Perdebatan tentang beras, kian sengit. Para politisi menggoreng isu beras import. Mereka seakan membela petani, dengan menolak beras import. Tapi, tidak peduli dengan rakyat, yang terpaksa membeli beras medium dengan harga Rp 13.500 per kilogram (kg). Padahal, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium, hanya Rp 9.450 per kg.
Stok Bulog Minim
Setidaknya, sudah tiga bulan terakhir, warga di sejumlah wilayah, terpaksa membeli beras medium di atas harga HET. Operasi Pasar yang dilakukan Bulog di 1.800 titik di 82 kota, tidak mampu mengembalikan harga beras medium ke harga HET. Padahal Operasi Pasar itu sudah dilakukan sejak November 2017. Akibatnya, stok beras di gudang Bulog makin menipis. Menurut Djarot Kusumayakti, total stok beras di seluruh gudang Bulog, hanya di kisaran 800 ribu ton.
Itu jumlah yang minim. Dalam kondisi normal, menurut Dirut Bulog itu, stok beras di gudang Bulog mestinya di atas 1 juta ton. Jika Operasi Pasar terus digelar, dan harga beras medium belum juga kembali ke HET, maka bisa-bisa stok beras Bulog habis. Dalam konteks pangan pokok, itu tentu berbahaya.Â
Sementara, panen raya diperkirakan Maret dan Bulog baru menyerap beras dari petani ancer-ancer mulai akhir Maret. Itu pun belum menjadi jaminan, apakah beras medium akan kembali ke HET.
Kondisi perberasan itulah yang dicemaskan tim ekonomi pemerintahan Jokowi-JK, yang dipimpin Darmin Nasution. Akhirnya, minggu pertama Januari 2018, Darmin Nasution memerintahkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam sebanyak 500.000 ton.Â
Pelaksana impor adalah Bulog. Dengan cara ini, stok beras yang 800 ribu ton di gudang Bulog bisa digelontorkan, melalui Operasi Pasar dan pembagian Beras Rastra. Beras impor diperkirakan tiba akhir Februari.
Gudang Bulog Benar Kosong
Benarkah stok Bulog minim? Banyak pihak yang menyangsikan. Pada 16-17 Januari 2018, Bulog sengaja mengadakan media gathering, dengan mengundang 40 jurnalis dari berbagai media. Saya sebagai Kompasianer, termasuk yang diundang.Â
Kami kemudian diajak mengunjungi salah satu gudang Bulog di Desa Tegalgirang, Indramayu, yang menjadi bagian dari Gudang Bulog Divre Jawa Barat. Gudang itu besar, mampu menampung 11.000 ton beras. Ketika kami datang ke sana, gudang itu nyaris kosong, hanya ada stok 3.000 ton beras.
Itu hanya salah satu contoh, betapa minimnya stok beras Bulog. Areal persawahan di seputar gudang itu, ada sekitar 30.000 hektar, yang mampu menghasilkan beras sekitar 150 ribu ton.Â
Saat kami berkunjung, padi di sawah tersebut baru berumur satu bulan. Dibutuhkan dua bulan lagi untuk panen. Warga setempat terpaksa membeli beras medium di kisaran Rp 12-13.000 per kg. Padahal, HET beras medium, hanya Rp 9.450 per kg. Di Kota Cirebon, Jawa Barat, sekitar 1 jam berkendara dari Tegalgirang, harga beras medium sudah di posisi Rp 13.500 per kg.
Itulah kondisi real yang kami temukan di lapangan. Dalam diskusi dengan Djarot Kusumayakti di Cirebon, Dirut Bulog itu mengatakan, impor beras ditujukan untuk menjaga cadangan beras nasional. Selain itu, untuk meredam spekulan.Â
Artinya, dengan gelontoran beras melalui Operasi Pasar secara terus-menerus serta pembagian Beras Rastra, diharapkan harga beras akan kembali ke HET. Apalagi jika akhir Februari beras impor masuk dan dilanjutkan dengan panen raya. Maka, harga beras medium diharapkan segera kembali ke HET.
 Jakarta, 21 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H