dengan bersepeda motor. Suasana perbukitan menambah sejuk udara. Kadang kala disertai kabut dingin yang mengaburkan penglihatan.
Pemandangan di kanan kiri jalan sungguh menyedapkan mata. Hamparan tanah menghijau ditanami aneka sayuran. Ada bayam, kangkung, ubi, singkong, sawi, kubis, cabe, brokoli, dan kawan-kawannya. Beberapa kali aku melihat petani sedang memanen hasil kebunnya. Tak jarang pula aku membeli hasil panenan tersebut langsung di lokasi. Dengan uang sepuluh ribu rupiah sudah dapat banyak. Lumayan buat bagi-bagi. Â Â
Sejak Masjid An-Nugraha ini dibangun pertama kalinya sudah begitu menyita perhatianku. Selain arsitektur masjidnya yang bagus juga rasa penasaran kepada siapa kami bisa menyalurkan bantuan. Bertanya pada para tukang dan ditunjukkanlah kami dengan Pak Supandi, sebut saja demikian. Laki-laki paruh baya yang diserahi amanah untuk mengurus pembangunan masjid.
"Nanti semua donatur masjid akan diundang untuk peresmian. Jadi, tunggu saja undangan dari kami, ya bu."
Lama kutunggu undangannya namun tak kunjung datang. Entahlah, feeling-ku berkata ada sesuatu yang istimewa di balik bangunan fisik masjid ini. Bukan kisah biasa pasti. Kuhubungi Pak Supandi memberitahu pergantian nomor whatsappku. No reply. Ya, sudahlah!
Assalaamu'alaikum. Bapak sinareng ibu, dina dinten Ahad kaping 11 Maret 2018, dihaturanan linggih. Sehubungan dina kaping 11 Maret bade lumangsungna acara peresmian Mesjid An-Nugraha. Alamatna di Kampung Randukurung RT 03/RW 10 Desa Cilame. Mugi ka uninga. Hatur nuhun. Pak Supandi.
Assalaamu'alaikum. Bapak dan ibu, pada hari Ahad tanggal 11 Maret 2018 kami undang hadir sehubungan di hari tersebut akan dilangsungkan acara peresmian Masjid An-Nugraha. Alamatnya di Kampung Randukurung RT 03/RW 10 desa Cilame. Semoga diketahui. Terima kasih. Pak Supandi.
Hari Ahad yang cerah di pagi hari. Sinar surya naik sepenggalan menghangatkan badan. Di sekitaran masjid sudah penuh undangan dan kendaraan. Banyak mobil plat B juga. Di halaman pintu masjid yang bertenda terpajang foto seorang pemuda berukuran besar. Ada juga layar monitor besar menampilkan gambar-gambar pemuda tersebut beserta keluarganya. Dari masa bayi sampai dewasa. Para undangan berbincang-bincang dengan wajah antara bahagia dan haru biru. Dan dari sebuah buku yang kupinjam dari tamu di sebelahku, benarlah dugaanku. Ada kisah cinta luar biasa di balik berdirinya masjid ini.
Acara diisi dengan berbagai sambutan dan juga tausyah. Sambutan dari keluarga melelehkan mata dan hati siapapun yang hadir. Tak terkecuali suamiku yang duduk di deretan undangan pria. Masjid ini adalah persembahan cinta seorang ibu, seorang ayah, seorang abang, dan segenap keluarga besarnya pada seseorang bernama Nugraha.
Siapakah Nugraha? Ia adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Anak yang menyedapkan pandangan mata. Sosok cerdas kebanggaan keluarga. Semua menyayanginya. Tapi Allah lebih sayang padanya. Semua ingin bersamanya. Tapi Allah lebih berhak membersamai di sisi-Nya. Maka panggilan Allah padanya itu pasti. Dijemput ajal di usia muda dalam sakitnya. Sakit yang tidak berkepanjangan. Innaa lillaahi wa innaaaaa ilaihi rooji'uun.
Aku hanya bisa membayangkan terpuruknya rasa seorang ibu atas kepergian anaknya. Di saat-saat mulai berkembangnya karir sang anak, di saat-saat kehidupan rumah tangga yang akan direncanakan sang anak dengan pujaan hatinya, semua itu tak dapat dinikmati kelanjutannya oleh sang ibu. Namun, kehidupan tetap harus berjalan. Sang ibu tak bisa lama-lama tenggelam dalam keterpurukan. Bangkit adalah kata yang tepat untuk menghargai kehidupan diri dan keluarganya di alam dunia, dan kehidupan sang anak di alam akhirat. Â Â
Rasa cinta itu ada, tetap ada, dan akan selamanya ada untuk Nugraha. Keluarganya yang berasal dari Cimahi, tinggal di Jakarta, memiliki seluas bidang tanah di daerah itu dan mewakafkan untuk pembangunan masjid. Segenap harta, waktu, dan pikiran dicurahkan untuk mewujudkan hadiah terbaik dan terindah untuk Nugraha. Tak terkecuali harta peninggalan Nugraha hasil dari bekerja selama ini. Semua keluarga besarnya ambil bagian dalam proyek akhirat tersebut. Ada yang menjadi penyandang dana, arsitek, pengawas lapangan, dan lain-lain. Kompak! Setiap kali kulihat Masjid An-Nugraha, setiap kali itu juga kurasakan semangat berjuang untuk orang-orang tercinta.
Sempat kudengar keluarganya akan meneruskan keberadaan masjid ini dengan membuat yayasan yang bergerak di bidang kesehatan dan pendidikan. Semangat yang kutangkap adalah cita-cita keluarganya untuk melipatgandakan amal jariyah. Amal yang pahalanya tak pernah putus meski pemiliknya sudah tiada. Semoga cita-cita tersebut segera terwujud. Dan semoga aku bisa ikut berkiprah di dalamnya. Menghidupkan dunia pendidikan. Dunia yang kugeluti suka dukanya selama ini. Dunia yang in syaa allooh menjadi jalan kebaikan. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H