Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kampoeng Monyet + Parade Satwa, Kreasi Safari Prigen Sambut Gong Xi Fa Cai

2 Februari 2016   13:47 Diperbarui: 2 Februari 2016   15:35 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di area Baby Zoo, kita malah bisa sangat dekat dengan anak satwa liar. Misalnya, dengan anak macan. Bahkan, kita bisa bermain dan berfoto bersama sang anak macan. Selain yang terkait langsung dengan satwa, Taman Safari Prigen juga memiliki puluhan wahana rekreasi yang mengesankan. Antara lain, wahana Roller Coaster, Bom-Bom Boat, Sepeda Layang, Safari Swinger, dan Puri Misteri. Melihat demikian banyaknya fasilitas rekreasi di sini, rasanya waktu sehari tidak cukup untuk mengeksplorasi semua itu.

[caption caption="Puluhan wahana di Taman Safari Prigen, memungkinkan keluarga menikmati wisata satwa dan wisata alam dengan leluasa. Ada sangat banyak pilihan, sesuai keinginan. Bermain dengan lumba-lumba atau menjelajah air, bisa sepuasnya. Kendaraan khusus bagi yang tidak membawa kendaraan pribadi, juga tersedia. Yang mau bermalam, Taman Safari Prigen menyiapkan caravan serta camp yang sungguh menyenangkan. Foto: @safariprigen dan tripadvisor.com "]

[/caption]Apresiasi untuk Konservasi   

Dalam konteks pelestarian satwa, kontribusi Taman Safari Prigen patut kita apresiasi. Sebagaimana dituturkan Ashrully Setia, secara reguler taman safari ini melakukan pertukaran satwa dengan lembaga konservasi lain. Baik yang ada dalam negeri maupun di luar negeri. Anak satwa yang lahir di Taman Safari Prigen dipertukarkan dengan anak satwa yang lahir di lembaga konservasi lain. ”Tujuannya agar tidak terjadi perkawinan sedarah. Karena, perkawinan sedarah akan melahirkan keturunan yang cacat, lemah, bahkan tidak bisa bertahan hidup,” ujar Ashrully Setia, Marketing Communication Manager Taman Safari Prigen, di Kompasiana Coverage: How Close You Are #SafariPrigen di Beezy Kaffe, Jl. Wijaya Timur Raya 1 No. 11-A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Acara Kompasiana Coverage tersebut berlangsung Sabtu (30/1/2016), dari pagi hingga siang, dihadiri sekitar 25 Kompasianer dan beberapa rekan media. Ashrully Setia didampingi Idham Rustian P., Kepala Penjualan dan Pemasaran Taman Safari Prigen, dan Tjang Siauw Ying, Business Development Manager Bali Safari and Marine Park. Kompasiana Coverage ini juga akan dilangsungkan di Yogyakarta pada Sabtu (6/2/2016) dan di Semarang pada Sabtu (13/2/2016). Ini adalah bagian dari rangkaian gerakan Taman Safari Indonesia untuk mengajak masyarakat melakukan wisata satwa dan wisata alam. Saat ini ada tiga Taman Safari Indonesia: Taman Safari Indonesia Cisarua (Taman Safari Indonesia I) di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Taman Safari Indonesia Prigen (Taman Safari Indonesia II), dan Taman Safari Indonesia Gianyar (Taman Safari Indonesia III) di Desa Serongga, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, yang kemudian di-branding sebagai Bali Safari and Marine Park.

Taman Safari Prigen mulai beroperasi pada tahun 1997. Taman safari ini bukan hanya fokus pada konservasi, wisata, dan edukasi. Tapi, juga berkontribusi pada upaya meningkatkan kualitas pangan, khususnya daging sapi. Pada April tahun 2010, Taman Safari Prigen merintis program perbaikan genetik sapi Bali, melalui Inseminasi Buatan dengan menggunakan sperma Banteng Jawa. Tujuannya, agar dari perkawinan silang sapi dan banteng tersebut, lahir anakan sapi unggulan. Unggul dari sisi daya tahan terhadap segala cuaca serta menghasilkan daging sapi yang berkualitas. Program ini merupakan kerjasama Taman Safari Prigen dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.

Hasil Inseminasi Buatan tersebut sukses melahirkan anakan sapi, yang kemudian diberi nama Jaliteng. Dalam konteks kekinian, di tengah lonjakan harga daging sapi karena minimnya populasi sapi di tanah air, rintisan Taman Safari Prigen ini sudah sepatutnya mendapat perhatian lebih dari pihak yang berwenang. Pada Jumat (14/6/2013), Endang Tri Margawati dikukuhkan sebagai profesor riset bidang Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Saat itu, Endang Tri Margawati mengungkapkan, peternak sapi Bali kurang menguasai teknik budidaya. Dulu, sapi Bali gemuk dan besar. Namun, sekarang ukurannya menjadi kecil, akibat inbreeding alias perkawinan sedarah. Kualitas sapi Bali menjadi lebih rendah.

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Jakarta, 2 February 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun