Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Literasi untuk Cilegon, Inspirasi untuk Kompasianer

24 April 2016   08:00 Diperbarui: 24 April 2016   15:09 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kang Nasir adalah Kompasianer dari Cilegon. Buku ini berisi 45 tulisannya tentang Kota Cilegon. Kota seluas 175,49 kilometer ini terdiri dari 8 Kecamatan dan 43 Kelurahan. Di kota ini ada 39 perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 130 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Di kota industri yang sangat dinamis inilah Kang Nasir menggerakkan spirit literasi untuk meningkatkan pengetahuan serta memperluas wawasan warga. Foto: Komunitas KutuBuku"][/caption]Ini gerakan literasi dari Kompasianer untuk kota kelahirannya. Ia lahir di Cilegon, menulis di Kompasiana, kemudian membukukan 45 tulisannya dalam Catatan dari Cilegon. Ini inspirasi untuk kita, dalam konteks mencintai sebuah kota.

Ia adalah Moch. Nasir. Nama akun Kompasiana-nya, Kang Nasir. Senin (25/4/2016), Catatan dari Cilegon diluncurkan. Buku setebal 178 halaman tersebut merangkum sebagian dari demikian banyak gagasannya untuk kota industri di Provinsi Banten tersebut. Ia lahir di Cilegon pada 30 Maret 1960 dan menjadi bagian dari proses kelahiran Cilegon menjadi Kotamadya pada 27 April 1999. Kita tahu, Cilegon adalah salah satu dari delapan kabupaten-kota yang ada di wilayah Provinsi Banten. “Kumpulan tulisan yang menghiasi buku ini, sebagian besarnya pernah saya baca, baik di koran maupun di media online,” tulis Dr. H. Tb. Iman Ariyadi, Wali Kota Cilegon, dalam Sebuah Kado untuk Cilegon Kita.

Kado Literasi untuk Cilegon
Iya, betul, buku ini merupakan kado dari Kang Nasir untuk menyambut ulang tahun ke-17 Kota Cilegon, 27 April 2016. Rangkaian peringatan ulang tahun Kota Baja ini sudah dimulai sejak beberapa hari lalu. Oh, ya, wilayah Kota Cilegon, yang semula terdiri dari empat kecamatan, dimekarkan menjadi delapan kecamatan: Cilegon, Ciwandan, Pulomerak, Cibeber, Grogol, Purwakarta, Citangkil, dan Jombang. Nah, warga di delapan kecamatan tersebut sudah mengekspresikan suka-cita mereka untuk menyambut birthday kota yang mereka cintai ini, sejak beberapa hari lalu. Melalui berbagai aktivitas yang melibatkan warga, tentunya.

Sebagian warga akan menghadiri peluncuran buku Catatan dari Cilegon karya Kang Nasir ini. Acara Senin (25/4/2016) tersebut digelar di aula Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon, Jl. Jend. Sudirman No. 1, Kota Cilegon, pada pukul 10.00 WIB. Ini tentu sebuah kehormatan untuk Kang Nasir, sekaligus juga kehormatan untuk Kompasianer dan Kompasiana. Dalam skala yang lebih luas, ini menunjukkan bahwa gagasan seorang netizen, seorang Kompasianer, bukan hanya berseliweran di dunia maya, tapi telah mendapat tempat yang semestinya di gedung perwakilan rakyat tersebut.

[caption caption="137 siswa SMK Negeri 3 Kota Cilegon melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), pada Senin (4/4/2016). Kota ini berupaya sepenuh hati meningkatkan literasi warga. Di Kota Cilegon, biaya pendidikan untuk tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK Negeri, ditanggung oleh pemerintah setempat. Kebijakan ini sudah berlangsung sejak tahun 2008, semasa Cilegon dipimpin oleh Wali Kota Tb Aat Syafaat. Sejak tahun 2010, di masa kepemimpinan Iman Ariyadi, kebijakan tersebut diperluas. Pemerintah Cilegon juga menanggung biaya pendidikan warga Cilegon yang sekolah di madrasah aliyah negeri (MAN). Foto: beritacilegon.co.id"]

[/caption]Kita tentu patut memberikan apresiasi kepada Iman Ariyadi, selaku Wali Kota Cilegon, dan kepada Fakih Usman, selaku Ketua DPRD Kota Cilegon. Mereka sebagai stakeholders Cilegon, telah membukakan ruang kreatif bagi tumbuhnya spirit literasi warga. Kita tahu, di era digital kini, salah satu tantangan terbesar adalah ranah literasi. Teknologi tumbuh dengan pesat, hingga warga leluasa memanfaatkan teknologi informasi sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari. Tapi, spirit literasi masih tertinggal. Dalam hal ini, literasi bukan hanya membaca dan menulis. Tapi, bagaimana memotivasi warga agar memanfaatkan informasi dari bahan bacaan, untuk menjawab beragam persoalan kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks literasi yang demikianlah Iman Ariyadi memberikan catatan khusus untuk buku Catatan dari Cilegon karya Kang Nasir tersebut. Bagi Iman Ariyadi, ke-45 tulisan dalam buku ini patut diapresiasi. Bukan semata-mata karena topik-topik yang dibicarakan di buku ini banyak yang berkaitan dengan proses pembangunan dan berbagai problematika yang dihadapi Kota Cilegon. Melainkan, karena pada dasarnya Iman Ariyadi memang sungguh-sungguh mengapresiasi para pegiat dunia literasi. Kehadiran buku Kang Nasir tersebut menjadi bagian dari upaya pemerintah Kota Cilegon untuk meningkatkan level literasi warga Cilegon.

Saung Baca, Kompasianer Cilegon
Buku Catatan dari Cilegon ini diterbitkan atas inisiatif KutuBuku, salah satu komunitas di Kompasiana. Kang Nasir adalah bagian dari komunitas tersebut. Perbincangan tentang rencana penerbitan buku ini dimulai dari percakapan kreatif sesama Kompasianer secara online. Kemudian, dilanjutkan dengan kopdar, tatap-muka, hingga akhirnya terwujud buku ini. Pada Jumat (22/4/2016), Isson Khairul dan Thamrin Sonata dari Komunitas KutuBuku Kompasiana menyambangi Kang Nasir, sekalian mengantar buku Catatan dari Cilegon ini.

[caption caption="Dari kiri ke kanan: Isson Khairul, Kang Nasir, dan Thamrin Sonata pada Jumat (22/4/2016), di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon, Jl. Jend. Sudirman No. 1, Kota Cilegon. Pemerintah setempat sungguh-sungguh mengapresiasi para pegiat dunia literasi. Kang Nasir berharap, ini momentum untuk melahirkan Komunitas Kompasianer Cilegon. Foto: Komunitas KutuBuku"]

[/caption]Dalam percakapan sore menjelang malam itu, Kang Nasir bercerita bahwa ia tengah mengembangkan Saung Baca di beberapa wilayah Cilegon. Saat ini, ada dua wilayah yang tengah digarap sebagai pilot project. Saung Baca ini dirancang sebagai rumah baca, sebagai perpustakaan warga. Dengan demikian, warga diharapkan berpartisipasi untuk mengembangkannya. Baik dalam hal pengadaan buku bacaan maupun memanfaatkan Saung Baca tersebut untuk beragam aktivitas yang relevan dengan literasi. Pada tahap awal, sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan minat baca warga secara luas.

Selain itu, sebagaimana dituturkan Kang Nasir, Saung Baca tersebut juga akan dimanfaatkan sebagai wadah warga untuk belajar komputer dan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dan bahasa Korea. Kita tahu, data di Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Cilegon hingga Oktober 2015, menunjukkan, ada 39 perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 130 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Sebagian besar industri di Cilegon berskala besar, yang investornya banyak yang berasal dari Korea. Dengan kata lain, keberadaan Saung Baca ini akan memberi nilai tambah kepada warga Cilegon, hingga warga setempat lebih banyak yang diserap sebagai tenaga kerja.

Artinya, Saung Baca berkorelasi erat dengan upaya pemerintah Cilegon untuk meningkatkan level literasi warga Cilegon. Dalam konteks Kompasiana, Kang Nasir ingin agar momentum peluncuran buku Catatan dari Cilegon ini menjadi motivasi untuk lahirnya Komunitas Kompasianer Cilegon. Selain Kang Nasir, ada Laura Irawati, Kompasianer yang juga bermukim di Cilegon. Maka, boleh jadi, peluncuran buku Catatan dari Cilegon pada Senin (25/4/2016) itu, merupakan langkah awal bagi gerakan literasi Kota Cilegon secara menyeluruh. Apalagi Wali Kota Cilegon, Iman Ariyadi, memang sungguh-sungguh mengapresiasi para pegiat dunia literasi.

[caption caption="Kota Cilegon berada di ujung barat laut Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda. Kota ini, selain dikenal sebagai kota industri, juga kerap disebut sebagai Kota Baja. Karena, kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara. Sekitar 6 juta ton baja per tahun dihasilkan Krakatau Steel, yang nama perusahaan ini melekat erat dengan Kota Cilegon. Foto: google"]

[/caption]Dari Yogyakarta ke Cilegon
Dalam percakapan Isson Khairul dan Thamrin Sonata dari Komunitas KutuBuku Kompasiana pada Jumat (22/4/2016) itu, Kang Nasir juga mengundang murid-murid dari SMP Muhammadiyah Cilegon dan murid-murid dari SMA Negeri Serang untuk hadir pada Senin (25/4/2016) tersebut. Di kedua sekolah itulah Kang Nasir menimba ilmu, sebelum melanjutkan studi ke Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. ”Saya akan memberikan buku ini kepada mereka, juga kepada perpustakaan di berbagai sekolah di Cilegon. Ini bagian dari dukungan saya untuk kebangkitan literasi Cilegon,” ujar Kang Nasir dengan sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun