Ada dua tenda besar di ujung lintasan ber-police line tersebut. Mereka yang usai bertugas dari Tower 6 dan 7, langsung masuk ke tenda pertama.Â
Di situ, mereka melepaskan seluruh APD, yang langsung dimasukkan ke dalam tempat khusus, untuk dimusnahkan. Karena itulah, kebutuhan APD di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet dan di rumah sakit lain, sangat tinggi.
Kemudian, mereka memasuki tenda kedua, untuk berganti pakaian. Pakaian ini pun segera dimasukkan ke tempat khusus, untuk segera dicuci. Selanjutnya, mereka pindah ke area ketiga yang relatif terbuka, untuk mencuci tangan dan lain sebagainya, agar benar-benar bersih dari kemungkinan terpapar Covid-19. Proses yang mereka lalui dari tenda pertama hingga selesai dari area ketiga, bisa memakan waktu sekitar satu jam lebih.
Kenapa? Karena, sesama mereka pun harus saling waspada, saling menjaga jarak. Dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi, tentulah waktu yang dibutuhkan akan lebih lama. Apalagi ruang gerak di dalam tenda, tidak seleluasa ketika beraktivitas di dalam atau di luar ruangan. Kedua tenda dan area ketiga yang relatif terbuka  tersebut didirikan dalam kondisi darurat, untuk merespon situasi darurat.
Pada Jumat (11/09/2020) siang itu, Mayjen Tugas Ratmono menunjukkan bangunan semi permanen, yang lokasinya relatif dekat dengan dua tenda tersebut. Bangunan itu masih dalam proses finishing, yang dalam beberapa hari ke depan, akan menggantikan fungsi kedua tenda tadi.Â
Artinya, Mayjen Tugas Ratmono bersama tim harus melayani 1.600 lebih pasien Covid-19, dan pada saat yang sama, infrastruktur pelayanan kesehatan juga harus dibangun.
Situasi yang menantang, tentunya. Apalagi harus berkejaran dengan waktu. Yang mengesankan, sikap Mayjen Tugas Ratmono tetap nampak tenang, tetap concern hingga ke hal-hal yang detail.Â
Tetap gembira? Tentu saja, iya. Adakah yang berubah? Mayjen Tugas Ratmono menuturkan, ia menjadi lebih sensitif terhadap sinyal yang datang dari tubuhnya.
Sesekali, ia seakan bertanya kepada diri sendiri "jangan-jangan" yang maksudnya, jangan-jangan ia tertular Covid-19. Rasa cemas yang alamiah, yang mungkin juga dirasakan oleh orang-orang terdekatnya. Beruntung, Mayjen Tugas Ratmono senantiasa merawat rasa gembira dan tak pernah lupa untuk bahagia.
Jakarta 14-09-2020Â Â Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H