Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Kompasiana bermula 22 Oktober 2008. Awalnya, terseok-seok, juga diolok-olok. Besok, 22 November 2014, usia Kompasiana 6 tahun lebih 1 bulan. Dengan user 265.134, Kompasiana Community tentu merupakan ranah marketing potensial bagi produk dan jasa.
Kompasianival 2014 yang digelar besok, Sabtu, 22 November 2014, adalah Kompasianival yang ke-4. Ini adalah momen bersejarah bagi Kompasiana. Juga, bagi Kompasianer, tentunya. Kenapa? Karena, pada Kompasianival 2014 ini, Kompasiana mulai meletakkan dasar-dasar marketing secara serius dalam aktivitasnya. Di era digital age, ketika komunitas menjadi salah satu basis pemasaran, ini tentu hal yang sangat logis. Apalagi, secara power, Kompasiana sudah memiliki kekuatan tersendiri. Secara brand pun, sudah cukup kuat.
Proses Menyusun Database
Selama ini, sebagai user, Kompasianer memang sudah memiliki akun. Artinya, sudah tercatat secara online. Ada yang sudah terverivikasi, ada yang belum. Dalam konteks marketing, jumlah user tersebut tentu dipilah: yang aktif, kurang aktif, dan tidak aktif. Berbagai gerakan dilakukan, agar yang kurang aktif menjadi aktif, dan yang tidak aktif menjadi agak aktif.
Misalnya, dalam berbagai lomba penulisan, Kompasiana mensyaratkan bahwa peserta harus yang sudah punya akun terverivikasi. Ini adalah sebuah proses seleksi, sekaligus juga sebuah gerakan untuk memotivasi, agar yang belum terverivikasi, segera melakukan verivikasi. Maksudnya, mencantumkan data yang akurat, sesuai identitas.
Dalam konteks marketing, dengan data yang akurat, Kompasiana bisa memetakan sebaran wilayah Kompasianer. Sebagai contoh, akan diketahui, berapa persen Kompasianer yang tinggal di Jakarta, berapa persen yang tinggal di Medan. Demikian pula dengan usia, jenjang pendidikan, juga profesi yang dilakoni. Profil lengkap dengan data yang akurat, adalah valueble, sesuatu yang bernilai secara marketing.
Dari apa yang digambarkan di atas, jelas sekali bahwa Kompasiana secara bertahap terus berupaya menyusun serta menata struktur database para Kompasianer. Ini penting secara marketing, agar pemetaannya lengkap. Karena, peta Kompasianer yang lengkap, menjadi salah satu kekuatan bagi tim marketing Kompasiana, ketika berhadapan dengan calon sponsor, misalnya.
Database Sebagai Kekuatan
Di ranah marketing, database adalah power, kekuatan. Baik bagi industri jasa, maupun bagi produsen produk. Di kalangan perbankan, misalnya, database bahkan dipasok oleh sejumlah pihak yang memang khusus menyuplai database. Database yang saya maksud di sini, tentu saja database yang lengkap, bukan sekadar nama dan alamat e-mail semata.
Saking berharganya database, daftar undangan pejabat tinggi yang ngunduh mantu pun, kini diincar banyak pihak. Maklum, namanya juga pejabat tinggi, tentulah yang diundang bukan orang sembarangan. Dan, mereka adalah bagian dari target market sejumlah produk serta jasa. Baik produk perbankan, asuransi, perumahan, apartemen, hingga layanan televisi berbayar.
Anda yang kerap membeli pulsa di kios pulsa, mungkin tidak sadar pada saat menuliskan nomor telepon di daftar yang disodorkan pemilik kios. Saya pernah bertemu, juga berdialog, dengan orang yang tugasnya sehari-hari adalah berkeliling dari kios ke kios. Ia lantas memotret daftar pembelian pulsa itu dengan perangkat selulernya.