Hugging Run Terbuka tapi Terjaga
Secara keseluruhan, Hugging Run 2015 ini terbuka untuk seluruh keluarga. Untuk menjangkau lebih banyak keluarga, event ini dilakukan secara serentak di tiga kota: Jakarta di Plaza Taman Parkir Timur Senayan, Bandung di Gedung Sate, dan Denpasar di Lapangan Renon. “Di ketiga tempat di tiga kota itu, akan digelar beragam aktivitas seru. Antara lain, ada talk show tentang HIV/AIDS, dengan penyampaian yang mudah dipahami publik. Ada juga lomba futsal yang diikuti ODHA dan bukan ODHA,” ujar Lola Lamanda, Business Development Manager dari Limaplus Komunika.
Ini dimungkinkan, karena ada sebagian ODHA yang sudah menyatakan diri serta diketahui publik jati diri mereka. Meski demikian, Devi dan Lola senantiasa menjaga batas keterbukaan tersebut sesuai porsinya. Maklum, reaksi publik terhadap ODHA masih sangat beragam dan penyelenggara event tak ingin reaksi publik tersebut menimbulkan tekanan psikis terhadap ODHA yang bersangkutan.
Artinya, pembahasan tentang HIV/AIDS di ketiga tempat di tiga kota itu, akan berlangsung secara terbuka. Namun, bila menyangkut kisah real seorang ODHA, penyelenggara akan senantiasa menjaga privacy pihak yang bersangkutan. Karena itulah kisah-kisah nyata ODHA, kerap mengudara di media radio, baik live dari studio maupun melalui saluran telepon, yang memungkinkan jati diri yang bersangkutan tetap terjaga, terlindung dari tatapan langsung publik.
Lola yang cukup intens berinteraksi dengan para ODHA di berbagai wilayah di tanah air, menceritakan bahwa perlakuan yang tidak sepatutnya kepada ODHA, terutama karena sebagian besar publik belum mengetahui tentang HIV/AIDS dengan sebenar-benarnya. ”Melalui Hugging Run 2015 ini, kami ingin mengkomunikasikan kepada masyarakat luas agar mereka memiliki pengetahuan yang memadai, hingga bisa melindungi diri dan keluarga mereka dari HIV/AIDS. Di sisi lain, kami juga ingin agar masyarakat luas memperlakukan ODHA dengan wajar, karena mereka punya hak untuk bersosialisasi dengan sesama,” papar Lola Lamanda lebih lanjut.
[caption id="attachment_359717" align="aligncenter" width="583" caption="Ibu Rumah Tangga Tertinggi HIV/AIDS adalah content dari print.kompas.com l Sabtu l Siang | 14 Maret 2015 l 13:45 WIB. Dari Mana Ibu Rumah Tangga Kena HIV? Dari Suami yang Suka Jajan adalah content liputan6.com l Minggu l 01 Desember 2013 l 15:01 WIB. Dari kedua content tersebut terlihat bahwa ibu rumah tangga yang jadi ODHA sudah menjadi realitas sejak beberapa tahun yang lalu. Kini, jumlah mereka terus bertambah. Foto: koleksi pribadi"]
6.539 Ibu Rumah Tangga ODHA
Salah satu pemicu Hugging Run 2015 adalah karena keprihatinan terhadap meningkatnya jumlah ibu rumah tangga menjadi ODHA. Dari sisi jenis kelamin, memang kaum laki-laki menempati urutan tertinggi ODHA, mencapai 54 persen dari total ODHA secara nasional. Namun, dari sisi status, ibu rumah tangga menempati urutan pertama untuk ODHA terbanyak, dengan 6.539 orang.
Data tersebut diperoleh dari laporan kasus HIV/AIDS di Indonesia hingga September 2014, yang dirilis Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan. Tingkat akurasi angka itu memang masih bisa diperdebatkan. Karena, jumlah penduduk negeri ini yang telah melakukan tes HIV/AIDS, masih relatif minim. Ini agaknya berkorelasi dengan tingkat pemahaman mereka akan HIV/AIDS itu sendiri.
Devi Fitriana Anggraheni, Public Relation PKBI, memaparkan, upaya untuk meningkatkan pemahaman melalui penyuluhan, terus dilakukan. Penyuluhan bagi ibu rumah tangga tersebut dieksekusi oleh kader-kader Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat (PIKM) yang tersebar di 82 kabupaten di 12 provinsi: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Papua, dan Nusa Tenggara Barat.
Ada sekitar 400 orang kader PIKM yang secara simultan melakukan penyuluhan tentang HIV/AIDS kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut dilakukan, antara lain, melalui Posyandu, arisan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan kelompok pengajian. Yang menggembirakan, sebagaimana dituturkan Devi Fitriana Anggraheni, saat ini tak kurang dari 200.000 orang di berbagai provinsi tersebut yang telah menyatakan bersedia untuk mengikuti tes HIV/AIDS.