Warga Kampung Pelangi, RW 9, Kelurahan Merjosari, Kota Malang, Jawa Timur, sedang menciptakan mural Bung Karno dan Bung Hatta, pada Sabtu (12/08/2017). Warga berkolaborasi dengan sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) dan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Rencananya, sejumlah Pahlawan Nasional akan dijadikan mural di setiap dinding rumah warga setempat. Ini bagian dari upaya warga RW 09 untuk merawat keberagaman. Foto: andi hartik-kompas.com
Dalam konteks keberagaman, saya ingat pidato Bung Karno pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Pada 20 Mei 1964 itu, Bung Karno menegaskan bahwa senjata yang paling ampuh untuk menguasai suatu bangsa adalah adu domba dan pemecahbelahan. Di hari-hari Peringatan Proklamasi ini, pidato Bung Karno puluhan tahun yang lalu itu terasa masih sangat relevan. Apalagi dengan kondisi kini, ketika pengaruh antar negara nyaris sulit dibendung, karena kemajuan teknologi.
Untuk kita, yang sebagian besar belum ada ketika negeri ini merdeka, ada pesan dari penyair Chairil Anwar. Mari kita simak petikan sajak Karawang Bekasi, yang ia ciptakan tahun 1948, tiga tahun setelah negeri ini merdeka:
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 23 Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya