[caption caption="Bersama minum air dari Palyja. Air itu langsung dialirkan dari pipa ke dispenser. Air yang sama pula yang disalurkan kepada pelanggan, di berbagai wilayah di Jakarta. Untuk pelanggan di rumah, Meyritha Maryanie, Kepala Corporate Communication & Social Responsibilities Palyja, menganjurkan, agar memasak air dari Palyja terlebih dahulu, sebelum dikonsumsi. Foto: dokumentasi palyja"][/caption]Di kantor Instalasi Pengolahan Air Palyja, di Pejompongan, tidak ada galon. Air dialirkan dari pipa ke dispenser, langsung diminum. Saya, 30 Kompasianer, para admin Kompasiana, dan para karyawan Palyja ya meminum air tersebut. Insya allah, hingga hari ini, kami baik-baik serta sehat-sehat saja.
Kami berkunjung ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1 PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), di Jl. Penjernihan 1 No. 1, Pejompongan, Jakarta Pusat, pada Senin (21/3/2016). Memasuki ruang Tirta Ananta, yang berada di lantai dua kantor IPA 1 Palyja itu, saya tidak melihat galon bertengger di atas dispenser. Sementara, sejumlah cangkir kopi dan gelas plastik, berjejer di dekatnya. Ada yang sudah digunakan, ada pula yang masih bersih. Dari mana sumber airnya? Ternyata, ada pipa air yang dihubungkan langsung dengan dispenser. Saya mendekat, mengambil gelas plastik, dan sengaja memencet tombol cold, untuk mendapatkan air dingin. Airnya bening dan rasanya fresh banget.
Dimasak Dahulu, Kemudian Diminum
Sebelum berdiskusi tentang air di ruang Tirta Ananta tersebut, kami mengelilingi area IPA 1 Palyja, untuk melihat step by step pengolahan air bersih di sana. Saat diskusi, ada yang bertanya, apakah air dari Palyja bisa langsung diminum? Meyritha Maryanie, Kepala Corporate Communication & Social Responsibilities Palyja, tersenyum simpul mendengar pertanyaan tersebut. Ia balik bertanya, ”Apakah tadi Anda minum dari sana?” sambil mengarahkan pandangan ke dispenser. Yang bertanya pun mengangguk, meng-iya-kan. ”Yang sudah Anda minum itu, air dari Palyja. Air itu langsung dialirkan dari pipa ke dispenser. Air yang sama pula yang kami salurkan kepada pelanggan, di berbagai wilayah di Jakarta,” ujar Meyritha Maryanie menjelaskan.
Kompasianer yang lain, bertanya, apakah pelanggan di rumah-rumah juga bisa langsung meminumnya? ”Kami menganjurkan untuk memasaknya terlebih dahulu,” jawab Meyritha Maryanie. Kenapa? Karena, air dari Palyja disalurkan ke rumah warga melalui jaringan pipa. Dan, pipa-pipa tersebut berada dalam tanah. Meski senantiasa dikontrol, ada kemungkinan sebagian pipa bocor, retak, atau sambungan pipa merembes. Misalnya, ketika terjadi kebocoran pipa di Jalan Balikpapan, Jakarta Pusat, pada Sabtu (16/1/2016) sekitar pukul 16.40 WIB. Sedikit-banyaknya, keadaan tersebut bisa memengaruhi kondisi air yang tiba di rumah pelanggan.
[caption caption="Kompasianer Tamita Wibisono mengambil air dari dispenser yang berada di lantai dasar kantor Palyja, Pejompongan. Menurut Tamita, air yang langsung dialirkan dari pipa ke dispenser tersebut, benar-benar segar, fresh. Kunjungan 30 Kompasianer ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1 PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), di Jl. Penjernihan 1 No. 1, Pejompongan, adalah kesempatan bagi netizen untuk memahami pemrosesan air bersih di Jakarta. Foto: dok. tamita wibisono dan isson khairul"]
Secara teknis, Nancy Elvina, Kepala Devisi Manajemen Aset dan Non Revenue Water (NRW) Palyja, menjelaskan, ada dua metode yang digunakan Palyja untuk mendeteksi gangguan perpipaan. Pertama, dengan menggunakan gas helium. "Dengan teknologi gas helium, kebocoran pada pipa yang tidak nampak, karena tertanam dalam tanah, dapat dideteksi," ujar Nancy Elvina. Metode gas helium ini adalah ide karyawan Palyja, dari Kompetisi Palyja Innovation (PIN) yang diadakan setiap tahun. Kedua, dengan metode JD7. Teknologi JD7 ini mampu mendeteksi penyumbatan, sambungan lateral, dan sambungan illegal.
Pencuri Air, Mengeruhkan Air
Nancy Elvina, di ruang Tirta Ananta tersebut, menunjukkan kepada 30 Kompasianer, gambar pipa-pipa yang merupakan sambungan illegal. Sambungan illegal adalah sambungan pipa yang dengan sengaja dilakukan oleh para pencuri air Palyja. Sebagai contoh, pada tahun 2014, di Pejagalan, Jakarta Utara, Palyja bersama Polda Metro Jaya berhasil membongkar pencurian air berkedok Instalasi Pengolahan Air (IPA). Pencurian itu tidak tanggung-tanggung. Air yang dicuri mencapai 40 liter per detik atau setara pemakaian air untuk 36.000 orang. Itu baru di satu wilayah, belum lagi di wilayah yang lain.
[caption caption="Instalasi pemrosesan air dirawat secara teratur. Seperti yang dituturkan Irma Gusyani, Deputi Operasional Palyja, air yang dihasilkan oleh Palyja telah melalui proses desinfektasi dan pengujian berulang oleh tim laboratorium bersertifikasi. Secara kualitas air hasil olahan dan bulk water, Palyja mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 492 tahun 2010. Acuan Palyja lainnya, adalah Permenkes No. 416 tahun 1990, tentang kualitas air bersih di jaringan. Foto: print.kompas.com"]
Bagaimanapun juga, seperti yang dituturkan Irma Gusyani, Deputi Operasional Palyja, air yang dihasilkan oleh Palyja telah melalui proses desinfektasi dan pengujian berulang oleh tim laboratorium bersertifikasi. Secara kualitas air hasil olahan dan bulk water, Palyja mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 492 tahun 2010. Acuan Palyja lainnya, adalah Permenkes No. 416 tahun 1990, tentang kualitas air bersih di jaringan. Kedua Permenkes tersebut menjadi patokan serta ukuran yang menjadi pegangan Palyja, sebagai operator penyedia air bersih di Jakarta.