id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Tradisi berfikir kritis, itulah yang harus terus-menerus dikembangkan oleh para profesional Migas dalam mengimplementasikan Supply Chain Management (SCM). Dari sejumlah sesi diskusi di Indonesia Supply Chain Management (SCM) Summit 2015 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), 14-16 April 2015, mereka senantiasa menunjukkan kekritisannya.
Sejak hari pertama dan hari kedua ini, SCM Summit 2015 senantiasa penuh dengan diskusi, dari pagi hingga sore. Jarak antara sesi diskusi yang satu dengan sesi diskusi berikutnya nyaris sangat singkat. Tapi, di tiap diskusi tersebut, profesional yang hadir senantiasa kritis.
Apresiasi dari Robert
Robert de Souza menunjukkan apresiasinya kepada para profesional Migas yang menghadiri diskusi yang dipimpinnya. Dalam forum tersebut, Robert sebagai pakar Supply Chain Management, menegaskan bahwa SCM tidak akan mungkin bisa diimplementasikan secara maksimal, bila sumber daya manusia yang menggulirkan tidak bersikap kritis.
Kenapa? Karena, menurut Robert, SCM itu menuntut kecermatan dalam mengambil keputusan. Dan, keputusan yang tepat hanya bisa dilahirkan dari sikap kritis. Artinya, kritis menyikapi suplair dan kritis pula menghadapi target market. Menempatkan kedua sisi tersebut dalam posisi yang tepat dan proporsional, itulah tantangan profesional yang berada di area SCM.
Dengan kata lain, lengah sedetik saja, bisa membuat profesional di industri Migas terjerembab di jurang kerugian. Dalam konteks sikap kritis tersebut, Robert mengingatkan pula para profesional agar senantiasa memiliki hystorical information dari tiap situasi-kondisi yang mereka hadapi dalam menjalankan bisnis. Dengan data historis tersebut, proses riset akan berlangsung alamiah dalam sistem analisa seorang pengendali SCM.
Diskusi Selalu Kritis
Apa yang diapresiasi Robert? Sikap kritis profesional Migas pada saat tanya-jawab. Maklum, yang ditanyakan mereka kepada Robert dalam forum tersebut benar-benar menukik kepada inti pokok presentasinya. Dan, itu bukan hanya pada Robert. Kepada sejumlah penyaji yang lain, profesional Migas juga tak kalah kritisnya.
Sikap kritis inilah yang sangat mencolok dari sejumlah diskusi dalam dua hari ini, yang ditunjukkan oleh profesional Migas. Bisa dimaklumi, pekerjaan mereka yang senantiasa penuh dengan presisi, telah menjadi bagian dari keseharian mereka.
Jakarta, 15 April 2015