Peserta didik kelas XII Program Studi Nautika Kapal Penangkap Ikan di SMK Negeri 3 Bulukumba, Sulawesi Selatan, mengikuti ujian menentukan daerah tangkapan ikan. Menentukan daerah tangkapan ikan dan menggunakan alat navigasi, merupakan dua kompetensi keahlian yang harus dimiliki siswa di jurusan ini. Sementara, siswa dari program studi Agribisnis Perikanan, membudidayakan ikan bandeng dan rumput laut. Hasilnya dinikmati bersama masyarakat setempat. Foto: print.kompas.com
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
SMK Negeri 3 Bulukumba ini membeli benih ikan bandeng dari masyarakat, dengan harga Rp 80 per ekor. Mereka merawatnya dengan seksama. Tiga minggu kemudian, setelah nener bandeng itu tumbuh hingga 5-6 sentimeter, sekolah menjualnya Rp 110 per ekor.
Sekolah kejuruan ini berada di Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan[1]. Apa yang telah mereka lakukan, menunjukkan kepada kita, bagaimana proses edukasi di sekolah menengah bisa berjalan secara paralel, dengan upaya menyemaikan jiwa wirausaha. Para siswa belajar, bagaimana teknik merawat benih ikan bandeng, agar tumbuh dengan cepat serta rendah tingkat kematiannya. Para siswa juga belajar, bagaimana menggerakkan ekonomi masyarakat, dengan membeli nener bandeng, kemudian menjualnya kembali, setelah nener menjadi ukuran layak bibit, dengan harga jual yang lebih rendah dari harga bibit bandeng di pasaran.
SDM Perikanan dan Kelautan
SMK Negeri 3 Bulukumba adalah salah satu dari 9 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di kabupaten tersebut. Sebagai SMK perikanan dan kelautan, SMK Negeri 3 tersebut merupakan salah satu dari sekitar 900 SMK perikanan dan kelautan di tanah air, yang menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung Pembangunan Kemaritiman di Indonesia. Sekolah tersebut bukan hanya berkutat pada teknis perikanan dan kelautan, tapi sejak dini sudah menanamkan jiwa kewirausahaan dan keberpihakan pada masyarakat.
Dari proses edukasi yang demikian, tentu banyak pihak yang berharap, dari sana akan lahir SDM perikanan dan kelautan yang unggul. Menteri Koordinator Kemaritiman (Menko Maritim), Indroyono Soesilo, dalam orasi ilmiahnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Pembangunan Kemaritiman Indonesia, pada Jumat (03/07/2015) di Institut Teknologi Bandung (ITB)[2], menekankan aspek SDM perikanan dan kelautan tersebut. “Sumber Daya Manusia Indonesia yang andal amat dibutuhkan dalam pembangunan kemaritiman kita secara keseluruhan, baik di masa kini maupun untuk masa depan,” ujar Prof. Dr. Ir. D. Indroyono Soesilo, M.Sc. dalam sidang terbuka itu.
Kesadaran akan kebutuhan SDM perikanan dan kelautan yang berkualitas, dirintis Menko Maritim Indroyono Soesilo dengan membuat kesepakatan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan[3]. Kesepakatan itu diungkapkan ke publik di Jakarta pada Minggu, (1/3/2015). Inti kesepakatan itu, SMK Perikanan dan Kelautan, yang memiliki program studi, antara lain, Nautika Kapal Penangkap Ikan, Teknika Kapal Penangkap Ikan, Nautika Kapal Niaga, Teknika Kapal Niaga, Agribisnis Perikanan, dan Agribisnis Rumput Laut segera ditingkatkan kemampuannya, hingga memiliki kemampuan yang memenuhi standar sertifikasi International Maritime Organization (IMO).
Sebuah kesepakatan yang penuh harapan. Bukan hanya itu. Menko Kemaritiman dan Mendikbud juga sepakat untuk menetapkan 10 SMK Perikanan dan Kelautan Unggulan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Maluku, Tual, dan Sulawesi Utara sebagai SMK Percontohan. Dengan demikian, dari sekitar 900 SMK perikanan dan kelautan di tanah air, ada acuan dalam konteks peningkatan program edukasi.
Edukasi yang Menginspirasi