Maka pagi ini
Kukenakan zirah la ilaha illallah
aku pakai sepatu sirathal mustaqim
aku pun lurus menuju lapangan tempat shalat Id
Aku bawa masjid dalam diriku
Kuhamparkan di lapangan
Kutegakkan shalat
Dan kurayakan kelahiran kembali
Sajak Religius Sutardji
Itulah petikan sajak Idul Fitri karya Sutardji Calzoum Bachri. Dan, di berbagai tempat penyelenggaraan shalat Idul Fitri, ada begitu banyak orang yang merayakan kelahiran kembali, setelah menunaikan ibadah puasa sepanjang Ramadan. Â
Karena, ibadah puasa sejatinya adalah membersihkan jiwa manusia. Mereka yang menjalankan puasa Ramadan, seakan-akan dirinya terlahir kembali tanpa dosa, sebagaimana seorang bayi. Al-Bukhari meriwayatkan dalam suatu hadis siapa yang berpuasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.
Spirit merayakan kelahiran kembali tersebut, terasa demikian kuat dalam sajak Idul Fitri karya Sutardji Calzoum Bachri. Spirit tersebut sudah digemakan beberapa hari menjelang Lebaran, dalam acara sastra Road Show menjelang 82 Tahun Sutardji Calzoum Bachri.
Adalah Exan Zen yang menggemakannya. Dengan sangat memikat, deklamator Exan Zen menggugah ratusan pengunjung kawasan wisata Kota Tua Jakarta, pada Minggu, 16 April 2023 lalu. Ini merupakan Road Show 82 Tahun Sutardji yang ke-3, dari 5 kali yang direncanakan di 5 wilayah DKI Jakarta.
"Dalam suasana puasa menjelang lebaran, kami dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia sengaja menggelar acara sastra, dengan menampilkan sajak-sajak religius karya Sutardji. Secara momentum, ini sangat tepat," ujar Octavianus Masheka, Ketua Umum Komunitas Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI).
Road Show ke-1 sudah berlangsung pada Sabtu, 25 Februari 2023 lalu, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Road Show ke-2 sudah digelar di Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur, pada Senin, 13 Maret 2023 lalu. Yang di Kota Tua ini merupakan Road Show ke-3 untuk wilayah Jakarta Barat.
Selain Exan Zen, ada sejumlah deklamator kenamaan yang membacakan sajak-sajak karya Sutardji di Kota Tua tersebut. Antara lain, Imam Ma'arif dan Jose Rizal Manua. "Bagi saya, puisi-puisi Sutardji adalah karya sastra yang unik, yang membebaskan kata dari pengertian," ungkap Jose Rizal Manua, yang di kesempatan itu membacakan 2 sajak Sutardji Belajar Membaca dan Fragmen Amuk.
Sajak untuk Pencerahan