Di satu kesempatan, Muhamad Arifin pamit menuju Tower 2 RSDC Wisma Atlet, karena ada hal mendesak yang tak mungkin ia tunda. Setelah ia kembali, wawancara pun dilanjutkan. Di kesempatan berikutnya, Muhamad Arifin pamit lagi, menuju Tower 7 RSDC Wisma Atlet. Kali ini, ia menggowes sepeda warna kuning.
Sepeda tersebut adalah alat transport Muhamad Arifin dalam kawasan RSDC Wisma Atlet. Sebagai gambaran, Wisma Atlet itu dibangun di atas tanah seluas 10 hektar, terdiri dari 10 tower. Total luas area bangunan Wisma Atlet mencapai 468.700 meter persegi. Memang, tidak semua tower digunakan untuk RSDC Wisma Atlet.
Tapi, itu untuk mendapatkan gambaran, betapa sepeda itu dibutuhkan Muhamad Arifin untuk mempercepat gerak dari tower yang satu ke tower yang lain. Di sepeda itu, digantungkan label bertuliskan "Cobra" dengan dasar hitam dan tulisan putih. Apa maksudnya? Muhamad Arifin menuturkan, cobra itu mengacu ke nama ular. Kita tahu, gambar ular selalu ada di tiap logo apotek di seluruh dunia.
Beberapa literatur menyebutkan, ular yang dimaksud adalah ular milik Aesculapius atau Asclepius, seorang dewa yang dikenal sebagai dewa pengobatan dan penyembuh dalam mitologi Yunani. Nah, spirit untuk menyembuhkan itulah yang terus digelorakan oleh Muhamad Arifin kepada seluruh pemangku kepentingan di RSDC Wisma Atlet.
Sampai di sini kita paham, Muhamad Arifin melaksanakan tugasnya dengan sepenuh jiwa-raga. Ia menempatkan tugas ini sebagai tugas mulia, tugas kemanusiaan. Baik sebagai seorang dokter gigi spesialis orto, maupun sebagai militer berpangkat Letnan Kolonel Laut, Muhamad Arifin berupaya sepenuhnya agar para pasien kembali pulih.
Dari serangkain tugas menyangkut evakuasi warga Indonesia dari Kota Wuhan, evakuasi warga dari kapal pesiar World Dream, pembangunan RS Corona di Pulau Galang, hingga pendirian RSDC Wisma Atlet ini, Muhamad Arifin menilai, Covid-19 adalah bagian dari sejarah bangsa-bangsa di dunia. Termasuk, bagian sejarah Indonesia.
Ia berharap, agar seluruh warga berupaya secara sungguh-sungguh menghadapi pandemi Covid-19 ini. “Kita harus menghadapinya secara bersama-sama, dengan membangun solidaritas bersama. Antara lain, dengan menjaga kesehatan diri, supaya tidak tertular dan tidak menulari,” ungkap Muhamad Arifin, yang sudah dua tahun menjadi Komandan Batalyon Kesehatan I Marinir, Cilandak.
Untuk menjaga kekompakan tim di RSDC Wisma Atlet, Muhamad Arifin secara intensif menggalang komunikasi dengan semua unsur yang terlibat dalam operasional. Baik dari kalangan TNI, Polri, Kemenkes, dan para relawan. Mereka secara bersama-sama bertekad: Pantang Pulang Sebelum Corona Tumbang.
Muhamad Arifin menuturkan, dibutuhkan pengendalian diri yang kuat, untuk menjalankan tugas dalam konteks Percepatan Penanggulangan Covid-19 tersebut. Karena, karakter pasien sangat beragam. Ada yang selalu protes, karena harus menjalani swab test berkali-kali. Ada pula yang tidak sabar ingin segera pulang, padahal belum pulih.
Selaku Komandan Lapangan, Muhamad Arifin menekankan kepada semua unsur yang terlibat dalam operasional, agar tak terpancing menghadapi berbagai perilaku pasien tersebut. “Tugas kami adalah melayani pasien, agar proses perawatan berlangsung maksimal. Karena, ini bukan hanya menyangkut nyawa pasien tersebut, tapi sekaligus menyangkut keselamatan orang lain,” tukas Muhamad Arifin dengan penuh semangat.