Ini pesona kostum kontemporer dari Kota Cilegon. Foto kiri, tampilan dari depan dan foto kanan, tampak belakang. Kreativitas dengan landasan etnik ini memukau ribuan warga yang menyaksikan parade Cilegon Ethnic Carnival 2016. Di sepanjang runway, sesekali sang model berhenti sejenak untuk memberi kesempatan kepada warga yang hendak mengabadikannnya. Foto: isson khairul
Kota Cilegon ulang tahun ke-17 pada Rabu 27 April 2016. Hari itu, 48 kostum kontemporer berbasis etnik berparade di jalan protokol. Dengan runway sepanjang 1 kilometer, warna-warni berlatar beragam budaya nusantara itu dinikmati ribuan pasang mata.  Â
Parade Cilegon Ethnic Carnival 2016 itu, menjadi magnet baru bagi kota industri di ujung barat Pulau Jawa tersebut. Kota ini lahir menjadi Kotamadya pada 27 April 1999, sebagai salah satu dari delapan kabupaten-kota yang ada di wilayah Provinsi Banten. Karnaval tahunan ini merupakan tahun ketiga, yang sejak tahun pertama sudah disambut publik dengan antusias.Â
Pada Rabu (27/4/2016) itu, Jalan Jenderal Sudirman di depan Kantor Wali Kota Cilegon, sudah ditutup untuk kendaraan umum, sejak pukul 13.00 WIB. Matahari terik, panas menyengat. Namun, ribuan warga terus memenuhi jalanan, bersiap menyaksikan parade. Antusiasme warga ini menjadi pertanda, betapa mereka penuh suka-cita menyambut birthday Cilegon.
Cultural in Harmony Â
Kita tahu, Cilegon adalah kota yang dinamis. Kota seluas 175,49 kilometer per segi ini, terdiri dari 8 Kecamatan dan 43 Kelurahan. Di kota ini ada 39 perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 130 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA).Â
Karena itulah, kota ini menjadi incaran para pencari kerja. Juga, menjadi lahan yang empuk bagi para pedagang, khususnya di bidang kuliner. Supir taksi yang mengantarkan saya masuk kota dari terminal bus, secara berseloroh mengatakan bahwa di Cilegon ada sekitar 300 rumah makan Padang. Wah!
Di antara ribuan warga yang menyesaki Jalan Jenderal Sudirman, saya mendengar beragam percakapan dari beragam bahasa ibu mereka. Ada yang berbahasa Minang, Palembang, Batak, bahkan Manado. Yang dominan tentu percakapan dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa pesisir, sebagaimana yang kerap kita dengar di Cirebon dan Tegal, misalnya.Â
Dari beragam percakapan dari beragam bahasa ibu tersebut, setidaknya kita paham, Cilegon memang dihuni oleh beragam suku. Hingga Desember 2015, jumlah total penduduk Cilegon 438.348 Â jiwa, dengan rincian laki-laki 224.973 jiwa dan perempuan 213.376 jiwa.