Melalui acara ini, JAGADIRI dan Kompasiana berbagi informasi seputar perkembangan industri asuransi di era digital, kepada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, sebagai bekal pengetahuan, dalam konteks perlindungan diri. Ini bagian dari upaya meningkatkan literasi keuangan di kalangan mahasiswa. Lindungi diri Anda dengan asuransi. Silakan pilih jenis perlindungan yang Anda butuhkan, dengan meng-klik www.jagadiri.co.id. Foto: kompasiana.com Â
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Kita perlu belajar, bagaimana menjaga diri dengan cara yang benar. Ini sebetulnya inti dari kunjungan Reginald J. Hamdani dan Priska Sari Kurniawan dari Asuransi JAGADIRI[1] ke Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada Senin (12/10/2015) lalu. Kenapa perlu belajar?
Nah, kita bisa mulai dari pertanyaan itu. Di zaman jadul, ada kata-kata bijak tentang belajar, yang bahkan hingga kini masih kerap kita dengar. Pertama, belajarlah sejak dari ayunan hingga ke liang lahat. Kedua, tuntutlah ilmu hingga ke negeri China. Makna dari kedua kata bijak tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah sebuah aktivitas yang tiada henti, tanpa batas waktu, juga tanpa batas wilayah. Kini, di era internet, kita kerap berhadapan dengan kata bijak modern: learn more. Maka, menjadi jelas bagi kita, kenapa kita perlu belajar. Bukankah salah satu ciri masyarakat modern adalah makhluk pembelajar, yang tiada henti belajar?
Regi-Priska dengan 100 Mahasiswa
Regi dan Priska, pada Senin (12/10/2015) itu, menjadi tamu istimewa di UNJ. Mereka adalah dua petinggi dari asuransi JAGADIRI. Kita tahu, mahasiswa bukanlah segmen masyarakat yang berpenghasilan. Karena, sebagian besar mahasiswa, masih menjadi tanggungan orangtua masing-masing, dan mereka dalam kacamata industri asuransi, berada di posisi tertanggung. Artinya, yang berasuransi dan yang membayar premi selama ini, adalah orangtua mereka. Bahkan mungkin, ketika orangtua mereka membeli produk asuransi, mereka tidak dilibatkan sama sekali.
Itu terbukti pada saat dialog tentang asuransi. Ada sekitar 10 dari 100 mahasiswa UNJ yang hadir hari itu, yang mengungkapkan opini mereka tentang asuransi. Semua menceritakan pengalaman orangtua mereka dalam berasuransi. Jadi, bukan pengalaman mereka, karena mereka belum memiliki asuransi, belum pernah membeli produk asuransi. Jadi, ya belum ada pengalaman tentang asuransi. Dalam konteks literasi keuangan[2], realitas tersebut menunjukkan kepada kita bahwa industri keuangan, dalam hal ini industri asuransi, perlu membuka ruang dialog dengan mahasiswa, agar mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang asuransi.
Itulah salah satu agenda Regi dan Priska dari asuransi JAGADIRI, datang bertamu ke UNJ. Regi dan Priska datang bersama Kompasiana[3], untuk berbagi pengetahuan dan wawasan tentang Insurance in the Digital Era. Melalui acara ini, JAGADIRI dan Kompasiana ingin berbagi informasi seputar perkembangan industri asuransi di era digital, kepada mahasiswa, sebagai bekal pengetahuan mereka tentang perlindungan diri untuk masa yang akan datang. Agenda pengetahuan serta wawasan yang dibawa JAGADIRI dan Kompasiana ke kampus UNJ tersebut, tentulah sesuatu yang patut kita apresiasi[4].
Setidaknya, JAGADIRI dan Kompasiana telah turut berkontribusi untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan mahasiswa. Format Insurance in the Digital Era tentulah sangat relevan, karena praktis tidak ada mahasiswa yang belum tersentuh teknologi digital. Sebagian besar mahasiswa kini, nyaris tidak bisa lepas dari teknologi internet, terutama melalui gadget. Mahasiswa, misalnya, banyak yang lebih memilih memotret catatan dosen di papan tulis dengan gadget-nya, daripada mencatat. Bahkan, yang merekam kuliah dosen dengan gadget, juga tidak kalah banyaknya.
Belajar Lindungi Diri dengan Gadget