Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesan Wisata dari Changsha, dari Tanah Kelahiran Pemimpin China, Mao Zedong

16 Agustus 2015   08:10 Diperbarui: 16 Agustus 2015   12:07 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengenakan kostum ala Kaisar Ming, tokoh yang melepas sang Admiral di Tiongkok pada tahun 1405 hingga 1433. Ini adalah bagian dari acara launching Jalur Cheng Ho di Klenteng Sam Poo Kong, Semarang, pada Kamis, 13 Agustus 2015. Kostum tersebut pernah dikenakan oleh Kaisar Ming, dalam rangka prosesi tahunan Peringatan 610 Tahun Laksamana Cheng Ho di Sam Poo Kong. Foto: tribunnews.com  

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Orang Tiongkok itu sangat mengandalkan internet. Semua informasi yang mereka perlukan, dicari melalui internet. Jika Indonesia ingin berpromosi, promosilah melalui internet, dengan bahasa Mandarin. Itulah pesan Xu Yun[1], Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Hunan, pada Jumat (14/8/2015).

Provinsi Hunan adalah sebuah provinsi di kawasan China Tengah, yang ibukotanya berada di Kota Changsha. Pesan Xu Yun tersebut adalah pesan yang sangat jelas, juga sangat relevan tentunya, jika dikaitkan dengan target Arief Yahya, mendatangkan 2 juta pelancong dari Negeri Tirai Bambu[2] itu, pada 2015. Target tersebut diungkapkan Menteri Pariwisata, Arief Yahya[3], pada acara peresmian penerbangan Garuda Indonesia rute Denpasar-Beijing di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, pada Selasa (13/1/2015). Jika dikorelasikan dengan kebijakan bebas visa untuk turis dari China, pesan Xu Yun tersebut sudah sepatutnya disikapi dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya oleh birokrasi pemerintah, juga oleh kalangan industri pariwisata di tanah air.

Changsha, Kota Pemikir China

Kementerian Pariwisata, memang sedang melakukan promosi Wisata Indonesia, khususnya di Changsha dan umumnya di Provinsi Hunan. Ini adalah pilihan yang tepat, karena Hunan merupakan salah satu provinsi penting di China. Di provinsi inilah tanah kelahiran pemimpin besar China, Mao Zedong. Bukan hanya itu. Di Changsha juga masih berdiri tegak Akademi Yuelu, yang menjadi bagian Universitas Hunan, yang dibangun pada zaman Dinasti Song, lebih dari seribu tahun yang lalu. Perguruan tinggi tersebut menjadi salah satu penanda, betapa ilmu pengetahuan, sudah merupakan hal yang penting bagi mereka, sejak 1.000 tahun lalu.

Kampus itu telah melahirkan banyak pemikir, sastrawan, dan politisi terkenal China. Antara lain, Zhu Xi, ahli filsafat pada zaman Dinasti Song. Juga, Zeng Guofan, pejabat senior pemerintahan pada Zaman Dinasti Qing. Demikian pula halnya, Mao Zedong. Maka, tidaklah mengherankan bila pesan wisata Xu Yun tersebut, bukan hanya mengandung aspek wisata, tapi juga mencakup aspek budaya, teknologi, dan strategi marketing[4]. Xu Yun telah memberi ilmu kepada kita, bagaimana mengimplementasikan strategi marketing pariwisata, dengan pendekatan budaya.

Bila kita singgah ke www.parekraf.go.id, memang belum ada pilihan bahasa Mandarin di sana. Yang tersedia, baru pilihan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kepala Bidang Misi Penjualan Luar Negeri Wilayah Asia Pasifik Kementerian Pariwisata, Jordi Paliama, yang mengikuti promosi Wisata Indonesia tersebut, juga mengungkapkan realitas yang serupa. Kata Jordi Paliama, banyak keluhan dari wisatawan, petugas-petugas di imigrasi kita, tidak bisa berbahasa Mandarin. Dengan kata lain, pesan wisata Xu Yun tersebut adalah pesan yang kontekstual dengan pariwisata kita.

Secara teknis dan layanan kepada wisatawan, kemampuan petugas imigrasi berbahasa Mandarin adalah komponen yang penting untuk dibenahi. Karena, keterbatasan bahasa tersebut, akan menimbulkan banyak kesalahpahaman antara petugas imigrasi dan wisatawan. Akibatnya, antrean di pintu imigrasi menjadi panjang, dan itu adalah sambutan yang sangat menjengkelkan bagi wisatawan. Mereka bisa mengumbar kejengkelan itu melalui media sosial, yang bisa menyurutkan minat saudara sebangsa mereka untuk berwisata ke Indonesia.

Bali sudah merasakan peningkatan kunjungan wisatawan asal Tiongkok. Yang menjadi kendala, masih minimnya pemandu wisata yang mampu berbahasa Mandarin, agar bisa berkomunikasi dengan baik dan melakukan promosi wisata yang benar. Kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Bali, Ketut Ardana, di Denpasar, pada Selasa (10/2/2015), semua pihak memang harus bekerja keras, untuk menarik wisatawan Tiongkok lebih banyak lagi. Foto: kompas.com

Turis China Mencapai 11,52 Persen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun