Foto kiri: Syafrizaldy (tengah) dengan balutan bendera merah putih, setelah merebut medali emas di kejuaraan World Bodybuilding & Physique Federation 2015 di Bangkok, Thailand, pada 24-30 November 2015. Foto kanan: Syafrizaldy berbagi spirit untuk meraih prestasi kepada para blogger di fX Sudirman, Jl. Jenderal Sudirman, Pintu Satu Senayan, Jakarta Selatan, pada Kamis (3/12/2015). Foto: dokumentasi syafrizaldy dan isson khairul
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Dengan biaya sendiri, ia berlatih tanpa henti. “Prestasi yang saya raih, saya persembahkan untuk mengharumkan nama bangsa ini,” ujar Syafrizaldy, setelah merebut medali emas di kejuaraan World Bodybuilding & Physique Federation 2015 di Bangkok, Thailand, pada 24-30 November 2015.
Syafrizaldy adalah sosok yang menggugah. Meski sudah meraih sederet prestasi, ia tetap rendah hati. Atlet binaraga ini baru saja menjuarai Kelas Master di Kejuaraan Dunia Binaraga versi WBPF 2015 di Bangkok, Thailand, pada 24-30 November 2015. Ini kejuaraan World Bodybuilding & Physique Federation (WBPF) yang ke-7. Ia merebut medali emas pada final, yang berlangsung Sabtu (28/11/2015). Di usianya yang sudah memasuki 50 tahun, Syafrizaldy bukan hanya menyabet medali emas, tapi juga meraih medali perunggu untuk kelas 75 kilogram. Berkat prestasinya, bendera merah putih berkibar dan lagu Indonesia Raya berkumandang di hadapan publik dunia.
Inisiatif Sendiri dengan Biaya Sendiri
Sebagai atlet binaraga, Syafrizaldy sudah malang-melintang di berbagai ajang kejuaraan binaraga internasional. Sederet prestasi yang sudah diraihnya, sungguh mengagumkan. Kita tentu bangga pada apa yang sudah ia capai. Bukan hanya pada prestasinya, tapi terutama pada perjuangannya untuk terus berprestasi. Awalnya, tahun 1986, ia menekuni olahraga tinju di kelas bulu. Tapi kemudian, ia berganti haluan dengan giat berlatih binaraga sambil berdagang, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Tekadnya yang kuat, akhirnya mengantarkannya menjadi juara nasional binaraga pada tahun 1989, yang rekornya belum tergantikan hingga kini. Ia lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 10 Juni 1965. “Dengan segala keterbatasan, saya terus berlatih, agar terus berprestasi. Saya latihan dengan inisiatif sendiri, dengan biaya sendiri. Prestasi yang saya raih, saya persembahkan untuk mengharumkan nama bangsa ini,” ujar Syafrizaldy di hadapan sekitar 25 blogger, di sebuah resto di fX Sudirman, Jl. Jenderal Sudirman, Pintu Satu Senayan, Jakarta Selatan, pada Kamis (3/12/2015).
Syafrizaldy menyadari bahwa cabang binaraga bukanlah cabang olahraga yang populer di tanah air, meski cukup banyak warga yang melakoni cabang ini. Karena itu, tiap kali kembali ke tanah air, setelah meraih medali di negara lain, setelah bendera merah putih berkibar dan lagu Indonesia Raya berkumandang berkat prestasinya, yang menyambutnya di bandara hanyalah porter. ”Tapi, itu tidak menyurutkan semangat saya untuk terus berprestasi, untuk mengharumkan nama bangsa ini,” ungkap Syafrizaldy, dengan nada suara yang datar.
Meski sudah mengharumkan nama bangsa di berbagai kejuaraan binaraga internasional dan pulang tanpa penyambutan, Syafrizaldy optimis bahwa suatu saat kelak, pihak berwenang akan mengapresiasi cabang binaraga ini. ”Mungkin sekarang belum ada yang tergerak hatinya, tapi nanti cabang binaraga akan diperhitungkan, seperti yang sudah terjadi di berbagai negara di dunia,” lanjut Syafrizaldy, yang dengan senang hati melihat banyaknya atlet-atlet muda, yang berpotensi di cabang binaraga.
Asian Games 2018 Tanpa Binaraga