Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Cianjur Lengang dan Hening, Terbentang Kisah Panjang

13 Mei 2023   20:38 Diperbarui: 13 Mei 2023   20:43 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lengang dan hening, menyimpan kisah kita. Foto: Isson Khairul


Menyambangi kembali kotamu, aku disambut dedaunan hijau. Angin tipis mendesir di antara pepohonan. Sesekali angkutan kota melintas. Tak semuanya berpenumpang. Derit ban mobil di aspal jalanan yang lapang, berpacu dengan rasa cemas para supir. Pertarungan hidup tak jua mereda, meski musim terus berganti.

Pohon-pohon muda berjajar di tepi jalan. Tak cukup ruang untuk mereka bernapas. Batang-batang muda itu sesak terdesak oleh hamparan beton trotoar. Mereka seolah pendatang haram, menyempil di tepi badan trotoar, setengah jengkal dari aspal jalanan.

Tatkala hujan turun, daun-daun muda itu kuyup. Batang-batang muda itu basah. Tapi, air hujan mengalir jauh. Mejauhi akar-akarnya. Hamparan beton trotoar, bentangan aspal jalanan, telah menutup pori-pori bumi. Di bawah beton dan aspal itu, akar-akar muda bergejolak kehausan. Kelaparan.

Gejolak para muda itu agaknya tak pernah sampai ke permukaan. Tak ada yang mendengar. Tak ada yang peduli. Di kelengangan ini, gejolak mereka dibungkam oleh lapisan aspal bersama gumpalan beton. Berminggu-minggu. Berbulan-bulan. Berkali musim.

Sekuat apa pun akar-akar itu dibendung, dibungkam beton dan aspal, gejolak mereka tak kan reda. Semesta pun mendobrak segala halangan, semua pembungkaman. Akar-akar yang ditindas oleh kesewenang-wenangan, bangkit ke permukaan. Mereka menguakkan ketidakadilan. Beton-beton pecah. Lapisan aspal retak. Semesta membuktikan kesemestaannya.

Pohon-pohon tua. Rumah-rumah lama. Mereka menjadi saksi perjalanan kisah kita. Semua sudah berlalu, bertahun yang lalu. Namun, semua itu tak jua melapuk dalam ingatanku. Derai tawamu masih menggema, seperti daun-daun kering yang melambung diterbangkan angin.

Waktu ternyata tak cukup ampuh untuk mengikis segala yang pernah kita torehkan. Kota ini terlalu baik untuk kita. Kota ini dengan setia menyimpan kisah-kisah kita, meski aku dan dirimu senantiasa berupaya untuk melupakan, melenyapkan segala yang pernah ada.

Cianjur, 13 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun