Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pesan untuk Netizen Writer dari Seno Gumira Ajidarma di Kompasianival 2015

15 Desember 2015   16:39 Diperbarui: 15 Desember 2015   19:16 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari kiri ke kanan: Isson Khairul, moderator dari Komunitas KutuBuku, Seno Gumira Ajidarma, Iskandar Zulkarnain, Taufik Uieks, dan Tjiptadinata Effendi. Ketiga Kompasianer tersebut, dengan memegang buku masing-masing, setidaknya menunjukkan kepada kita bahwa mereka sudah berhasil memelihara dorongan yang kuat untuk menuliskan sesuatu serta menjaga spirit yang menyala-nyala untuk berbagi gagasan kepada publik. Foto: koleksi pribadi

Menulis di ranah maya, kini sangat leluasa. Beragam ide dan bermacam corak tulisan, bertebaran tiap saat. Antara lain, di laman Kompasiana. Apa kiatnya agar skill menulis kita bisa terus meningkat?

Itulah salah satu pertanyaan yang diajukan kepada Seno Gumira Ajidarma di Booth KutuBuku, Kompasianival 2015, pada Sabtu (12/12/2015), di Piazza, Gandaria City Mall, Jakarta Selatan, pukul 16.00 WIB. Salah satu saran Seno adalah perlu ditumbuhkan tradisi diskusi dalam grup-grup kecil, baik secara offline maupun via online. Dalam diskusi tersebut, tiap peserta memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi pemikiran, baik dalam hal ide, sudut pandang, maupun cara penulisan. Dengan demikian, diskusi tersebut menjelma menjadi ruang kreatif, yang memungkinkan tiap peserta meraih manfaat untuk meningkatkan skill menulis yang bersangkutan.

Diskusi Mematangkan Ide

Kenapa perlu diskusi? Karena, netizen writer adalah pemain solo, yang sejak menemukan ide hingga pemostingan tulisan, dilakukan sendiri. Bandingkan dengan reporter di media cetak dan media online, misalnya. Di sana, ada meeting redaksi untuk merumuskan ide. Kemudian, ada editor yang akan membaca tulisan yang bersangkutan, sebelum diposting. Hal yang hampir serupa juga berlaku di media televisi. Di media cetak, media online, dan media televisi, kerap terjadi sebuah tulisan atau sebuah tayangan, berasal dari laporan beberapa orang reporter. Meramu beberapa laporan menjadi sebuah tulisan atau tayangan, adalah salah satu tugas dan fungsi seorang editor.

Pada netizen writer, fungsi reporter dan editor, sekaligus berada dalam diri satu orang. Memang, aktivitas menulis adalah aktivitas individual, perseorangan. Menurut Seno Gumira Ajidarma, dengan membiasakan diri mendiskusikan ide, sudut pandang, maupun cara penulisan, seorang netizen writer lama-lama akan terlatih mengembangkan sebuah gagasan untuk dijadikan tulisan. Agar diskusi tersebut mencapai sasaran, pesertanya cukup beberapa orang saja. Supaya benar-benar fokus dan intensif.

Melalui diskusi tersebut, seorang netizen writer bisa terhindar dari jebakan halusinasi atas tulisannya sendiri. Dengan demikian, secara bertahap, penulis di ranah maya akan memiliki standar sendiri sebagai alat ukur untuk tulisannya, sebelum diposting. Kesadaran untuk membaca ulang tulisan sebelum diposting dan berbesar hati untuk mempertimbangkan sebuah tulisan sebelum diposting, adalah dua indikator upaya untuk meningkatkan skill menulis.

Bagaimanapun juga, menulis adalah proses pembelajaran. Tiap topik yang hendak ditulis, sudah sepatutnya dipelajari dengan seksama, untuk menemukan sudut pandang yang tepat dengan cara penulisan yang tepat. Seno Gumira Ajidarma menjabarkan, menulis yang bagus itu, ibarat mendaki gunung. Pertama kali mendaki, ya kita masih ikut jalur resmi, bahkan juga ditemani pemandu, supaya tidak tersesat. Kali kedua, mungkin sudah bisa tanpa pemandu. Kali kelima, kita bisa mencoba jalur lain, yang barangkali jarang dilalui pendaki lain. Kali kesepuluh, kita sudah bisa mencoba jalur yang benar-benar baru, yang belum pernah ditempuh pendaki lain.

Seno Gumira Ajidarma sedang diwawancarai Priadarsini 'Dessy' sebagai host untuk Live Streaming KoplakYoBand di arena Kompasianival 2015. Sebagai penulis cerita pendek dan esai yang produktif, Seno Gumira Ajidarma mengaku tidak pernah menghitung tulisannya. Ia merasa selalu memiliki dorongan yang kuat untuk menulis, karena ia dengan telaten merawat dorongan tersebut. Foto: koleksi pribadi

Obsesi Motivasi Utama

Di panggung komunitas, pada Sabtu (12/12/2015) itu, Iskandar Zulkarnain memaparkan proses kreatifnya, hingga terwujud buku kumpulan 40 cerita pendek berjudul Mandeh, Aku Pulang. Demikian pula halnya Taufik Uieks, yang menjelajah sejumlah negara, kemudian menuliskan hasil penjelajahannya, hingga dihimpun ke dalam buku Mengembara ke Masjid-masjid di Pelosok Dunia. Begitu pula dengan Tjiptadinata Effendi, yang dengan tegas berkomitmen kepada dirinya untuk menulis satu tulisan tiap hari, one day one article. Intinya, mereka bertiga memiliki obsesi untuk menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun