Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memiliki dua jejak monumental di Nusa Tenggara Timur (NTT). "Kesetaraan gender harus kita perjuangkan terus, seperti harapan kita semua," ujarnya, pada Minggu, 7 November 2021, di Labuan Bajo.
"Provinsi NTT sangat baik dalam hal toleransi, menjadi contoh untuk Provinsi yang lain," ungkapnya, pada Sabtu, 3 April 2021, di Kupang. Bagaimana kondisi kesetaraan gender dan toleransi di Indonesia?
Dua Poin Penting Bangsa
Warga Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah sepatutnya berterima kasih kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Kenapa? Karena, pemangku utama keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) tersebut, telah memilih NTT sebagai tempat untuk menyuarakan serta menggerakkan kesetaraan gender dan toleransi.
Kedua topik tersebut adalah pekerjaan rumah yang penting bagi bangsa kita, meski disuarakan Kapolri Jenderal Listyo Sigit dari tempat yang berjarak 2.179 kilometer dari ibu kota Jakarta. Boleh dibilang, dua poin tersebut, menjadi bagian penting untuk menjaga serta merawat keutuhan bangsa.
Kita tahu, indeks kesetaraan gender yang dirilis Badan Program Pembangunan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)-United Nations Development Programme (UNDP) mencatat, peringkat Indonesia 103 dari 162 negara. Itu realitas yang menunjukkan, bahwa kita memang harus bekerja lebih keras untuk menguatkan kesetaraan gender.
Bahkan, di kawasan Association of Southeast Asian Nations (Asean), indeks kesetaraan gender Indonesia, berada di posisi terendah ketiga. Data tentang hal tersebut diungkapkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Puspayoga, pada Kamis, 8 Oktober 2020.
Selain masih rendahnya kesetaraan gender, kita juga tahu, intoleransi di negeri kita adalah faktor yang serius, yang mengancam nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Sebagai pemersatu bangsa. Disebut serius, karena intoleransi menjadi ancaman paling besar, yang secara persentase ya paling besar, yaitu 46,2 persen, dibandingkan dengan sejumlah faktor ancaman lain.