Hari ini, hari-hari di mana dunia ini dipenuhi dengan perang. Ada yang bermain di bidang politik, energi, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Semuanya, bermula dari persaingan kepentingan pribadi, yang dipenuhi dengan penyakit keserakahan dan ketakutan tersisihkan.
Dahulu kala, kita tahu bahwa Jepang, Belanda, Inggris dan banyak negara-negara lainnya, pernah menorehkan tinta hitamnya di negeri ini dan negeri-negeri lainnya. Mereka menjadi aktor utama yang tampil sebagai sang diktator dunia. Dengan jiwa keserakahan yang haus akan kekuasaan, mereka berkelana ke sana dan ke mari, pergi dari negerinya untuk mengindas kebebasan negara-negara lainnya, yang berada dalam posisi lemah. Sungguh kita sebagai bagian negeri ini, pernah merasakan, atau setidaknya kita pernah mendengar cerita pahit itu dari para pendahulu kita.
Ironis, kepenjajahan negara-negara serakah periode silam itu, mereka tampak secara jelas. Mereka tampil secara terang-terangan, menunjukkan wajahnya sebagai penjajah, yang tentu dapat kita saksikan secara kasat mata. Khususnya di negeri kita ini, yang paling mudah saja kita lihat, adalah kepenjajahan mereka secara teritorial. Mereka menduduki berbagai wilayah negeri ini, bahkan hingga ke pelosok-pelosok yang terpencil. Mereka menjajah kita, dalam waktu yang tidak sedikit. Misalnya Jepang saja, bukan satu atau dua tahun mereka berdiri dengan kecongkakannya, menindas kebebasan di negeri kita sendiri ini. Lebih dari itu, kita tahu bahwa Belanda, ia bahkan menjajah negeri ini dalam jangka waktu yang berabad-abad. Demikianlah, kepenjajahan mereka tampak secara jelas yang dapat dengan mudah kita melihatnya.
Namun, sekarang sungguh lain berbeda. Berbagai peperangan, banyak terjadi di negeri ini, yang mana musuhnya sungguh sulit untuk diterka, tidak terlihat bagai fatamorgana. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai oleh manusia hari ini, khususnya kemajuan secara intelektual, maka mereka-mereka yang serakah akan kekuasaan, tidak lagi tampil sebagai penjajah yang terasa secara lahir. Mereka menjajah dan menindas negara-negara jajahannya, dalam bayangan yang sungguh sulit terlihat. Tentu saja, mata-mata yang lugu, tidak akan pernah mampu menganalisa dan mengetahui mereka. Perlu akal yang sehat dan pikiran yang jernih, untuk dapat melihat semua itu.
Tidak heran, bila Ir. Soekarno sebagai bapak bangsa ini pernah mengatakan bahwa, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”. Dengan ketajaman pandangannya, seolah sang kstaria yang telah membebaskan kita dari kepenjajahan itu, mampu melihat kesulitan yang akan kita hadapi. Ya,.. benar saja, dapat kita saksikan dan kita rasakan, bahwa hari ini kita berperang dengan bangsa sendiri, di negeri kita sendiri. Pengedar narkoba, kejahatan seksual, dan lain sebagainya, semua diaktori oleh bangsa kita sendiri. Kita tidak lagi berperang secara konvensional, namun kita berperang dengan situasi yang sulit, yang justru lebih rumit dari menghadapi penjajah yang perlu dihadapi dengan angkat senjata.
Mungkin inilah yang dimaksud dengan Proxy War, yang kini sedang tren dalam istilah peperangan di dunia dan negeri ini. Para ahli intelektual mengetahui bahwa, mulai dari Timor Timur yang akhirnya harus terlepas dari negeri ini, hingga GAM-nya (Gerakan Aceh Merdeka-yang sudah relatif selesai diatasi) Aceh dan OPM-nya (Organisasi Papua Merdeka-masih eksis hingga hari ini) Papua, semua terjadi bukan secara kebetulan, semuanya didalangi oleh aktor-aktor bayangan, yang memiliki keinginan dan kepentingan terhadap negeri ini.
Lihatlah Timor Timur, kita tahu bahwa di sana terdapat potensi kekayaan alam, maka negera serakah itu mulai datang secara halus, menintervensi hingga memprovokasi saudara-saudara kita kala itu, hingga akhirnya mereka harus terpisah dari kita, bahkan melalui peperangan yang cukup panjang dan korban yang tidak sedikit. Lihat pulalah peperangan di manca negara hari ini, khususnya di daerah Timur Tengah. Dengan berbagai isu, baik terorisme hingga ISIS (Islamic State of Iraq and Syria-Daulah/Negeara Islam Iraq dan Suriah), semua berkecamuk dalam perang. Apakah mereka berperang dengan sendirinya tanpa ada dalang di balik mereka ? Tidak, tidaklah demikian. Perhatikanlah para pengamat dunia, dengan intelektual dan kejernihan berfikir, mereka dapat dengan mudah menganalisa aktor dan dalang di balik semua itu. Secara mudah saja, kita tahu bahwa negera-negara di Timur Tengah itu kaya akan sumber daya alam minyak, tentu negara-negara serakah itu akan berfikir sekeras mungkin untuk dapat memilikinya. Hanya saja, dengan kepintarannya, mereka tidaklah datang secara paksa, dengan permainan politik, mereka menghembuskan isu-isu itu, memprovokasi benih-benih perpecahan, yang pada akhirnya mereka hadir seolah atas nama “Perdamaian”, yang sebenarnya ingin menguasai dan menduduki secara kewilayahan. Sungguh cantik permainan mereka. Semua ini bukanlah analisa kosong belaka, setidaknya lihatlah kenyataannya. Sekarang, di negera-negara yang telah hancur dengan berbagai isu-isu itu, siapakah pada akhirnya yang merauk keuntungan atas Sumber Daya Alam di negeri-negeri itu ? I know, yo know who (Saya tahu, anda tahu siapa dia).
Lalu bagaimana dengan Indonesia hari ini ? Tentu saja, Indonesiapun tak luput dari sasaran penjajahan secara halus itu. Kita tahu, Negeri kita ini, kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya di Papua yang kaya akan emas, tembaga, minyak dan lain sebagainya. Hingga kini, masih kita dengar dan kita rasakan mengenai isu OPM, hingga ISIS yang mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan. Apakah semua itu terjadi secara kebetulan ? Tentu saja tidak. Tentu ada aktor utama di balik semua itu, yang senantiasa membuat situasa di negeri kita ini dipenuhi dengan polemik oleh bangsa sendiri. Situasi ini, seolah menjadi bom yang siap mereka ledakan, seandainya kepentingan mereka dalam penjajahan halusnya terusik dan terganggu.
Dengan demikian, sudah selayaknya kita mampu berfikir secara jernih. Mari kita hadapi itu semua. Jangan lagi ada di antara kita ada yang menjadi tangan-tangan mereka, yang ingin menjadi penghancur negeri ini. Jangan lagi ada di antara kita, mejadi insan yang lugu, terbodohi dengan semua itu. Mari kita bentengi diri dari paham-paham radikal seperti ISIS, dan dari organisasi-organisasi pemecah belah bangsa. Mari kita bentengi diri, bahkan mari kita perangi organisasi-organisasi pengkhianat bangsa seperti KNPB (Komite Nasional Papua Barat), OPM dan lain sebagainya, yang dengan lugunya mereka menjadi tangan-tangan para penjajah yang serakah akan kekuasaan dan kekayaan alam dari negeri kita ini.
Src : papuacenter.blogspot.com