Untuk itu, orang desa dibina, dilatih, serta dididik terlebih dahulu, agar siap menjadi lokomotif. Yansen melakukan langkah yang sangat strategis. Ia mengundang motivator dari Jakarta untuk memotivasi para Kepala Desa dari 109 desa yang ada di Malinau. Kesadaran Yansen akan pentingnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia desa ini, diapresiasi masyarakat.
[caption id="attachment_338600" align="aligncenter" width="610" caption="Partisipasi masyarakat tumbuh karena Yansen intens berembug bersama warga desa. Yansen menyerahkan 33 urusan kepada pemerintah desa, yang substansinya dapat mengubah tatanan masyarakat desa, termasuk mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran. Foto: repro dari buku Revolusi dari Desa."]
Mandiri dalam Keragaman
Malinau dengan luas 39.799 kilometer per segi, dihuni sekitar 62.423 jiwa. Pada awalnya, Malinau dihuni oleh suku Tidung. Sejak beberapa tahun belakangan, sebagaimana penuturan Yansen, Malinau didiami oleh beragam suku dan agama. Hampir semua suku dan agama di Indonesia, ada di Malinau. Karena itulah, Yansen mengklaim bahwa keberagaman kehidupan di Malinau mencerminkan keberagaman Indonesia.
Keanekaragaman itu merupakan kekayaan Malinau untuk mencapai kemandirian. Antar suku dan antar agama saling mengisi, saling melengkapi. Mereka hidup di berbagai desa, saling bekerja sama dengan rukun. Pelatihan yang intensif dari motivator terhadap Kepala Desa, secara alamiah berdampak positif pada perilaku masyarakat desa, karena Kepala Desa berinteraksi dengan warga desa dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat perkembangan yang positif ini, Yansen makin percaya diri untuk memberikan porsi yang lebih besar kepada desa. Karena, warga desa sudah cukup cakap untuk mengelola desa mereka untuk menjadi mandiri. Sejauh ini, sebagaimana dipaparkan di halaman 75, Pemkab Malinau telah melimpahkan 31 kewenangan kepada setiap kecamatan dan menyerahkan 33 urusan kepada pemerintah desa. Penyerahan kewenangan dan urusan, substansinya dapat mengubah tatanan masyarakat desa, termasuk dalam mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran.
Kepercayaan yang tinggi pada desa, sebagaimana digambarkan di atas, menunjukkan bahwa kesimpulan sementara Yansen akan kemampuan dan skill orang desa, sudah menjadi kesimpulan yang sesungguhnya. Sudah terbukti dengan nyata. Artinya, orang desa di Malinau bukanlah orang yang lemah secara pendidikan, bukan pula lemah secara finansial. Mereka justru merupakan orang-orang yang kuat dan mandiri, yang mampu mengolah desa mereka menjadi mandiri.
Disiplin, Ulet, dan Tekun
Dr. Yansen Tipa Padan, M.Si adalah warga Kuala Lapang, Kecamatan Malinau Barat. Ia lahir 14 Januari 1960. Bila disusuri ke belakang, sesungguhnya visi Gerakan Desa Membangun (Gerdema) yang ia rumuskan sebagai Revolusi dari Desa, merupakan cerminan dari perjalanan hidupnya. Mendiang ayahnya seorang guru, itulah sebabnya sejak kecil ia hidup disiplin, ulet, dan tekun menuntut ilmu, hingga meraih gelar doktor dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.