Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendekatan Budaya Ala Iwan Wardhana

1 Mei 2022   15:13 Diperbarui: 1 Mei 2022   15:16 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iwan Henry Wardhana, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Foto: Isson Khairul

Pendekatan budaya. Bagaimana Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta menerapkannya? Apa rahasianya senantiasa berlapang jiwa?

Siasati Proses Peralihan

Berbincang dengan Iwan Henry Wardhana, serasa kuliah dua semester. Itulah yang terjadi pada Selasa, 26 April 2022 lalu. Dimulai sebelum berbuka puasa, kemudian dilanjutkan setelah shalat magrib. Suaranya pelan terjaga, tapi menggetarkan.

Iwan Henry Wardhana yang saya maksud adalah Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Ia bercerita tentang pendekatan budaya, yang telah ia lakukan terhadap warga Jakarta. Salah satu contohnya, ketika ia memindahkan 1.000 kepala keluarga dari suatu perkampungan kumuh ke rumah susun.

Oh, ya, mari kita pahami sejenak, yang dimaksud dengan Budaya di sini adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat tertentu.

Nah, budaya di perkampungan kumuh pastilah sangat berbeda dengan budaya di rumah susun. Akibatnya, terjadilah apa yang disebut "geger budaya" atau istilah kerennya culture shock. Untuk meminimalkan guncangan budaya pada warga yang dipindahkan, Iwan Henry Wardhana melakukan pendekatan budaya.

"Saya menjadikan lantai satu rumah susun tersebut, sebagai tempat aktivitas bersama. Di lantai itu, antara lain, dibuat perpustakaan, agar anak-anak bisa leluasa bermain, juga membaca dengan riang gembira," tutur Iwan Wardhana.

Artinya, suasana yang diciptakan di lantai satu tersebut, adalah bagian dari pendekatan budaya yang dilakukan Iwan Wardhana terhadap warga perkampungan kumuh, agar mereka mulai beradaptasi secara bertahap dengan budaya rumah susun.

Dengan kata lain, pengelolaan lantai satu yang demikian, adalah suatu proses masa transisi. "Tanpa proses transisi budaya yang demikian, warga akan mengalami culture shock. Akibatnya, bisa terjadi penolakan. Warga akan menolak dipindahkan," ujar Iwan Wardhana lebih lanjut.

Nyatanya, proses pemindahan 1.000 warga dari perkampungan kumuh tersebut, berlangsung mulus. Lancar dan aman. Secara bertahap, warga beradaptasi dengan budaya rumah susun. Ada area untuk kumpul bersama. Ada area privat di unit masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun