Sejak merebaknya pandemi Covid-19 sekitar Januari lalu, dunia pendidikan tak luput terkena imbasnya. Di Indonesia, penyebaran Covid-19 ke berbagai provinsi dalam waktu relatif pendek telah memaksa para pemangku kepentingan pendidikan mengambil keputusan untuk mewajibkan siswa/mahasiswa belajar di rumah secara daring.Â
Format kelas tradisional tatap muka serta merta berubah menjadi moda pembelajaran daring total dengan menggunakan berbagai perangkat manajemen sistem pembelajaran seperti WhatsApp, Instagram, Google Classroom, Zoom, Jitsi, Google Meet, dan lain-lain.
Sebelum ini, banyak guru/dosen yang sudah nyaman dengan moda pembelajaran tradisional tatap muka di dalam kelas. Hanya segelintir pendidik yang secara terus menerus meningkatkan ilmu dan keterampilannya yang dianggap siap menerima perubahan moda pembelajaran.
Pada kenyataannya, jumlah guru/dosen yang siap dengan moda pembelajaran daring total belum banyak. Apalagi, jika dilihat dari fasilitas untuk menjalankan moda pembelajaran daring total yang belum tentu memadai.
Tidak meratanya fasilitas koneksi internet terutama di daerah-daerah terpencil dan perangkat pendukung pembelajaran seperti spesifikasi telepon genggam dan laptop atau PC jika pembelajaran dilakukan secara daring penuh, membuat hal ini menjadi sebuah ironi.
Tak perlu menyalahkan siapa yang paling bertanggung jawab atas situasi seperti saat ini. Sekarang, bagaimana semua pihak pemangku kepentingan pendidikan saling bantu dan bekerja sama menyebar informasi tentang bagaimana melakukan pembelajaran moda daring di dalam kelas-kelas mereka.Â
Akhirnya, guru yang bisa, mengajari yang tidak bisa. Guru yang paham memahamkan yang tidak paham. Kesenjangan dan kekurangan di sana sini tentu harus dimaklumi karena memang belum ada persiapan terstruktur yang direncanakan untuk mengatasi masalah yang muncul tak terduga seperti pandemi Covid-19 ini.Â
Perlu dicatat, bahwa sejak teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat, belum pernah terjadi pembelajaran daring secara besar-besaran yang diterapkan di hampir seluruh wilayah di Indonesia seperti saat ini.Â
Jika ada bencana lokal atau regional, pembelajaran sekolah bukan dialihkan menjadi daring, melainkan hanya diliburkan selama beberapa minggu saja.
Pandemi ini telah nyata-nyata memaksa kita untuk mengubah moda interaksi dan komunikasi, bukan saja di di Indonesia saja tetapi di seluruh dunia.
Tantangan guru/dosen saat ini adalah bagaimana tetap melaksanakan proses pembelajaran dengan tetap mengedepankan pencapaian tujuan pembelajaran melalui media pembelajaran daring yang ada dan dapat diakses oleh kedua belah pihak (guru dan siswa).Â