Sabtu, 5 Agustus 2023 pagi. Komaruddin Rachmat melakukan hal yang tak biasa: jalan kaki Jogja-Bandung. Usianya sudah 69 tahun dan ia pernah dapat serangan stroke tahun 2012, ketika ia berusia 58 tahun. "Ini bukan untuk gagah-gagahan, tapi untuk menyemangati para penderita stroke, agar bertekad kuat untuk pulih," tuturnya dengan penuh optimis.
Kaki Tangan Mati Rasa,
Mulut Bahu Miring Ekstrem
Ketika dapat serangan stroke pada tahun 2012 itu, Komaruddin Rachmat ambruk secara fisik dan mental. Betapa tidak. Kala itu, seluruh bagian kiri tubuhnya kebas. Kaki kiri dan tangan kirinya, mati rasa. Mulut serta bahu kirinya miring ekstrem. Saat itu, ia masih produktif dan sebagai alumni Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, kariernya pun masih moncer.
"Yang langsung terbayang saat itu adalah, saya akan menjadi beban bagi keluarga. Ekonomi keluarga pastilah akan terjun bebas, karena saya merupakan tulang punggung keluarga. Cemas, takut, dan seluruh perasaan negatif tentang diri, menguasai pikiran serta perasaan saya," ujar Komaruddin Rachmat mengenang masa-masa gelap tersebut.
Ia cukup lama menjalani perawatan medis, antara lain, di Rumah Sakit Harum, Jakarta Timur. Berbagai upaya medis yang disarankan sejumlah kerabat, ia jalani. Termasuk, sejumlah terapi yang direkomendasikan para pihak. Kondisi finansial terus menipis. Sementara, kondisi fisiknya akibat stroke tersebut, tak banyak berubah.
Untunglah, kondisi mentalnya secara bertahap, pulih. Ia mengakses serta membaca banyak hal yang relevan dengan stroke melalui perangkat handphone. Akhirnya, ia sampai pada satu kesimpulan: bergerak dan berlatih. Selama 2 tahun, ia memaksa dirinya untuk bergerak dan berlatih.
"Awalnya sangat malas dan sangat berat, tapi saya paksa diri saya untuk bergerak dan berlatih," ungkap Komaruddin Rachmat. Gerakan dan latihan yang ia lakukan adalah berjalan. Mula-mula di dalam rumah dengan bantuan tongkat. Kemudian, di pekarangan rumah. Sampai akhirnya, ia punya keberanian untuk bergerak dan berlatih di jalan di sekitar rumah.
6 bulan pertama masih dalam kondisi memaksa diri, tapi Komaruddin sudah merasakan ada perubahan kecil pada kaki kiri dan tangan kirinya. Itu membuatnya makin bersemangat untuk bergerak dan berlatih. "Dari berbagai bacaan yang saya baca, sel-sel tubuh yang mati karena stroke, akan digantikan oleh sel-sel baru. Dengan terus bergerak dan terus berlatih, sel-sel baru itu akan membantu memulihkan organ tubuh yang rusak karena serangan stroke," lanjut Komaruddin Rachmat.
Jalan Kaki Sejauh-jauhnya,
Menggali dan Berbagi Pengalaman
Boleh dibilang, selama 2 tahun pertama setelah serangan stroke tersebut, tiada hari tanpa bergerak. Ia berjalan kaki sejauh-jauhnya. Lama-lama, berjalan kaki sudah menjadi kebutuhan. Berjalan kaki dari rumahnya di Bekasi, Jawa Barat, dengan menyusuri jalan-jalan di Kota Bekasi, sudah menjadi hal biasa bagi Komaruddin.
Bahkan, ia pernah menyusuri jalanan dari Bandung, Jawa Barat, ke rumahnya di Bekasi, yang berjarak hampir 200 kilometer, yang ia tempuh selama 5 hari. "Saya benar-benar menempa diri saya dengan berjalan kaki serta berbagai latihan gerak. Saya sudah bertekad untuk pulih, tidak mau menjadi beban bagi orang lain," ungkap Komaruddin penuh semangat.
Bersamaan dengan itu, ia membagikan berbagai pengalamannya untuk pulih dari serangan stroke, melalui media sosial. "Saya bukan orang medis, saya hanya berbagi pengalaman berdasarkan pengalaman saya. Yang merasa terinspirasi, silakan. Saya juga bukan konsultan stroke, hanya berusaha memotivasi mereka yang pernah mengalami apa yang saya alami," ungkap Komaruddin tentang niatannya berbagi pengalaman di media sosial.