Mayjen Tugas Ratmono memberikan arahan secara rinci kepada penanggung jawab di urusan gizi tersebut. Demikian pula kepada penanggung jawab kondisi psikis tiap pasien, yang tentu saja tenaga psikolog. Pasien yang terganggu secara psikis, cenderung menurun selera makannya, yang otomatis menurun pula imunitasnya.
Korelasi antara asupan gizi dan kondisi psikis tiap pasien, menjadi titik perhatian penting Mayjen Tugas Ratmono. Latar belakang keilmuannya sebagai dokter spesialis syaraf (neurologi), tentulah membantunya memahami kondisi pasien, yang selanjutnya ia rumuskan melalui sejumlah kebijakan dalam penanganan pasien.
Menurut Mayjen Tugas Ratmono, penanganan yang cermat dan rinci terhadap pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran ini, perlu diketahui oleh publik. Selain untuk menenangkan sang pasien, juga untuk menjaga ketenangan keluarga mereka di rumah masing-masing. Ketenangan kedua belah pihak tersebut, berkontribusi positif bagi pemulihan.
Semua itu menggambarkan, betapa Mayjen Tugas Ratmono menjalankan tugas dengan berpijak pada visi kemanusiaan yang visioner. Unsur kemanusiaan selalu ia kedepankan. Karena itulah, di berbagai kesempatan, ia selalu menekankan agar seluruh tim kerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran melayani dengan hati.
Pendekatan Kemanusiaan di Tiap Lini
Wujud kongkrit dari visi kemanusiaan yang visioner, yang diterapkan Mayjen Tugas Ratmono di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, tercermin dari tiap kali ia mengunjungi tim kerjanya di lapangan. Misalnya, ketika berpapasan dengan petugas kebersihan, ia berdialog. Ia menanyakan langsung, apa yang mereka lakukan dan apa hambatan yang mereka hadapi dalam bekerja.
Demikian pula ketika mengunjungi pos-pos yang berada di lingkungan RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Melalui dialog secara langsung tersebut, Mayjen Tugas Ratmono mendapatkan laporan mengenai kondisi terkini, yang dihadapi tim kerjanya. Maka, ia pun dengan cepat meresponnya, untuk mengatasi berbagai hambatan yang timbul.
Misalnya, berkaitan dengan antrean ambulans untuk memasuki RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Pada awalnya, memang hanya disediakan satu pintu masuk untuk ambulans. Tujuannya, agar tiap ambulans yang masuk bisa dikontrol secara maksimal, khususnya menyangkut pasien yang dibawa ambulans tersebut.
Mayjen Tugas Ratmono menuturkan, pernah pasien Covid-19 yang berstatus narapidana, dikirim dengan ambulans ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Dalam konteks Covid-19, tentu tim Mayjen Tugas Ratmono bisa menanganinya. Tapi, dalam hal statusnya sebagai narapidana, RSDC Wisma Atlet Kemayoran tidak memiliki infrastruktur pengamanan yang relevan, untuk menanganinya.
Artinya, pemeriksaan yang cermat di pintu masuk, adalah suatu keharusan. Nah, merespon antean ambulans tempo hari, Mayjen Tugas Ratmono mengambil kebijakan untuk membuka pintu masuk satu lagi, sebagai alternatif. Pintu 1 atau jalur 1 untuk ambulans yang menuju ke tower 6 dan 7, khusus pasien dengan gejala. Sementara, pintu 2 atau jalur 2 untuk ambulans tujuan tower 5, khusus pasien OTG atau tanpa gejala.
Jakarta 19-09-2020