Mereka adalah saudara kita. Dengan APD lengkap, mereka melangkah dengan gembira. Jalur khusus yang mereka lintasi, berada di zona merah Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat. Saya berdiri hanya dua meter dari mereka, dengan darah berdesir, dan bergumam: mereka luar biasa.
Mereka Gembira, Imun Tubuh Terjaga
Mereka yang saya maksud adalah tim kerja Mayjen Tugas Ratmono, Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet. Jalur khusus yang mereka lintasi itu, benar-benar berada di zona merah.Â
Hanya mereka dengan alat pelindung diri (APD) lengkap, yang diperkenankan melintas di sana. Ada tali yang dibentangkan sebagai pembatas. Ada pula police line yang direntangkan, dari ujung ke ujung.
Pada Jumat (11/09/2020) siang, saya dan Mayjen Tugas Ratmono, berdiri sekitar dua meter dari mereka. Kami melambaikan tangan, mereka pun melambaikan tangan.Â
Di satu momen, yang melintas adalah mereka yang baru selesai bertugas di Tower 6 dan 7. Di momen lain, adalah mereka yang akan bertugas di kedua tower tersebut.
Kenapa mereka begitu gembira? Mayjen Tugas Ratmono menuturkan, kegembiraan akan meningkatkan imun tubuh. Kegembiraan mereka sebagai pelayan pasien Covid-19, dengan sendirinya akan turut menumbuhkan kegembiraan para pasien. Imun tubuh mereka meningkat, imun tubuh pasien juga meningkat.
Itu poin penting dari pelayanan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet. Mereka yang melayani pasien, terdiri dari beragam profesi dan berasal dari beragam instansi. Antara lain, ada dokter, perawat, psikolog, ahli gizi, dan para relawan. Secara total, ada sekitar 1.700 tenaga kerja beragam profesi untuk men-support operasional Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, yang beroperasi 24 jam penuh per hari.
Mereka bekerja secara shift, sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Tiap kali mem-brief tim kerja, Mayjen Tugas Ratmono selalu berpesan: jangan lupa gembira dan jalan lupa bahagia. Boleh dibilang, manajemen gembira itulah yang membuat tim kerja dengan penuh semangat menjalankan tugas.
Lelah, tentu saja iya. Sesungguhnya, menurut Mayjen Tugas Ratmono, mengenakan APD lengkap itu saja, sudah melelahkan. Makanya, ada yang shift kerja mereka 6 jam, ada pula yang 8 jam. Tergantung bidang kerja masing-masing. Hal sedetail itu, dicermati Mayjen Tugas Ratmono dengan saksama, karena tugas mereka adalah menyelamatkan nyawa pasien.