Mohon tunggu...
Isu Papua
Isu Papua Mohon Tunggu... -

Memberikan informasi seputar issu Papua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisruhnya Situasi Politik di Papua

16 Februari 2015   18:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:06 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu kajian filsafat, penulis pernah mendapatkan suatu ilmu bahwa manusia pada dasarnya terdiri dari dua unsur, yakni raga sebagai unsur fisik dan ruh sebagai unsur bathin. Raga sebagai unsur fisik, merupakan bagian dari diri manusia yang bersifat materi dan inderawi, sedangkan unsur ruh merupakan bagian dari diri manusia yang bersifat nonmateri dan non inderawi.

Dalam hal ini, ruh dapat dikatakan lebih atau bahkan sebagai inti dari diri manusia bila dibandingkan dengan raganya yang berfungsi hanya sebagai cover/fisik. Pada dasarnya, raga  manusia hanyalah seonggok materi yang tidak berbeda dengan benda lainnya yang juga bersifat materi. Batu, tanah, besi dan benda-benda lainnya tidak berbeda dengan raga manusia dari segi kemateriannya. Namun, karena manusia memiliki unsur ruh dalam dirinya seperti yang sudah disinggung di awal, maka manusia menjadi jauh berbeda dari benda-benda lainnya.

Kaitannya dengan hal tersebut, ruh manusia juga dibagi lagi ke dalam empat daya. Pertama, ruh daya tambang, kemudian ruh daya nabati, hewani dan yang terakhir ruh daya akal. Secara ringkas, penulis akan bahas sedikit mengenai ruh daya hewani dan ruh daya akal yang ada pada manusia, yang mana hal ini diperlukan sebagai pengantar untuk tujuan tulisan kali ini.

Ruh daya hewani, merupakan daya ruh manusia yang berkaitan dengan diri manusia, di mana dengannya manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan merasakan sesuatu, baik yang disukainya ataupun dibencinya. Sedangkan ruh daya akal, adalah daya ruh yang dengannya manusia mampu mengetahui hal-hal yang bersifat universal, membedakan antara yang benar dan yang salah, antara yang baik dan buruk.

Kedua daya ruh tersebut memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia, namun perlu keseimbangan dalam proses aksi/kerjanya. Ruh daya hewani yang dengannya manusia memiliki perasaan suka, cinta, benci, dsb, membuat manusia memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu. Misalnya, dengan manusia mempunyai rasa suka terhadap makanan, maka ia akan memiliki motivasi untuk berusaha mencarinya. Dengan adanya rasa suka manusia atas kekayaan, maka ia akan berusaha untuk mendapatkannya. Hanya saja, dengan adanya daya perasaan yang diperlukan sebagai motivasi manusia untuk mendapatkan sesuatu tsb, maka ia akan sangat berbahaya apabila tidak diiringi dengan pengntrolan. Misanya, dengan adanya perasaan manusia yang cinta akan kekayaan, bila tida ada pengontrolan terhadapnya, maka manusia akan berusaha mendapatkannya dengan cara apapun, baik itu dengan cara yang baik, ataupun dengan cara yang tidak baik, baik dengan berusaha secara jujur, ataupun dengan mengorbankan dan menyikut hak-hak orang lain. Dengan demikian, di sinilah ruh daya akal memegang peran utamanya. Dengan ruh daya akal, maka ia akan mengetahui bahwa ia harus berusaha dengan cara yang baik, secara jujur dan tanpa mengorbankan hak orang lain.

Kisruhnya Politik di Papua.

Menilik perjalanan perpolitikan di Papua hingga saat ini, penulis merasakannya sungguh alot dan sulit. Hampir 60 tahun Indonesia merdeka, sekalipun Papua sudah memiliki banyak kemajuan, namun sepertinya masih sangat dirasa kurang. Seharusnya, Papua sudah mampu berkembang jauh lebih maju dari kondisi sekarang. Setidaknya, dalam perkembangannya sudah seharusnya Papua tidak kalah maju dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan pulau-pulau lainnya, karena Papua juga sama-sama merupakan bagian dari Indonesia sejak dahulu kala. Namun, mengapa hingga saat ini Papua masih belum mampu semaju itu ??? Apa dan siapa yang salah selama ini ???

Mungkin saja, hal ini salah satunya disebabkan oleh kisruhnya perpolitikan di Papua hingga saat ini. Bukankah Papua sudah diberikan hak yang sama sebagaimana dengan bagian-bagian Indonesia lainnya ??? Lebih dari itu, bukankah Papua bahkan sudah jauh dilebihkan perhatiannya dibanding dengan bagian Indonesia lainnya ? Bukankah Papua sudah diprioritaskan dengan adanya Otsus Plus selama ini ? Dengan adanya UP4B (Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat) sejauh ini ? Namun, mengapa Papua belum mampu jauh lebih maju lagi ???

Pada dasarnya, bila ditanya siapa yang salah, tentu saja semua unsur bisa dikatakan bersalah, mulai dari pimpinan tertinggi di pusat, hingga orang terendah kesejahteraannya yang ada di tanah Papua. Namun dalam hal ini, para pimpinan dan elit politiklah yang mempunyai peranan penting atas lambannya perkembangan Papua selama ini. Hal ini, setidaknya karena melalui merekalah kebijakan-kebijakan dan pengawasan hingga pelaksanaannya dilakukan.

Bila dilihat secara kasat mata selama ini, bisa jadi dan bisa dikata bahwa kesalahan terbesar lambannya perkembangan Papua tersebut, tertumpu kepada Pemerintahan Daerah Papua dan jajarannya. Berbagai program dan kebijakan telah disetujui dan diberikan oleh pusat, yang mana dalam hal ini contoh yang sangat jelas adalah dengan adanya Otsus dan UP4B sejauh ini. Kebijakan tersebut sudah diberikan, namun sepertinya dalam proses pelaksanaannya yang menjadi sumber permasalahannya. Pemerintahan Daerah Papua belum mampu melaksanakan sepenuhnya kebijakan tersebut. Dukungan dan dana sudah digelontorkan dari Pusat, namun karena kinerjanya yang kurang sehingga sangat sedikit hasil yang didapatkan.

Meninjau kembali apa yang penulis sampaikan di awal sebagai pengantar tujuan penulisan kali ini, bisa saja hal ini terjadi karena potensi kesalahan yang bisa saja terjadi pada para pimpinan di Papua dan para elit politiknya. Sudah dibahas bahwa, manusia dengan memiliki ruh daya perasaan (daya hewani), maka bisa saja tanpa dengan adanya perasaan yang menimbulkan motivasi, ingin memiliki kekayaan dan jabatan, tanpa peduli dengan kemelaratan rakyatnya. Bisa saja mereka memainkan perannya dalam perpolitikannya. Mereka memutar-mutar isu di Papua demi kepentingan mereka, demi menciptakan kondisi-kondisi yang menguntungkan mereka. Dukungan dan dana sudah tergelontorkan dari pusat selama ini, namun kemanakah semua itu terwujud ?

Bukan penulis ingin berburuk sangka terhadap para pimpinan, namun hal itu hanyalah sebagai analisa yang bisa saja terjadi. Misalnya, akhir-akhir ini ramai diberitakan mengenai ditolaknya draft RUU Otsus Plus untuk masuk pembahasan Prolegnas tahun 2015 ini. Entah mereka mengajukan Otsus Plus tsb memang benar untuk rakyatnya, atau justru memanfaatkan alasan untuk rakyat padahal untuk kepentingan jabatan dan kekayaannya ? Entahlah, hanya Tuhan dirinya yang tahu.

Semoga saja, kita semua diberikan yang terbaik dari Tuhan YME, dan tidak mudah termakan oleh kisruhnya perpolitikan para kaum elit di pemerinaahan Papua ini. Terlebih, ketika mereka berusaha menggunakan kesempatan dalam kesempitan, menyerukan ide yang tidak bijaksana referendum Papua untuk kepentingan perpolitikan mereka. (papuacenter.blogspot.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun