Sapardi Djoko Damono itu lentur. Diiringi dengan harpa, keren. Dinyanyikan secara balada, oke. Dengan suara tenor pun, sungguh nikmat. Harap dicatat: para milenials memburu buku-buku Sapardi Djoko Damono. Indonesia beruntung miliki Sapardi.
Sapardi Djoko Damono mungkin tak ada duanya. Secara akademik, ia Profesor Doktor. Sebagai penyair, puisi karyanya mampu melintasi zaman. Kita tahu, Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 20 Maret 1940.Â
Artinya, ia sudah menginjak 79 tahun. Namun, hingga era milenial kini, sajak-sajaknya masih tetap digandrungi. Buku-buku karyanya juga masih terus diburu para penggemarnya. Buktinya, di berbagai kesempatan, para milenials berebut minta welfie dengannya.Â
Bukan hanya itu. Para milenials bahkan sengaja membawa buku-buku karya Sapardi Djoko Damono, kemudian berebut minta tanda-tangan sang tokoh ini. Itu sekaligus menjadi penanda, betapa erat hubungan Sapardi Djoko Damono dengan para penggemarnya.Â
Dalam konteks sastra Indonesia, Sapardi Djoko Damono adalah salah seorang rujukan penting. Di berbagai seminar kesusastraan, analisanya menjadi pencerahan bagi banyak pihak. Pengamatannya juga memperluas wawasan para peminat sastra.Â
Lebih dari semua itu, puisi karya Sapardi Djoko Damono, lentur. Mengena untuk dibaca dalam hati. Asyik untuk dibacakan di berbagai acara baca puisi. Bahkan, oke banget ketika dinyanyikan menjadi lagu, menjadi nyanyian puisi.Â
Salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damono yang paling banyak dinyanyikan di mana-mana adalah Aku Ingin. Ini lengkapnya:Â
AKU INGINÂ
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abuÂ
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiadaÂ
Dalam video yang saya tampilkan ini, kita bisa sama-sama menikmati. Penuh makna ketika dibawakan pemain harpa Maya Hasan. Sangat menyentuh jiwa, saat dinyanyikan Reda Gaudiamo dan Ari Malibu, dengan petikan gitar akustik. Mereka dikenal sebagai duet Ari-Reda.Â
Dan, tak kalah indahnya saat dinyanyikan penyanyi tenor, Christopher Abimanyu. Semua itu menjadi penanda, betapa lenturnya puisi karya Sapardi Djoko Damono. Lentur untuk dikemas dalam berbagai format. Lentur pula secara segmentasi publik.Â
Sungguh beruntung, Indonesia memiliki Sapardi Djoko Damono.