Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Angin Pagi dari Kebun Kopi Hutabaringin Julu

27 Juni 2023   09:19 Diperbarui: 27 Juni 2023   09:22 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari minum kopi hingga ekspedisi inspirasi kopi. Foto: Dok. Isson Khairul


Hutabaringin Julu. Ini salah satu dari 11 desa di Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Desa-desa tersebut menjadi sentra Kopi Mandailing, yang nikmatnya sudah mendunia.

Kopi di Atas dan di Bawah 1.000 MDPL

Sapuan angin pagi menggetarkan seluruh daun. Itulah salah satu berkah dari ketinggian 1.900 meter di atas permukaan laut. Hamparan kebun kopi di Desa Hutabaringin Julu tersebut, menjadi energi hidup warga yang bermukim di seputaran kaki Gunung Sorik Marapi, Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Sorik Marapi adalah gunung berapi aktif dengan ketinggian 2.145 meter di atas permukaan laut (mdpl). Secara lokasi, gunung ini masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Batang Gadis. Ada sejumlah pemukiman warga di seputar gunung tersebut, yang menggantungkan hidup mereka dari aktivitas bertani dan berkebun.

Salah satunya adalah Desa Hutabaringin Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal. Desa itu berjarak sekitar 30 kilometer dari Panyabungan, kecamatan yang sekaligus menjadi ibu kota Kabupaten Mandailing Natal.

Secara keseluruhan, sejak beberapa tahun belakangan, warga desa-desa di Kecamatan Puncak Sorik Marapi memang menggalakkan kebun kopi. Mereka menanam Kopi Arabika, rata-rata di ketinggian 1.000 mdpl. Hamparan kebun kopi bisa kita temukan, antara lain, di Desa Hutatinggi, Hutanamale, Hutabaringin Julu, Hutabaringin MG, dan Sibanggor Julu.

Kopi yang berasal dari Desa Hutabaringin Julu, tentulah memiliki kekhasan tersendiri, karena ditanam di atas ketinggian rata-rata, yaitu 1.900 meter mdpl. Sejumlah penelitian mencatat, kopi yang ditanam di ketinggian lebih dari 1.300 mdpl, biji kopi yang dihasilkan cenderung lebih padat. Garis tengah di biji kopi tersebut lebih rapat dan membentuk garis zig-zag.

Kondisi biji kopi yang demikian, tentu saja tidak akan kita temukan pada biji kopi yang dihasilkan oleh kopi yang ditanam di ketinggian 1.000 mdpl ke bawah. Perbedaan tersebut terjadi karena tingkat kelembaban dan kondisi udara di ketinggian 1.000 mdpl ke atas dan 1.000 mdpl ke bawah, berbeda.

Selain itu, kondisi tanah tempat tumbuhnya sang kopi, juga berbeda di dua kategori ketinggian tersebut, akibat perbedaan curah hujan. Semakin tinggi suatu tempat, maka semakin tinggi pula curah hujannya. Dalam konteks Kopi Arabika, waktu produksi kopi yang ditanam di atas ketinggian 1.000 mdpl, akan lebih lama dibandingkan dengan yang ditanam di bawah 1.000 mdpl.

Jepang, Peluang Kopi Mandailing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun