PERISTIWA 3 OKTOBER 1945 DI PEKALONGAN SEBAGAI SALAH SATU SEJARAH LOKAL
Oleh :
Bambang Indriyanto, S.Pd.
A.PENDAHULUAN
Sejarah lokal dikatakan sebagai bentuk penulisansejarah dalam lingkup terbatas yang meliputi suatulokalitas tertentu ( I Gde Widja 1989 ). Jadi obyeksejarah lokal adalah sejarah daerah tertentu baik sejarah ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Peristiwa 3 Oktober 1945 adalah salah satu sejarahlokal di Pekalongan, yang berupa peristiwa dengan tema revolusi yang terjadi pada awal proklamasi di Pekalongan.
Peristiwa bersejarah ini merupakan momen herois masyarakat Pekalongan menyambut proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.
Permasalahan yang timbul dalam peristiwa ini adalah usaha pengambilalihan kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang di Pekalongan. Namun perundingan yang diadakan di Markas Kempetai yang sekarang menjadi Masjid Syuhada Pekalongan, mengalami kegagalan karena berubah menjadi pertempuran antara masyarakat Pekalongan dengan pihak Jepang.
B.SEKITAR PROKLAMASI DI PEKALONGAN
Seperti halnya di daerah lain di Indonesia, rakyat Pekalongan merasakan penderitaan akibat pendudukan Jepang. Permerasan bidang sosial, budaya dan ekonomiserta politik terasa sekali bagi masyarakat.Penderitaan fisik dan mental seperti kekurangan pangan, kekuranganbahan pakaian dan pengerahan masa untuk romusha sangatdirasakan.Pendenitaan ini terjadi antara tahun 1942 -1945, dan berakhir dengan kekalahan Jepang terhadap Sekutu. Berita kekalahan Jepang ini tak disia – siakanbangsa Indonesia untuk segera memproklamasikan kemerdekaannya.Cita - cita ini terkabul ketika Soekarno – Hattamemproklamasikan RI Tanggal 17 Agustus 1945 di Jl. Pegangsaan Jakarta.
Gaung proklamasi tersebar di penjuru tanah air,meskipun pemerintahan pendudukan Jepang merahasiakanproklamasi tersebut.
Di Pekalongan suasana 17 Agustus 1945 tenang - tenang saja.Isu kemerdekaan mulai ada, meskipun belum jelas dan hanya ada dalam taraf bisik - bisik saja, karena takut kepada Jepang yang masih bersenjata lengkap.
B Suprapto, karyawan Sendenbu Pekalongan duahari setelah proklamasi kemerdekaan datang dari Jakartamengabarkan bahwa Bung Karno dan Bung Hatta telah memproklamasikan negara Indonesia Tanggal 17 Agustus 1945,serta berpesan agar Angkatan Muda untuk menyebarluaskanberita proklamasi, bersikap waspada serta siap menghadapi segala kemungkinan.
Dengan dibantu pemuda-pemuda pengurus BPKKP(Badan Penolong Keluarga Korban Perang), yang diakui oleh Jepang berperan penting dalam penyiaran berita proklamasi di daerah Pekalongan, sehingga rakyat Pekalongan dimana-mana memperbincangkan proklamasi.
Kegembiraanrakyat Pekalongan terhadap proklamasi kemerdekaanRI diwujudkan dalam sikap penuh kegembiraan, hilangnya ketakutan terhadap Jepang serta denganbangga memakai lencana merah putih yang terbuat dari kain.Di pihak Jepang berita prokiamasi ini tetap dirahasiakan.Baru Tanggal 22 Agustus 1945 di kantor SyuchoPekalongan bahwa tentara Sekutu akan datang, dan Jepangsendiri tak menyinggung proklamasi kemerdekaan RI,apalagi menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada bangsaIndonesia.
Pada tanggal 28 Agustus 1945 di Pekalonganterbentuk Komite Nasional. Indonesia Daerah KaresidenanPekalongan.Ketua KNID Pekalongan adalah Dr Sumbaji.Pengurus KNID Pekalongan menganjurkan suatu Badan Kontak yang terdiri dan wakil – wakil aliran politik masyarakat,dengan tujuan menampung aspirasi rakyat, agar segala tindakan bisa manunggal. dan terkoordinasi, sebab sejakPendudukan Jepang partai politik dilarang.Setelah dimintakan saran dan Mr Besar, yang menjabat sebagai FukuSyuchokan di Pekalongan, kesimpulannya Badan kontakformal tak perlu dibentuk.Namun kontak dan koordinasi diserahkan kepada Badan Eksekutip KNID Pekalongan yang telah memiliki legalitas.Selain itu untuk tidak menimbulkan kecurigaan dan pihak Jepang.
Anggota Eksekutip KNID Pekalongan:
1.  Dr Sumbaji                                          Ketua
2.  Dr Ma’as                                             wakil ketua
3.  R Suprapto                                          anggota
4.  Kromo Lawi                                        anggota
5.  A Kadir Bakri                                     anggota
6.  Ky H Moh Ilyas                                  anggota
7.  Jauhar Arifin                                      anggota
8.  S Wignyo Suparto                               anggota
C.PERUNDINGAN DENGAN PIHAK JEPANG
Kelompok BPKKP, Kelompok KNID, dan Angkatan Mudayang diwakili pemuda Mumpuni dan Margono Jenggot, selalu berunding di kantor BPKKP(sekarang bekas kantor DeppenKodya Pekalongan).ini merupakan kegiatan rutin, konsultatif untuk merencanakan langkah-langkah yang perludiambil sesuai perkembangan.
Pertemuan antar kelompokwakil-wakil masyarakatPekalongan memutuskan untuk berunding dengan pihakJepang sesuai dengan diktum proklamasi yakni hal-halmengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya .Untuk keperluan pengambilalihan kekuasaan ini diputuskan agar Mr Besar. Dr Sumbaji dan Dr Ma’asmenghadap Syuchokan untuk mengadakan perundingan tentang pengambilalihan kekuasaan di Pekalongan.
Suasana di Pekalongan semakin memanas dan pihakJepang akhirnya tidak menolak untuk berunding dengantokoh-tokoh Pekalongan. Perundingan ditetapkan tanggal1 Oktober 1945 jam 10.00 di kantor Syucho.Namun secaramendadak pihak Jepang minta perundingan ditunda dua hari karena situasi yang gawat di Semarang. Usul Pengunduran dirundingkan bersama di rumah Mr Besar dengan angkatan muda dan akhirnya ditentukan :
Ø Perundingan ditetapkan 3 Oktober 1945 jam 10.00 pagi di markas Kempetai.
Ø Para anggota delegasi Indonesia terdiridari Mr Besar, dan anggota Eksekutip KNI
Ø Ketua delegasi ditentukan Dr Sumbaji.
Ø Tuntutan dari pihak Indonesia terdiri dari 3 pasal, yakni :
1.     Pemindahan kekuasaan pemerintahan dariJepang kepada pihak Indonesia di laksanakan dengan damai dan secepatnya.
2.     Diserahkan semua senjata yang ada ditangan Jepang baik yang ada di Kempetai, Keibitai, maupun ditangan Jepang sakura kepada pihakIndonesia.
3.     Memberi jaminan kepada pihak Jepang, bahwa mereka akan dilindungi, diperlakukan dengan baik, dan dikumpulkanmenjadi satu di markas Keibitai. (sekarang KantorBappeda Kodya Pekalongan). Sampaidan termasuk socitet delectatio, dan Handelsbank.
Mundurnya perundingan digunakan sebaik-baiknyaoleh para pemuda untuk mengerahkan massa mengikuti jalannya perundingan di markas Kempetai yang sekarangmenjadi gedung Pemuda di Jl. Pemuda Pekalongan.
D.PERUNDINGAN 3 OKTOBER 1945 DI MARKAS KEMPETAI
Sejak pagi hari masyarakat Pekalongan berbondong bondong membanjiridepan markas Kempetaidan sekitar taman KebonRojo di sekitar Jl. Pemuda Sekarang, untuk mengikuti jalannya perundingan antara tokoh masyarakatPekalongan dengan pihak Jepang mengenai pengambilalihankekuasaan pemerintahan dan tangan Jepang.Sampai pukul09.30 masyarakat telah membanjiri sekitar tempat perundingan tersebut. Mereka berikat kepala dan lencana merahputih dan senjata seadanya,seperti kelewang, arit parang, pentungan kayu. bahkan ada yang membawa minyaktanah untuk membakar markas Kempetai.
Pukul 09.45 delegasi Indonesia dengan berjalankaki dari rumah MrBesar menuju markas Kempetai.Merekadielu-elukan massa dengan teriakan “Hidup RepublikIndonesia, jangan mundur dari tuntutan.Hidup wakil-wakilrakyat Pekalongan “Rombongan diantar sampai gerbang markas Kempetai dengan sorakan dan teriakan massa“Jangan mau tawar, Jangan mundur dari tuntutan.Berhasilah, kami menunggu. Kami tidak akan bubar sebelum bapak-bapak kembali, kembali dengan selamat “.
Pemuda Rahayu dan Bismo dengan berani menancapkanbendera merah putih di atap markas Kempetai,dalam rangkamengobarkan semangat rakyat.Sementara tokoh ulama yangbernama kyai H. Syafei memimpin dan mengerahkanmassarakyat.Pada saat itu juga para pemuda menyandera orangJepang Sakura ( Jepang yang ditugasi urusan sipil )maupun lainnya kurang lebih 15 orang di ruangan kantorSyucho yang tak begitu luas.Mereka dijaga puluhan pemudadengan senjata yang bermacam-macam.Ancaman pemuda adalahakan membunuh tawanannya bila perundingan gagal.
Tepat pukul 10.00 pagi perundingan dimulai.Meja disusun leter U.Pihak Jepang duduk dalam satu barismenghadap ke barat. terdiri dari :
1.     Tokonami ( Syuchokan)
2.     Kawabata (Kempetaicho )
3.     Hayashi ( Staf Kempetai )
4.     Horizumi ( penterjemah )
Sedangkan delegasi Indonesia ada dalam dua baris terdiri dan baris utara dan selatan. Deret sebelah utara adalah :
1. Mr Besar2.Dr Sumbaji3.Dr Ma’as
Deretan selatan adalah :
1.R Suprapto2.Kadir Bakri3. Jauhari arifin
Anggota Eksekutif KNI yakni Kromo Lawi, Kyai Moh Ilyas sampai perundingan dimulai ternyata tidak hadir.
Mr Besar membukaperundingan dengan terlebih dahulu memperkenalkan delegasi Indonesia dilanjutkan mengemukakan maksud kedatangan dan tujuan mengadakan perundingan dengan pihak Jepang.Pihak Jepang menyambut dengan pertanyaan mengapa pihak Indonesia datang dengan membawa massa yang banyak ? karena hal ini akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dr Sumbaji selaku ketua delegasi menyatakan perlunya tindak lanjut setelah adanya proklamasi kemerdekaan, yakni terlaksananya pemindahan kekuasaan dan pemerintah Jepang kepada Indonesia dengan damai , serta disampai kan tuntutan 3 pasal dengan harapan Jangan sampai terjadi insiden yang dapat mengorbankan rakyat banyak.
Tokonami menjawab bahwa, pemerintah Bala Tentara Dai Nippon sudah mendengar adanya proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta tanggal 17 Agustus1945 di Jakarta, namun di daerah ini pemenintah Dai Nippon tidak bisa menerima keinginan pihak Indonesia karena pihaknya masih berkewajiban menjaga status quo yang ada demi kepentingan , keamanan dan keselamatan rakyat. Pihak Jepang memahami tuntutan delegasi Indonesia, tetapi pihaknya terikat dengan Sekutu bahwa sebelumada instruksi dan Dai Nippon di Jakarta , pihaknyaada instruksi dan Dai Nippon di Jakarta , pihaknya masih bertanggungjawab untuk mempertahankan statusquo.Kemudian Dr Maas angkat bicara, bahwa sebenarnya tentang pemindahan kekuasaan sudah tiada persoalan lagi,karena Jendral Terauchi telah berjanji waktu bertemu Bung Karno di Bangkokakan memerdekakan Indonesia. Bukankah sekarang sudah tepat pada waktunya ? Seorang Kempetai melaporkan bahwa ada wakil pemuda yang akan bertemuDr Sumbaji.Setelah diijinkan, Mumpuni dan Margono berbicara langsung denganDr Sumbaji dengan nada keras: “Sudahkah perundingan selesai ? jangan terlalu lamarakyat tidak sabar menunggu.
Ketika penterjemah Jepang sedang rneneterjemahkan Pembicaraan Dr Sumbaji, sekonyong-konyong terdengar suara letusan senjata diluar. Keadaan menjadi sunyi terdengar teriakan serbu, serbu dari luar.Delegasi Jepang segera meninggalkan sidang masuk ke ruangan Kempetai .Sementara delegasi Indonesia ditinggal begitu saja.
Mr Besar bersama rombongan meninggalkan markas Kempetai lewat pintu belakang.
Rakyat banyak menjadi korban mitraliur Jepang yang memberondong massa. Perundingan belum selesai dan gagal, yang ada hanya korban dan rakyat yang tak berdosa.Jepang Sakura yang ditawan para pemuda pun tak luput dari pembunuhan massa yang marah akibat kejadian yangtidak mereka inginkan.Rakyat lari cerai berai menyelamatkan diri dari sasaran tembakanJepang.Rakyat yang terluka banyak yang melarikan diri tapi tak kuat dan terjatuh di sekitar taman Pasar Ratu di depan markas Kempetai.Mereka yang luka dan dapat lolos dan keributan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Kraton.
Tidak banyak diketahui korban dipihak Jepang,karena yang mati dan yang luka dapat dilarikan.Namun banyaknya darah yang menggenangi lantai tawanan Jepang menjadi saksi berapa banyak Jepang yang terbunuh. Sementara dipihak rakyat Pekalongan yang menjadi korban cukup banyak, yakni 37 orang meninggal dan 12 orang menjadi cacat. Berdasarkan laporan beberapa penulis dan pelaku sejarah ada kesimpangsiuran mengenai jumlah korban yang meninggal, meskipun hitungan yang cacat sama, yakni 12 orang.
Beberapa pendapat mengenai korban yang dapatdihimpun penulis antara lain :
1.Menurut buku Pengabdian Resimen XVII kepada bangsa dan negara, mencatat korban meninggal 35 orang dan mereka tergeletak selama 2 hari di halaman gedung Kempetai.
2.Menurut catatan DHC 45 Pekalongan dalam tulisannya yang berjudul, Perjuangan Pemuda Pekalongan mengusir Jepang di Pekalongan 3 Oktober 1945 menuliskan pahlawan yang gugur 36 orang, seorang meninggal di depan kantor Kempetai.
3.M. Syaichu dalam bukunya yang berjudul Sekilas perjalanan hidupku melaporkan bahwa korban dipihak pejuang sebanyak 32,tetapi ada yang mencatat 37 orang dan yang cacat 12 orang.
4.Dalam buku Pekalongan Kota Batik menuliskan tentang 35 Pahlawan gugur dalam pertempuran 3 Oktober 1945 korban tewas 35 orang, cacat 12 orang.
5.Menurut daftar nama pahlawan yang gugur melawan Kempetai Tanggal 3 Oktober 1945,dari paguyuban keluarga pahlawan 3 Oktober 1945 adalah :
1.Mi’an B. Dasim17. Sidar
2.Ramlan B.Sirus18. Bakri
3.N.Tjusiah binti Tjaman 19. Ridwan
4.Barkon 20. Tjardi
5.Salap 21. Amien
6.Hufron B. R. H. Agus 22. Muchani B. koetjit
7.Mijako B. Subali 23. Mustadji B. Saleh
8.Amat Baroch B. M. Patih 24. Moedidjat
9.Soedjati25. Ibnu B. Sabu
10.Abdoel Latief 26. Tasiman
11.Abu 27. Amat B. Santi
12.Tjarjadi28. M. Jahja B. Soetardjo
13.Tojib 29. Azin B. H. Ali
14.Rifai 30. Mailburi B. Denan
15.Ating 31. Sech B. MachmudAlidrus
16.Andang32. Moenawir B Djauhari
33. Salim
34. Imam bin HAI
                                                          35. R. Soebagyo
                                                          36. Martono
                                                          37. M.Soemardi
Â
Adapunyang cacat ada 12orangyakni :
1.     M Soemekto                                  7.Rochmat
2.     M Rahajoe                                     8.Said BinTarbi
3.     MDjaelani Kanafi                         9.RachmanFadhil BSaid
4.     Damiri B Dasmin                         10. Rasmadi B Kasmawi
5.     Pari B Marsan                               11.Rasto
6.     Kadim B Sirus                             12. Djaelani Radji
Â
Â
E.PENYELESAIAN AKHIR MASALAH
Setelah pertempuran yang tak seimbangterjadi, rakyat akhirnya bubar, sementara korban bergeletakan di sekitar markas Kempetai. Suasana sunyi.Dan hanya ada beberapa anggota Kempetai yang berjaga-jaga diluar markas dengan bayonet terhunus. Tokoh masyarakat,anggota delegasi berusaha mengatasi masalah dengan menghubungi ke Semarang, karena kawatir pihak Jepang akan membalas dendam terhadap masyarakat.Interlokal dengan B Suprapto diperoleh jawaban bahwa Semarang tidak dapat membantu, sebab Semarang sendiri keadaannya masih gawat.
Eks Daidancho H Iskandar Idris menghubungi Eks Daidancho Sudirman di Purwokerto per telpun mengenai kasus di Pekalongan, dan minta bantuan agar dapat menghubungi penguasa tentara Jepang untuk wilayah karesidenan Banyumas dan Pekalongan.Daidancho Sudirman menyetujui disanggupi dan akan memberitahukan kepada Pekalongan lebih lanjut.
Anggota Palang Merah Indonesia yang waktu itumasih embrio, seperti Dr Agus Muljadi, JJ Tupamahu, Dr IS Lisapaly, Dr Sunarjo Said, Dr Sumbaji menolong korban yang masih bergelimpangan di sekitar markas Kempetai.Pihak Jepang memperbolehkan sukarelawan yang mengurus korban pertempuran harus tenaga wanita dokter sendiri. Sukarelawan wanita yang aktif membantu antara lain Hardinar Mulyadi (Ny. Maryono,SH), dan Mary Soemakno (Istri mantan KAPOLRI Hugeng). Jenazah di semayamkan di Rumah Sakit Kraton sebentar, lalu dimakamkan.Makam ini sekarang bernama Taman Makam Pahlawan Rekso Negoro di desa Panjang.
Tanggal 5 Oktober 1945 diterima kabar dari Purwokerto bahwa penyelesaian berhasil dengan baik . Hubungan kantor Kempetai lewat telepon yang diblokir pihak republik, supaya dibuka kembali agar Butaicho penguasa militer Jepang untuk karesidenan Banyumas dan Pekalongan dapat langsung memberi perintah kepada satuan tentara Jepang di Pekalongan.
Hasil perundingan dari eks Daidancho Sudirman hampir memenuhi harapan rakyat Pekalongan, yakni :
1.   Seluruh BalaTentaraJepang dan Jepang sipil akan dijemput oleh Butaicho dariPurwokerto dan akan diangkut dengan truk ke Purwokerto.
2.   Semua peralatan perang akan ditinggalkan dan diserahkan kepada eks Daidancho Pekalongan.
3.   Pemerintahan dipindahkankepada pejabat Indonesia secarageruisloos.(tanpa upacara dan tanpa timbang terima).
4.   Tanggungjawab keamanan dan ketentraman menjadi tanggungjawab orang Indonesia.
5.   Eks Daidancho Pekalongan supaya menjemput utusan Butaicho dariPurwokerto di Tegal. Perjalanan dan pulangnya mengangkut orang-orang Jepang jangan sampai terganggu atau ada provokasi daripihak pemuda.
6.   Penyerahan senjata tersebut butir 2, dilaksanakansetelah sampai di Tegal secarageruisloos.
Ketentuan-ketentuan itu akhirnya diterima rakyat Pekalongan dengan gembira dan pelaksanaannya berjalan dengan aman tertib dan lancar.
F.PENUTUP
Peristiwa 3 Oktober 1945 sudah 69 tahun berlalu,namunsemangat perjuanganrakyat Pekalongan tak pernah padam.Dan untuk mengenang pengorbanan pikiran, tenagaserta jiwa dan raga para pejuang, maka dibekas markasKempetai dibangun sebuah monumen untuk memperingatiperitiwa 3 Oktober di Pekalongan, yang peresmiannyadilaksanakan Tanggal 20 Mei l964. Monumen perjuangan inidipugar beberapa kali, dan akhirnya Tanggal 3 Oktober1983 oleh pemerintah daerah kodya Pekalongan dibuatkan monumen yang megah di depan bekas markas Kempetai yangdahulu bernama taman Kebon Rojo Pekalongan.Letak monument di Kebon Rojo karena daerah ini juga tempat terjadinya peristiwa yang herois tersebut.
Pemda Dati II Kodya Pekalongan pun telah membuat peraturan daerah No 5 tahun 1983 tentang Penetapan Tanggal 3 Oktober sebagai hari peringatan pertempuran di Pekalongan.
Dari sejarah pertempuran 3 Oktober 1945, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.Peristiwa 3 Qktober 1945 di Pekalongan merupakan salah satu sejarah lokal bertema revolusi nasional yang terjadi di daerah Pekalongan.
2.Ternyata banyak tokoh-tokoh di Pekalongan yang gigih dalam mempertahankan kemerdekaan.
3.Ternyata persatuan dan kesatuan masyarakat antaraulama,pemuda,KNID, PMIdan segenap rakyat sangatmembantu perjuangan pengambilalihan kekuasaan ini,meskipun harus ditebus dengan nyawa 37 pahlawan danraga yang cacat dan 12 pejuang.
Setelah meneliti dan membaca referensi tentangPeristiwa 3 Oktober 1945 di Pekalongan, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.
1.Situs sejarah berupa bekas markas Kempetai yangsekarang statusnya sudah menjadi Masjid Syuhada, serta situs lainnya seperti monument, rumah residen serta kantorresiden agar tetap terpelihara dengan baik..
2.Hendaknya diadakan penelitian dan pengkajian yang serius sesuai dengan metode penulisan sejarah agar dapat menghasilkan tulisan yang menarik, ilmiah dan objektif.
3.Mengenalkan kepada generasi muda, khususnya pelajar di Pekalongan untuk mempelajari, membaca dan mendiskusikan peristiwa 3 Oktober 1945 lewat pelajaran sejarah atau forum temu siswa yang lain.
4.Pemerintah daerah agar memperhatikan kesejahteraan keluarga pahlawan 3 Oktober 1945 yang benar-benar perlu bantuan moral dan material.
5.Hendaknya diadakan temu tokoh peristiwa 3 Oktoberyang masih ada dengan keluarga korban peristiwa ini sehingga tercipta sambung rasa yang baik.
Akhirnya bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa para pahlawannya.Amien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H