Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sutardji Merawat Mantra sebagai Kearifan Lokal untuk Kerukunan Nasional

19 Juni 2023   09:15 Diperbarui: 19 Juni 2023   09:27 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maman S. Mahayana, Sutardji, dan Mantra. Foto: Isson Khairul


Tiap etnis di negeri ini memiliki mantra. Dosen Universitas Indonesia Maman S. Mahayana menguakkan mantra dalam karya-karya Sutardji Calzoum Bachri. Datanglah ke PDS HB Jassin, Selasa, 20 Juni 2023, pukul 14.30 WIB.

Mantra Jadi Peluru

Mantra tumbuh subur di seluruh pelosok negeri. Tradisi lisan itu mengandalkan kekuatan bunyi, pengulangan bunyi, yang menimbulkan aura magis dan mistis. Ada yang menyebutnya, jampi-jampi.

Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri didominasi oleh mantra. Dalam hal ini, mantra dari Tanah Melayu, yang menjadi latar kehidupan Sutardji. Ia lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada 24 Juni 1941. Pada Sabtu, 24 Juni 2023 mendatang, Sutardji memasuki usia 82 tahun.

Secara usia dan karya, 82 Tahun Sutardji, tentulah bagian penting dalam perjalanan sastra Indonesia. "Sutardji telah melakukan pemberontakan secara estetik, terhadap puisi modern Indonesia. Pelurunya adalah mantra," ujar Maman S. Mahayana, kritikus sastra, yang menjadi tenaga pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Universitas Indonesia (UI).

Untuk merayakan 82 Tahun Sutardji, Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) menggelar Diskusi Sastra Pemberontakan Mantra & Religiusitas. Diskusi itu akan diadakan pada Selasa, 20 Juni 2023, di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.

Maman S. Mahayana diminta TISI untuk menjadi pembicara tentang Pemberontakan Mantra tersebut. Bagaimanapun juga, Maman adalah sosok yang kompeten untuk hal itu. Pada Agustus 2022 lalu, misalnya, ia menerbitkan buku Sihir Mantra, Antara Sakralitas dan Profanitas.

Di buku setebal 258 halaman itu, Maman S. Mahayana, antara lain, menelaah tentang Mantra Sebagai Puisi. "Dalam penciptaan puisi, mantra menjadi ajang permainan yang sarat daya kejut, tak terduga, dan penuh misteri," ujar Maman, yang kerap berdialog dengan Sutardji.

Pada tahun 2021, Maman S. Mahayana diminta oleh budayawan Melayu, Taufik Ikram Jamil, menulis semacam prolog untuk buku Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri: Biografi Kesaksian. Buku setebal 466 halaman tersebut, merangkum secara lengkap tentang Sutardji.

Meski demikian, Maman S. Mahayana mengaku, tidak pernah bertanya kepada Sutardji, tentang makna sajak-sajak Sang Presiden Penyair itu. Agaknya, ia tetap menjaga misteri serta sakralitas karya Sutardji tersebut. Bukan kah pembaca leluasa memaknai dan menafsir tiap puisi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun