Sabtu (03/08/2019), Harian Kompas melansir Asa Bersemi pada Sebuah Kapal. Ini tentang solusi keuangan untuk warga kepulauan di sekitar Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Gerakan keuangan tersebut tentu saja mempercepat aktivitas ekonomi rakyat. Ini membuat kita makin optimis.
44 dari 1.100 PulauÂ
Kita tahu, ada sekitar 1.100 pulau dalam kawasan Provinsi NTT. Dari sekian banyak pulau tersebut, 44 pulau di antaranya, sudah berpenghuni. Sudah ada penduduknya. Nah, 1.056 pulau lainnya adalah pulau kosong. Belum ada penghuninya. Sesekali memang ada nelayan yang singgah di sana, tapi bukan sebagai penduduk yang menetap.
Di 44 gugusan pulau berpenghuni tersebut, ada enam pulau besar, yakni Pulau Timor, Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Alor, Pulau Sabu, dan Pulau Rote.Â
Dari semua itu, barangkali yang paling kita kenal adalah Labuan Bajo, yang berada di ujung barat Pulau Flores. Antara lain, karena Labuan Bajo adalah salah satu destinasi dari program 10 Bali Baru.
Di sekitar Labuan Bajo, ada sejumlah pulau kecil. Antara lain, Pulau Messah, Pulau Rinca, Pulau Papagarang, Pulau Komodo, Pulau Longos, Pulau Boleng, Pulau Seraya Besar dan Kecil, serta Pulau Kukusan.Â
Gugusan pulau-pulau kecil tersebut, menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya, untuk menopang Labuan Bajo sebagai destinasi wisata internasional.
Nah, di gugusan pulau-pulau kecil tersebut, tidak ada bank. Karena itulah, untuk urusan keuangan yang terkait dengan bank, warga sejumlah pulau itu ya harus datang ke Labuan Bajo, yang berada di Pulau Flores.Â
Warga Pulau Komodo, misalnya. Untuk mengakses jasa perbankan, mereka harus menempuh perjalanan laut selama 4 jam naik kapal, menuju Labuan Bajo.
Untuk pulang-pergi Pulau Komodo-Labuan Bajo, mereka harus menguras dompet untuk ongkos kapal Rp 60.000.- per orang. Karena keterbatasan kapal, mereka terpaksa menginap di Labuan Bajo, baru esok harinya kembali ke Pulau Komodo. Artinya, mereka harus merogoh dompet lebih dalam lagi untuk biaya makan serta biaya penginapan.
Akibatnya, biaya untuk urusan keuangan di bank, membengkak berkali-kali lipat. Itulah realitas yang dihadapi para penghuni pulau-pulau kecil di NTT, selama bertahun-tahun. Bandingkan dengan mereka yang mendiami enam pulau besar di NTT. Mereka cukup menggunakan sepeda motor, dengan ongkos yang relatif murah, untuk menangani urusan keuangan yang terkait dengan bank.
Kapal Bank Jadi Solusi
Maka, sangat pantas bila warga pulau-pulau kecil tersebut berharap ada solusi terkait urusan keuangan dengan bank. Bukan hanya untuk kebutuhan pribadi, tapi terutama untuk kebutuhan berusaha. Warga Pulau Messah, misalnya. Ada sekitar 800 keluarga yang tinggal di pulau ini. Mereka adalah suku Bajo, yang mata pencaharian utamanya mencari ikan sebagai nelayan.