[caption caption="Wisata satwa, wisata alam. Taman Safari Prigen buka setiap hari, mulai pukul 08.30 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Melalui satwa dan alam, kita memiliki kesempatan untuk melepaskan diri dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Satwa dan alam adalah salah satu sarana yang ampuh untuk meraih keseimbangan, balance of life. Alam mengajari kita banyak hal. Kita memaknainya. Alam menjaga keberlangsungan kehidupan manusia. Kita merawat alam dari masa ke masa. Foto: @safariprigen"][/caption]Tahun Baru Imlek 2567 dimulai Senin (8/2/2016). Taman Safari Prigen bikin perayaan tiga hari berturut-turut, Sabtu-Minggu-Senin (6-7-8/2/2016). Datanglah ke sana, bersuka-cita bersama keluarga, menyambut Imlek ala Taman Safari Prigen: Kampoeng Monyet dan Parade Satwa.
Kita tahu, berdasarkan penanggalan China, Imlek tahun ini adalah tahun Monyet Api. Karena itulah Taman Safari Prigen memilih Kampoeng Monyet, sebagai tema perayaan Imlek di sana. Tapi, di mana Taman Safari Prigen? Bila ditelusuri Taman Safari Prigen melalui Google, kita akan menemukan about 200,000 results (0.48 seconds). Untuk skala Google, temuan ini relatif mungil. Ini sekaligus menjadi penanda bahwa pengelola taman safari tersebut harus lebih gencar berkampanye di dunia maya. Tapi, itu bukan alasan bagi kita untuk tidak berkunjung ke sana. Kenapa? Karena, Taman Safari Prigen adalah taman safari terluas di Asia Tenggara, meliputi area 350 hektar.
68 Kilometer dari Surabaya
Persisnya, Taman Safari Prigen berada di Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Secara jarak, sekitar 68 kilometer dari Surabaya dan sekitar 42 kilometer dari Malang. Artinya, untuk warga Jawa Timur, sesungguhnya lokasi taman safari ini relatif mudah untuk dijangkau. Untuk warga dari luar Jawa Timur, Surabaya bisa dijadikan titik transit untuk melanjutkan perjalanan menuju Safari Prigen. Jika perjalanan dimulai dari Surabaya menuju Malang, setelah memasuki daerah Pandaan, siap-siap deh. Tak lama kemudian, kita akan melihat dua buah gading raksasa menjulang di sebelah kanan jalan. Bila datang dari Malang menuju Surabaya, setelah pertigaan Purwosari, ada petunjuk arah menuju Taman Safari Prigen.
Dari dua buah gading raksasa yang menjulang itu, perjalanan untuk sampai ke Taman Safari Prigen, sekitar 8 kilometer. Di sanalah hamparan area 350 hektar tersebut berada. Kawasan ini merupakan lereng Gunung Arjuno, yang berada pada ketinggian antara 800 sampai 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Area yang rimbun dengan pepohonan ini, tentulah berhawa sejuk. Karena itu, Safari Prigen merupakan pilihan yang ideal bagi Anda untuk menikmati liburan Imlek tahun ini. Kampoeng Monyet adalah salah satu kreasi tim kerja Safari Prigen dalam konteks menyambut momentum Imlek. Secara keseluruhan, Safari Prigen sebagai Tempat Wisata di Jawa Timur ini merupakan kawasan wisata satwa dan wisata alam yang sangat lengkap.
Kita bisa mulai dengan Safari Adventure. Dengan berkendara, kita leluasa mengelilingi tiga zona yang tersedia: Amerika-Eropa, Asia, dan Afrika. Satwa yang khas dari masing-masing benua tersebut, bisa kita saksikan secara leluasa dari dalam kendaraan. Para satwa di sana menjalani keseharian mereka, sebagaimana halnya di habitat aslinya. Di antara rimbunnya pepohonan, kita bisa menyaksikan harimau putih, singa, gajah, orang utan, burung kakatua, kijang, beruang kutub, beruang madu, buaya, angsa, kambing gunung, kingkong, kera, badak, kuda nil, zebra, dan satwa lainnya bercengkerama sesama satwa. Para satwa itu lepas-liar tapi dikendalikan dengan batas-batas tertentu, hingga kita tetap nyaman menyaksikan mereka.
Saat ini, Taman Safari Prigen memiliki 3.000 satwa, dari 200 spesies satwa. Selain satwa lokal, juga ada satwa dari Afrika, Amerika Serikat, Australia, dan India. Karena area yang tersedia luas, maka lokasi para satwa tersebut ditata sedemikian rupa, hingga kita leluasa. Dari zona yang satu ke zona yang lain, kita benar-benar menikmati wisata safari yang menyenangkan. Berada di tengah-tengah alam, dengan para satwa di kiri dan kanan jalan. Ini tentulah sebuah petualangan yang menyenangkan. Tamasya alam yang membuat kita lepas dari hiruk-pikuk kota.
[caption caption="Parade satwa menunjukkan kepada kita bahwa satwa yang buas sekalipun, bisa bersahabat dengan kita. Satwa yang buas dan liar, bisa dilatih hingga memiliki keterampilan, yang berguna untuk menghibur orang banyak. Atraksi satwa bukan hanya membuat kita terkagum-kagum, tapi juga kerap membuat kita tertawa terpingkal-pingkal melihat ulahnya. Foto: @safariprigen, beritajatim.com, dan detik.com"]
Untuk bersafari ke zona Amerika-Eropa, Asia, dan Afrika, kita memang harus menggunakan mobil. Tapi, Taman Safari Prigen bukan hanya ditujukan untuk mereka yang datang dengan membawa mobil pribadi. Pengunjung juga leluasa mengakses Safari Prigen dengan menggunakan kendaraan umum. Dari Prigen, perjalanan bisa dilanjutkan dengan naik angkutan kota (angkot) menuju Taman Safari Prigen. Pengunjung yang menggunakan sepeda motor, bisa langsung menuju lokasi. Nah, untuk bersafari ke zona Amerika-Eropa, Asia, dan Afrika, pengelola Taman Safari Prigen sudah menyediakan mobil khusus.
Dengan mobil khusus ini, pengunjung berkeliling dari zona ke zona satwa secara leluasa, yang tentu saja tidak kalah serunya dengan mereka yang membawa mobil pribadi. Asyiknya, di mobil khusus ini, sesama pengunjung bisa saling berinteraksi. Ini tentu saja memberikan pengalaman tersendiri dalam berwisata. Bukankah semakin banyak kawan, hidup ini akan semakin indah? Di era sosial media kini, pertemanan yang dimulai dalam perjalanan wisata tersebut, bisa saja berlanjut untuk saling terkoneksi lewat facebook, twitter, instagram, dan lainnya.
Oh, ya, di Taman Safari Prigen, kita tidak hanya menyaksikan satwa dari balik jendela kaca kendaraan. Kita juga bisa menyaksikan atraksi satwa dari dekat. Para pelatih satwa di taman safari ini telah melatih gajah, beruang, monyet, kakatua, elang, macan, dan singa. Satwa tersebut dilatih hingga mereka menguasai berbagai keterampilan yang mencengangkan. Misalnya, naik sepeda, main bola, bahkan menari. Atraksi satwa itu bukan hanya membuat kita terkagum-kagum, tapi juga kerap membuat kita tertawa terpingkal-pingkal melihat ulahnya. Dalam konteks edukasi, satwa saja bisa dilatih hingga memiliki keterampilan, apa lagi manusia. Iya, kan?
Di area Baby Zoo, kita malah bisa sangat dekat dengan anak satwa liar. Misalnya, dengan anak macan. Bahkan, kita bisa bermain dan berfoto bersama sang anak macan. Selain yang terkait langsung dengan satwa, Taman Safari Prigen juga memiliki puluhan wahana rekreasi yang mengesankan. Antara lain, wahana Roller Coaster, Bom-Bom Boat, Sepeda Layang, Safari Swinger, dan Puri Misteri. Melihat demikian banyaknya fasilitas rekreasi di sini, rasanya waktu sehari tidak cukup untuk mengeksplorasi semua itu.
[caption caption="Puluhan wahana di Taman Safari Prigen, memungkinkan keluarga menikmati wisata satwa dan wisata alam dengan leluasa. Ada sangat banyak pilihan, sesuai keinginan. Bermain dengan lumba-lumba atau menjelajah air, bisa sepuasnya. Kendaraan khusus bagi yang tidak membawa kendaraan pribadi, juga tersedia. Yang mau bermalam, Taman Safari Prigen menyiapkan caravan serta camp yang sungguh menyenangkan. Foto: @safariprigen dan tripadvisor.com "]
Dalam konteks pelestarian satwa, kontribusi Taman Safari Prigen patut kita apresiasi. Sebagaimana dituturkan Ashrully Setia, secara reguler taman safari ini melakukan pertukaran satwa dengan lembaga konservasi lain. Baik yang ada dalam negeri maupun di luar negeri. Anak satwa yang lahir di Taman Safari Prigen dipertukarkan dengan anak satwa yang lahir di lembaga konservasi lain. ”Tujuannya agar tidak terjadi perkawinan sedarah. Karena, perkawinan sedarah akan melahirkan keturunan yang cacat, lemah, bahkan tidak bisa bertahan hidup,” ujar Ashrully Setia, Marketing Communication Manager Taman Safari Prigen, di Kompasiana Coverage: How Close You Are #SafariPrigen di Beezy Kaffe, Jl. Wijaya Timur Raya 1 No. 11-A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Acara Kompasiana Coverage tersebut berlangsung Sabtu (30/1/2016), dari pagi hingga siang, dihadiri sekitar 25 Kompasianer dan beberapa rekan media. Ashrully Setia didampingi Idham Rustian P., Kepala Penjualan dan Pemasaran Taman Safari Prigen, dan Tjang Siauw Ying, Business Development Manager Bali Safari and Marine Park. Kompasiana Coverage ini juga akan dilangsungkan di Yogyakarta pada Sabtu (6/2/2016) dan di Semarang pada Sabtu (13/2/2016). Ini adalah bagian dari rangkaian gerakan Taman Safari Indonesia untuk mengajak masyarakat melakukan wisata satwa dan wisata alam. Saat ini ada tiga Taman Safari Indonesia: Taman Safari Indonesia Cisarua (Taman Safari Indonesia I) di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Taman Safari Indonesia Prigen (Taman Safari Indonesia II), dan Taman Safari Indonesia Gianyar (Taman Safari Indonesia III) di Desa Serongga, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, yang kemudian di-branding sebagai Bali Safari and Marine Park.
Taman Safari Prigen mulai beroperasi pada tahun 1997. Taman safari ini bukan hanya fokus pada konservasi, wisata, dan edukasi. Tapi, juga berkontribusi pada upaya meningkatkan kualitas pangan, khususnya daging sapi. Pada April tahun 2010, Taman Safari Prigen merintis program perbaikan genetik sapi Bali, melalui Inseminasi Buatan dengan menggunakan sperma Banteng Jawa. Tujuannya, agar dari perkawinan silang sapi dan banteng tersebut, lahir anakan sapi unggulan. Unggul dari sisi daya tahan terhadap segala cuaca serta menghasilkan daging sapi yang berkualitas. Program ini merupakan kerjasama Taman Safari Prigen dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.
Hasil Inseminasi Buatan tersebut sukses melahirkan anakan sapi, yang kemudian diberi nama Jaliteng. Dalam konteks kekinian, di tengah lonjakan harga daging sapi karena minimnya populasi sapi di tanah air, rintisan Taman Safari Prigen ini sudah sepatutnya mendapat perhatian lebih dari pihak yang berwenang. Pada Jumat (14/6/2013), Endang Tri Margawati dikukuhkan sebagai profesor riset bidang Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Saat itu, Endang Tri Margawati mengungkapkan, peternak sapi Bali kurang menguasai teknik budidaya. Dulu, sapi Bali gemuk dan besar. Namun, sekarang ukurannya menjadi kecil, akibat inbreeding alias perkawinan sedarah. Kualitas sapi Bali menjadi lebih rendah.
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 2 February 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H