akhirnya kau pergi
bukan meninggalkan kami, tapi untuk menemuinya
kembali bersamanya tapi di alam yang kekal
kami paham
kau dan dia memang sangat tak terpisahkan
di alam yang fana, kau dan dia jadi teladan kebersamaan
tatkala dia berangkat lebih awal
seluruh nadimu bergetar
bahkan sebagian nafasmu turut menemani kepergiannya
kemudian kau pun pergi, menyusulnya
kami terisak karena kami masih sangat membutuhkanmu
kami menangis karena kami haru
terharu pada kesatuan jiwamu dan jiwanya
yang menyatu di alam fana
yang kembali bersama di alam yang kekal
sungguh, kami belum punya contoh yang lain
yang telaten menata jiwa demi waktu
yang teguh menapaki hari
dari buku ke kedalaman ilmu
dari angkasa ke keluasan jiwa
keteladananmu membuat kami larut dalam kekaguman
kami nyaris tak punya tanya
tak kuasa pula untuk bertanya-tanya
kesungguhanmu
perbuatanmu
ilmumu
membuat kami terpana
kami tak punya apa yang mampu kami beri
kami tak cukup jiwa untuk berbagi
kami hanya melihat awan, sedang kau mengarungi langit
kami hanya sebatas menggenggam buih
sedang kau telah sampai di kedalaman samudera
alangkah jauh jarak yang membentang
tapi kami sangat merasa dekat denganmu
kami sangat mengenalmu meski belum pernah bertatap muka
pendengaran kami sangat mengenali suaramu
meski belum sekalipun berbincang denganmu
ya, Allah
air mata kami merembes
lalu jatuh di sajadah di antara sujud ke sujud
dari musala di pinggang bukit
dari masjid agung di jantung kota
dari gubuk di tepi kali
dari istana penuh cahaya
berjuta hati berdetak untukmu, mendoakanmu
berjuta nafas melafaskan alfatihah untukmu
hanya untukmu
hanya untuk belahan jiwamu
sungguh, kami belum punya contoh yang lain
--
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 13 September 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!